💎 || 16

2.3K 67 1
                                    

Flashback On

Secercah cahaya menetap di mata seorang gadis kecil berumur dua tahun yang belum mengenal dunia itu bangkit dari sebuah ranjang sederhana yang membopong dirinya dan saudari satu-satunya.

Anak kecil itu turun dari ranjang setelah tidak melihat sang kakak yang biasanya selalu hadir dikala dirinya baru saja bangun. Dirinya berinisiatif untuk keluar mencari Navia hanya sekedar untuk melihat wajahnya saja ataupun bermain dengannya.

Lidahnya masih susah untuk digerakkan mengeluarkan kata demi kata yang jelas. Namun untuk sebutan 'Kakak', sudah terdengar jelas.

Entah ini adalah sebuah keajaiban atau apa yang membuat wajah Nazia dan Navia berwajah sama walau terpaut usia dua tahun. Karena pada umumnya saudara kembar lahir di waktu yang bersamaan.

Bukannya bertemu dengan Navia, Ia malah terdiam di samping sebuah kursi menatap dua orang asing dan dua orang yang sangat ia kenali tengah berbincang serius di ruang tamu.

"Zia," suara dari bocah laki-laki yang berumur empat tahun itu mengalihkan pandangan Nazia. Matanya berbinar mendapat tawaran untuk bermain bersama dari bocah tadi.

Nazia berlari mengikuti langkah Dede untuk bermain di halaman depan panti asuhan ini.

Melihat hal itu, salah satu wanita yang berumur sekitar tiga puluh tahun itu mengernyit bingung dan mendaratkan pertanyaan pada pemilik panti. "Bukankah wajahnya terlihat mirip dengan Navia?"

"Ya, dia Nazia. Kembarannya Navia."

Kedua pasutri itu mengangguk mengerti. Ada rasa bersalah bagi keduanya memisahkan dua anak yang memiliki jalinan persaudaraan kuat. Tapi apa daya, sang istri hanya menginginkan satu putri saja untuk dibesarkan.

"Baik, Bu. Navia sudah di mobil, saya dengan istri saya pamit dulu. Kalo ada kesempatan, nanti kami mampir." Si pria itu menjabat tangannya pada kedua wanita yang sudah mau memasuki usia tua itu. Begitupun dengan istrinya.

Setelah berpamit, mereka bergegas keluar menuju mobil keduanya yang di parkir di depan gerbang. Sebelum benar-benar pergi dari sana, keduanya sempat salim-saliman pada anak-anak yang tengah bermain di halaman. Termasuk pada Nazia yang masih belum mengetahui jika saudaranya satu-satunya kini sudah meninggalkannya.

Flashback Off

21.45

Nazia terduduk di sebuah sofa pada balkon kamarnya. Memandang hamparan pemandangan malam hari yang memantul di mata cokelatnya. Setelah tadi mengantar Nazia, Reinand dan Levin segera pergi menuju kantor. Meninggalkan Nazia yang sudah dikerubungi bosan.

Gadis itu menyeruput cokelat hangat yang tadi disajikan Cloi serta beberapa jenis kue kering yang sudah terletak di meja. Ia menghembuskan napas untuk kesekian kalinya.

"Ahh.." Gadis itu merebahkan dirinya di sofa panjang yang diduduki. "Sial, aku bosan sekali."

Ponselnya bergetar dua kali. Pertanda sebuah pesan masuk. Nazia meraih ponselnya yang ada di meja, lalu mengecek si pemberi pesan yang ternyata adalah suaminya.

Tuan Tua Bangka_
[Jangan menungguku, tidurlah jika kau sudah mengantuk]
[Aku akan lembur]
[💗]

Gadis itu menahan senyumnya seraya kakinya terus bergesek dengan tangan sofa. Pesan itu tidak ada ke-uwu-an sama sekali namun Nazia hampir saja terbang dibuatnya. Nazia kemudian mengetikkan sesuatu.

Anda
[kalo aku menunggu, bgaimna?]

Tuan Tua Bangka_
[Jangan, gadis kecil]
[Aku tdk akan fokus bekerja jika kau menungguku]
[😡]

REINANDOUZS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang