💎 || 19

2.6K 71 0
                                    

Nazia dan Sancaka menahan senyum melihat tingkah ketiga orang itu. Keduanya akhirnya menampakkan diri setelah melihat David yang kesusahan memutar bola kursi roda.

Gadis itu dengan berani menghempaskan tiga ekor tikus tadi hingga ke luar jendela. Ia lalu menghampiri pria tua itu yang terlihat lega.

"Nazia, Sancaka!" ungkap David mengerjap. "Kalian dari mana saja? Semua orang pusing mencari kalian berdua."

Nazia terkekeh pelan. "Hehe, maaf. Aku dan Sancaka bermain petak umpet tadi, dan kami bersembunyi di dalam sana."

"Kakek, apa Kakek baik-baik saja?" Sancaka berdiri tepat di hadapan Kakeknya. "Ayah dan Om Suami Zia sangat lucu. Tikus sekecil itu saja takut, haha."

David berdehem menstabilkan ekspresi atas perkataan Sancaka yang ia rasa sindiran baginya. "Haha, iya hanya tikus saja mereka lari ketakutan," ujarnya memecah tawa.

"Tapi Kakek juga kabur tadi 'kan?" ujar Sancaka sontak memberhentikan tawa David.

Pria itu mengalihkan pandangan, menghindar tatapan Sancaka yang seakan menggodanya.

Nazia tersenyum kecil. "Yasudah, ayo kita kembali. Mereka pasti sedang khawatir sekarang." Nazia berjalan di belakang kursi roda dan mendorongnya. Hal tersebut membuat David mengulas senyum.

***

Keduanya menghempaskan diri di sofa ruang tamu. Seraya menghirup oksigen begitu rakus karena berlari dengan kecepatan tinggi.

"Pria macam apa kau takut dengan tikus?" sindir Reinand membenarkan posisinya.

Saga menatap Reinand julid. "Hah, apakah tadi aku lari bersama hantu?"

Reinand berdehem. "Ya itu karna kau lari, jadi aku panik dan ikut lari. Cih, tikus bukan apa-apa bagiku," jawab Reinand enteng.

Pria berumur 21 tahun itu menghembuskan napas jengah. Tatapan jengkel ia tunjukkan pada Reinand. Matanya beralih menatap para pelayan yang sedari tadi mondar-mandir mencari keberadaan Nazia dan Sancaka. "Setelah ini, bersihkan gudang. Aku tak mau terdapat satu hewan pun di rumahku!" pinta Saga yang langsung dimengerti oleh para pelayan.

"Berarti kau harus keluar dari rumah ini," ucap Reinand menatap atap seolah-olah tidak mengatakan apapun.

"Apa?" murka Saga. "Jadi maksudmu aku ini hewan?" tanyanya tak terima.

"Daddy!"

Belum sempat Saga menyemprotkan seluruh amarahnya, sebuah panggilan mengalihkan pandangan mereka.

"Caka!" Pria itu menyambut Sancaka yang menghampirinya dengan tatapan lega sekaligus marah. "Kau dari mana saja? Apa kau tau perbuatanmu membuat semua orang khawatir? Pergi ke kamarmu sekarang!" tegas Saga yang langsung dituruti Sancaka walau dengan ekspresi sedih.

Bocah itu berjalan lesu dengan wajah cemberut menuju tangga yang sudah ditunggu Bibi Lina di sana.

Niat Nazia ingin mengeluarkan suara langsung terhenti setelah melihat tatapan Reinand padanya. Gadis itu tiba-tiba menciut melihatnya. Ia hanya tersenyum polos memperlihatkan deretan giginya.

"Kita pulang skarang." Reinand segera berdiri. Ia menarik tangan Nazia untuk segera pergi dari sana. Pria itu tak mengucap sepatah kata seperti pamit atau sebagainya kepada David dan Saga.

REINANDOUZS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang