💎 || 01

10.5K 270 1
                                    

WELCOME BACK, MY DIAMOND, HEHE.
💎

Yeppi, part 1 di mulaii.

SELAMAT MEMBACA, YA🤙

***

Mata yang semula tertutup, perlahan terbuka. Menampilkan bola mata cokelat milik gadis berumur sembilan belas tahun itu.

Bibir merona miliknya mengerang, dengan badan yang perlahan bangkit dari sebuah ranjang yang sama sekali tak ada empuknya.

Nazia memegang kepala pusing. Matanya mulai meneliti di setiap sudut ruangan yang hanya diterangi oleh cahaya obor itu. Lagi dan lagi ia dikurung di tempat ini. Entah siapa pria tersebut. Nazia tak tahu.

"Aku ... harus segera keluar dari tempat ini!" ujarnya yakin.

Kakinya mulai melangkah menuju sebuah pintu yang tak jauh dari ranjangnya. Namun tiba-tiba pintu tersebut terbuka. Menampilkan empat orang pelayan perempuan dan dua orang bodyguard berbadan besar yang berbaris di depan pintu.

Nazia menatap bingung. Ia mulai memutar otak, karena mumpung pintunya terbuka. Gadis itu harus segera kabur dari tempat ini.

"Nona Nazia Elevanya," panggil salah satu pelayan.

Nazia mundur selangkah. "Da-dari mana kau mengetahui namaku? Siapa kalian? Dan, siapa pria yang membawaku ke sini, hah?!" Nazia meninggikan suara.

Tak ada yang menjawab. Selanjutnya, Nazia dibawa dengan paksa oleh dua orang bodyguard. Sempat merontak, namun kekuatannya kalah jauh oleh dua orang itu.

Mereka melewati sebuah lorong yang gelap, kemudian menaiki beberapa tangga hingga sampai pada tempat dimana tidak ada kegelapan di sana.

"Lepaskan aku, bajingan!" raungnya mencoba untuk melepaskan genggaman tangan salah seorang bodyguard.

Aksi berontak Nazia membuat pipi gadis itu tergores hingga mengeluarkan sedikit darah segar. Nazia tak menghiraukannya, ia terus saja menggila.

"Nona, tolong jangan banyak bergerak, nanti Nona terluka," peringat salah satu pelayan yang mengikuti dari belakang. Panggil saja ia Cloi.

Nazia tak peduli. Ia langsung dibawa ke sebuah ruangan besar dan megah yang dipenuhi oleh pernak-pernik mewah di setiap sudut ruangan.

Dirinya dipaksa duduk di sebuah kursi mewah berwarna emas dan kedua bodyguard tersebut segera keluar dari ruangan.

"Apa yang ingin kalian lakukan?!" Nazia menjerit, mencoba menutupi seluruh badannya. Karena keempat pelayan itu ingin melepaskan pakaian gadis itu.

"Nona, tenanglah. Kami hanya ingin mendandani Nona. Dan, Nona harus mandi terlebih dahulu," tutur Cloi.

Nazia menatap horor. Tapi setelahnya, gadis itu pasrah karena badannya sudah terasa lengket. Untuk misi kabur, ia akan memikirkannya nanti.

***

"Nona Nazia begitu cantik."

"Lihatlah betapa cantiknya Nona Nazia malam ini."

"Pantas saja Tuan Muda menginginkannya."

Nazia tak menghiraukan bisik-bisik para pelayan itu. Ia terus saja mengikuti Cloi yang ingin menuntunnya menuju meja makan. Karena memang, Nazia sudah sangat lapar.

Mereka melewati lorong demi lorong, tangga demi tangga. Dan itu cukup membuat Nazia kelelahan. Ia hanya menurut saja sedari tadi, disuruh memakai gaun selutut berwarna silver, entah kenapa Nazia tak menolak. Mungkin, faktor orang lapar.

"Nona, sudah sampai."

Mata Nazia membola. Di meja makan yang panjang ini tertera berbagai macam hidangan yang membuat perut Nazia keroncongan tak henti.

Gadis itu segera duduk. Tangannya langsung meraih piring dan ingin mengambil makanan-makanan mewah plus gratis di depannya.

"Nona, anda harus menunggu Tuan Muda terlebih dahulu!" kata Cloi cepat.

Nazia memutar bola mata malas. "Aku sudah kelaparan. Makanan-makanan ini begitu enak, aku menginginkannya!" Nazia langsung saja mengambil dan menyantapnya.

Cloi menatap khawatir plus ketakutan. Ia tidak tahu apa yang akan dilakukan tuannya nanti. Apakah akan ada korban jiwa lagi?

"Aku cemburu pada makanan-makanan itu, Gadis Kecil!" Suara berat itu langsung mengalihkan perhatian Cloi dan Nazia di meja makan.

Seorang pria dengan kaus polos dan celana selutut ditambah dengan rambut yang biasanya tersusun rapi, kini dibiarkan acak, dan semakin menambah ketampanan pria itu.

Ia turun dari tangga dengan langkah santai. Mata hitam pekatnya tertuju pada Nazia. Dan jangan lupa senyuman miring miliknya yang membuat Nazia belum bisa bergerak dan menelan makanan di mulutnya.

"Kau lebih menginginkan mereka dibanding diriku. Haruskah, aku membunuh makanan-makanan itu?" ujarnya seraya bersandar di meja tepat depan Nazia.

Nazia menegang. Matanya menatap pria yang lebih tinggi darinya itu.

"Akan tetapi ...." Ia menjeda. Menyentuh bibir Nazia yang sempat terkena saus menggunakan jari dan kemudian menyesap jari tersebut. Ia menyeringai, mendekatkan wajahnya pada Nazia. "Gadisku ternyata begitu cantik malam ini! Baiklah, Cloi, angkat semua makanan-makanan ini dan bunuh mereka! Ah, dan juga ...." Wajah pria itu mendadak dingin dan menakutkan kala melihat goresan di pipi Nazia. "Panggilkan kedua bodyguard yang sempat melukai gadisku! Aku ingin membantu mereka menuju surga!"

Cloi yang melongo ditambah ketakutan hanya bisa menurut. Ia segera pergi melaksanakan perintah tuannya itu.

"Hm? Ada apa?" tanya pria itu menanggapi Nazia yang terus menatapnya tegang. "Baiklah! Aku sudah memutuskan." Ia melangkah pergi menuju kursi miliknya. "Bahwa kita akan menikah besok, Gadis Kecil!" katanya santai diiringi tawa khas miliknya.

"APA?!"

TBC..

***
Gimana part iniii, yeorobun?

Buayyy

REINANDOUZS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang