💎 || 02

9.8K 201 0
                                    

Reinand Almero.

Satu kata yang dapat Nazia simpulkan ketika melihat tingkah pria itu. Dia, GILA.

Bagaimana tidak? Orang bodoh mana yang ingin membunuh makanan? Apa makanan makhluk hidup?

Ah, lupakan hal itu. Mata cokelat gadis itu menatap pria tampan yang sedang menatapnya pula. Rambut hitam pekat yang menutupi kening sebelah pria itu, hidung tinggi bak pahatan, mata hitam dengan pandangan tajam, dan jangan lupa bibir atasnya yang bergelombang terlihat seksi.

Nazia sejenak terpikat akan ciptaan Tuhan yang begitu indah. Ia segera membuyarkan pandangannya ketika dua orang bodyguard yang tadi sempat membawanya kini ditarik paksa oleh bodyguard lain untuk menghadap pada Reinand.

"Aku tak ingin menikah dengamu! Memangnya kau siapa? Aku bahkan tak tahu ada di mana. Rumah ini, pakaian ini, dan dirimu! Aku ingin pulang! Aku ingin kembali ke keluargaku! Lepaskan aku!" Nazia meraung tak jelas. Ingin berdiri dan berlari keluar dari sini, namun semua itu seperti terasa kaku di badannya.

Reinand hanya tersenyum miring menanggapi hal itu. Ia lalu menyugar rambut dan berucap, "Kau ingin kembali ke keluarga yang sama sekali tak mengharapkanmu itu? Pada pria yang sangat ingin mel3c3hkanmu juga?"

Mata Nazia memanas. Ia mengetuk meja. "Ba-bagaimana kau tahu?!" Nazia tidak tahu semua ini. Pada hari itu, tepat satu minggu yang lalu Nazia hanya pergi menenangkan diri dari masalah yang ia hadapi. Dan tiba-tiba saja dirinya sudah berada di sini.

"Oh no! Jadi memang kau diperlakukan seperti itu oleh mereka?" Sejenak Reinand berpikir. Matanya menatap lurus ke depan dengan alis yang hampir saja menyatu.

"Ini mereka, Tuan Muda." Cloi melapor. Setelah ini, wanita empat puluh tahunan yang sudah mengabdi pada Gina-ibu Reinand selama dua puluh tahun itu sudah sangat mengetahui apa yang akan terjadi nanti. Jika dihitung-hitung, mungkin sudah ada puluhan korban yang mati di tangan Reinand.

Ya! Ini memang tindakan kriminal. Apakah selama pria itu melakukan hal tersebut pernah dijatuhi hukuman? Jawabannya, tidak. Mengingat koneksi Reinand yang begitu luas, serta keuangan pria itu yang tak akan pernah habisnya. Dengan cara tersebut, Reinand tak pernah mendapat kewajibannya sebagai seorang pelaku.

Begitulah kehidupan sekarang. Selama kau memiliki uang, kau selamat. Namun, ia tentu memiliki alasan tertentu membunuh seseorang. Jadi jangan salah mengira jika Reinand itu psikopat atau semacamnya. Karena Reinand pun menyembunyikan alasan tersebut.

Pria berpakaian kasual itu berdiri dari duduknya. Menghampiri Nazia lalu mengelus pelan pucuk kepala gadis itu.

Nazia hanya diam. Semenjak sang kakak meninggalkannya empat tahun lalu, gadis itu sudah tak merasakan lagi suasana seperti ini. Dirinya seperti melihat sosok sang kakak yang sedang memandangnya penuh ketulusan di sini.

"Kau sebaiknya ke atas, Gadis kecil! Di sini tidak baik untukmu," ujar Reinand lembut.

Sadar dari angan-angannya, Nazia lantas sedikit menjauhkan tangan Reinand dari dirinya.

"Bawa dia Cloi!" Setelahnya, Reinand berbalik memandang dua pria yang tampak lebih tua darinya tengah tersungkur di lantai dengan wajah yang terlihat menyedihkan.

Nazia berdiri. "Aku tidak ingin menikah denganmu!" Kalimat terakhir yang diucapkan Nazia. Setelahnya ia pergi berlenggang ke atas mengikuti Cloi.

"Baiklah," jawab Reinand singkat tanpa menoleh. "Tapi tunggu!"

Nazia menghentikan langkahnya kala sudah berada di anak tangga ke tujuh. Ia lalu menoleh.

"Kau ingin gaya apa yang kuberikan pada mereka? Di mana bagian favoritmu? Di lengan? Kaki? Atau ... leher?" Pria itu memperhatikan seluruh tubuh kedua bodyguard yang sudah bergidik ngeri seraya mengambil pedang pemberian pelayanya. "Ouh. Kepala mungkin menarik." Pria itu berucap santai tanpa beban.

REINANDOUZS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang