💎 || 22

2.1K 56 1
                                    

Enjoy🌷

...

Lenguhan halus keluar dari bibir tipis yang terdapat bekas luka itu. Wajahnya pucat, serta luka-luka yang sudah dibersihkan menghiasi wajahnya di bagian dahi dan pipi.

Bulu mata lentik itu bergerak ke atas, menampilkan manik hitam miliknya. Alis tipisnya menyatu begitu merasakan sakit yang memenuhi kepala.

Ia Azzalea Lentera. Gadis bermanik hitam pekat, hidung yang tidak terlalu mancung, kulit seputih susu, bibir tipis bergelombang, serta memiliki rambut coklat selengan.

Azzalea perlahan bangkit setelah rasa pusing itu perlahan memudar. Ia bersandar di sandaran brankar menatap ke sekeliling yang tidak ada siapapun.

Dirinya mengecek seluruh tubuh memastikan luka-luka yang ia dapat semalam. Luka-luka itu telah diperban serta di plester. Gadis itu menoleh ke arah pintu ketika seseorang baru saja masuk.

Ia terus menatap orang asing itu. Hingga Cloi berdiri tepat di hadapannya dan memberikan sebuah baju ganti. Sebenarnya bisa saja ia memakai baju yang ada di rumah sakit namun entah kenapa wanita di hadapannya ini datang memberikan barang yang tidak diperlukan Azzalea.

"Nona, pakailah ini." Cloi memberikannya. Pada saat pertama kali melihat kondisi Azzalea, wanita itu tampak terkejut. Sebab kondisi gadis asing itu yang begitu memprihatinkan. Bajunya yang masih kotor dan sobek di mana-mana, luka serta memar di tubuhnya.

Azzalea mengangguk sekali lalu meraih pemberian Cloi. Gadis itu terlihat kesusahan untuk bergerak. Sekali gerakan, rasanya tulang-tulang di dalam akan patah saat itu juga.

Cloi lantas menawarkan diri. "Nona, biar saya bantu."

Azzalea menyetujui dengan duduk diam di atas brankar. Ia tak bergerak sedikitpun ketika Cloi membuka pakaiannya dan mengganti dengan sebuah dress putih polos, panjang hingga ke betis, juga tangan dress yang panjang hingga ke pergelangan tangan Azzalea.

Gadis itu ingin mengukir senyum sebagai tanda terimakasih pada Cloi namun dalam kondisi saat ini tersenyum saja susah. Pipinya memar di kedua sisi membuatnya tak bisa berekspresi maupun berucap.

Azzalea hanya mengatupkan kedua tangannya pada Cloi. Hal itu membuat Cloi mengernyit.

"Ada apa? Kau membutuhkan sesuatu?"

Azzalea menggeleng sekali. Ia lantas mengangkat tangan sekali lagi membentuk bahasa tubuh yang berarti 'Terimakasih'.

Cloi mengerti akan hal itu, dirinya lantas membalas dengan senyuman. "Ya, Nona. Itu sudah tugas saya. Nona istirahatlah, saya harus menemui Tuan Muda." Selepas mengatakan hal itu Cloi bergegas. Ia mengabaikan Azzalea yang ingin kembali bertanya melalui bahasa tubuh.

Azzalea menghembuskan napas pasrah memendam banyaknya pertanyaan di kepala. "Siapa wanita itu? Tuan Muda? Siapa Tuan Muda? Dan bagaimana dengan pria yang menolongku semalam? Apa dia baik-baik saja?"

Azzalea kembali membaringkan diri. Kondisinya saat ini sangat tidak memungkinkan untuk bergerak lebih.

◖⚆ᴥ⚆◗

20.02

Mata sembab itu tertegun menatap seorang wanita yang sedang tertidur pulas di ranjang. Ia memeluk lututnya sendiri seraya memperhatikan sang ibu.

Rumah sudah sepi. Hanya tersisa Nazia dan Arinda.

Mata Nazia kembali memanas mengingat apa yang terjadi. Ayahnya meninggal, ibunya membencinya, dan yang paling membuatnya sakit adalah orang yang membunuh sang ayah ternyata suaminya sendiri.

REINANDOUZS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang