💎 || 08

4.5K 110 23
                                    

Jan lupa voment, guys. Karena Voment kalian semangat aku buat up chap selanjutnya🥰🥰



SELAMAT MEMBACA༼ つ ◕‿◕ ༽つ

Untuk sejenak, Nazia tertegun tanpa mengedipkan matanya. Menatap wajah Reinand sedekat ini, terlebih dengan rambutnya yang basah menambah kesan ketampanan di wajah pria itu.

Situasi ini benar-benar canggung. Nazia berusaha memikirkan sesuatu agar terlepas dari Reinand kali ini.

Dirinya menahan napas setelah merasakan sesuatu menempel di bibirnya. Wajah Nazia memerah seiring dengan Reinand memperdalam ciumannya. Nazia tak bisa mengelak, Reinand memeluknya erat. Dan tak bisa dipungkiri bahwa Nazia juga perlahan menikmati hal tersebut.

Reinand tersenyum kecil mendapati Nazia membalas ciumannya.

"Tu-" Cloi langsung membungkam mulutnya melihat pemandangan di kolam itu. Mencoba untuk tidak mengganggu suasana tersebut. Namun, ia juga harus menangani Levin yang sudah menunggu di luar.

Pria yang sedang berdiri di samping mobil dan memakai jas kantoran itu terus-menerus menatap jam tangannya. Ini sudah jam setengah delapan. Seharusnya kantor masuk jam delapan tiga puluh, namun, karena hari ini banyak sekali jadwal meeting, Levin meminta Reinand untuk datang lebih awal.

Merasa belum juga ada tanda-tanda Reinand keluar dari pintu itu, pria tersebut lantas berjalan masuk. Dirinya berpapasan dengan Cloi ketika masuk ke dalam.

"Di mana Tuan Muda?"

Cloi terdiam sebentar. "Tuan Muda ...." Cloi kesusahan untuk mencari alasan.

Berbicara dengan Cloi hanya akan memperlambat keadaan. Levin kembali berjalan masuk. Pergi menuju tangga namun, atensinya teralih pada hal yang tak jauh darinya.

Ia menghela napas setelah memastikan hal yang baru saja ditangkap matanya. Levin berjalan mendekat melewati pintu berbahan dasar kaca.

Ia berdiri tepat di tepi kolam. "HEM." Pria itu berdeham.

Mata Nazia membola sempurna mendengar suara seseorang. Gadis itu sontak menceburkan diri ke dalam air, menyembunyikan wajahnya yang merah.

Sejenak, Reinand tersenyum kecil melihat tingkah Nazia. Pria itu kemudian menatap si pengganggu yang berada tak jauh darinya. "Ck, ada apa, Budakku?!" Reinand bertanya ketus.

Sekali lagi Levin menghela napas. "Bukankah sudah kukatakan untuk datang di kantor lebih awal?! Meeting dengan Pak Denis dimulai jam tujuh. Dan kau lihat jam ber-"

"SSUTT!" Reinand menatap malas. "Baiklah aku akan bersiap." Reinand kemudian menoleh pada Nazia yang belum juga timbul di permukaan. "Ayo naiklah, Gadis Kecil. Aku harus pergi ke kantor. Jangan berendam lama-lama! Kau akan sakit. Kita akan melanjutkannya malam nanti." Reinand tersenyum jahil.

Nazia menolehkan kepala. Mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Reinand, membuatnya sontak mencubit perut pria itu. Gadis itu buru-buru naik ke tepi kolam. Ia berlari kecil melewati Levin, tersenyum paksa dan melambaikan tangan, Nazia kembali berjalan menuju kamarnya.

Levin hanya membalas dengan anggukan.

Reinand kemudian menepi dan naik ke tepi kolam. "Ada apa? Kau iri?" Reinand tampak menahan tawa.

Levin tersenyum miring. "Cih, itu hal biasa bagiku. Aku melakukannya setiap hari asal kau tau." Levin tampak tak mau kalah. Walaupun hal yang ia katakan itu bohong.

"Dengan dinding apartemen?" Reinand lebih tak mau kalah. Ia tahu, Levin itu hanya tinggal sendiri di apartemennya. Dan soal pacar? Tentu Levin tak memilikinya. Mengingat Levin yang hanya fokus pada pekerjaannya saja.

REINANDOUZS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang