💎 || 18

2.3K 81 6
                                    

Pria itu menggeliat di atas ranjang. Tangan kirinya bergerak meraba-raba ranjang untuk memastikan istrinya. Dahi Reinand mengerut, ia lalu membuka mata.

Nazia tidak ada. Mungkin sudah bangun duluan setelah melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 06.13. Reinand bangkit seraya menguap sebentar. Wajah khas bantal disertai rambut yang acak-acakan itu tertera jelas di sana.

Pria tinggi itu lantas beralih dari ranjang pergi menuju pintu. Ia berjalan santai seraya menyelundupkan kedua tangannya pada saku celana. Mata pria itu menyipit mencari letak keberadaan sang gadis pagi-pagi seperti ini.

Hingga pandangan terhenti di pintu masuk. Reinand berhenti. Memperhatikan Nazia yang sedang berbincang dengan seseorang dari atas balkon.

Ia kembali melangkahkan kakinya, menuruni tangga, hingga tiba di pintu masuk rumah miliknya. Pria itu menatap Nazia yang baru saja selesai berbincang dengan seseorang.

"Siapa?" tanya Reinand menoleh ke luar pintu. Matanya hanya menangkap mobil yang baru saja keluar dari halaman rumah. Dahi pria itu berkerut.

Nazia menahan senyum seraya menyembunyikan sesuatu di balik badannya.

"Siapa, huh?" tanya Reinand lagi mulai tak sabar.

Nazia seketika mengangkat tangannya, menunjukan sebuah surat dengan polesan indah yang bertuliskan undangan. "Undangan," ujar Nazia tak mampu menahan senyum.

Alis tebal pria itu bertaut. "Dari siapa?" tanyanya seraya meraih undangan itu.

Sayangnya, Nazia tidak mengindahkan pergerakan Reinand. Ia menarik kembali tangannya. "Undangan makan malam dari Tuan David Almero."

Raut wajah Reinand seketika berubah datar. "Serahkan itu."

Nazia menggeleng. Ia menjauhkan tangannya dari Reinand. "Tidak. Malam nanti kita akan pergi," tutur Nazia tidak ingin dibantah.

"Serahkan itu padaku, Gadis Kecil," ulang Reinand berjalan mendekati Nazia.

Nazia kekeh untuk tidak menyerahkannya. "Kita akan datang." Ia menekankan sekali lagi keputusannya. Gadis itu lantas berjalan mundur. "Kalau kau bisa tangkap aku!" Nazia berbalik. Kakinya berlari menjauhi Reinand.

Reinand tersenyum miring. "Baiklah, jika kau berhasil kutangkap, aku tak akan melepaskanmu!" Reinand menyusul dengan langkah pendek namun dipercepat.

"AAAAAAAAAAAAKKHHHH, CLOI TOLONG AKU." Nazia berlari menuju dapur berharap bisa meminta pertolongan pada Cloi.

Hal tersebut semakin membuat Reinand tertawa lepas melihat ekspresi istrinya yang begitu menggemaskan. Pria itu berhenti tepat di samping kulkas setelah menatap Nazia yang berhasil ia hadang.

Gadis itu menatap cemas setelah jalannya buntu. Dirinya semakin panik melihat Reinand berjalan mendekat. Dirinya terkurung di antara westafel di belakangnya dan Reinand di hadapannya.

"Haha! Aku tidak akan melepaskanmu, My Queen." Reinand tersenyum smirk.

Mata Nazia mengerjap. Ia memikirkan berbagai cara untuk bisa lolos dari pria tampan ini. "Be-berhenti di sana! Kau lupa kalau aku ini keturunan vampire? Aku bisa menggigitmu!" ancam Nazia menunjuk Reinand dengan sebuah centong nasi.

"Ohya?" Kening pria itu terangkat sebelah. Ia lalu merentangkan tangannya. Jangan lupakan senyuman mengerikan itu. "Silahkan gigit aku di bagian mana pun yang kau mau," sarannya seraya mengangkat kaus yang ia kenakan hingga memperlihatkan perut kotak-kotak pria itu.

Nazia menatap horor. Dirinya kehabisan ide sekarang. Gadis itu terdiam sejenak hingga tangan yang memegang centong terayun seolah itu merupakan tongkat sakti Nazia. "Aku kutuk kau menjadi batu! TWING!" Tangan Nazia mengudara seraya mengarahkan centong itu di wajah Reinand.

REINANDOUZS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang