💎 || 41

724 28 4
                                    

HALOO, SELAMAT DATANG KEMBALI
💎

HALOO, SELAMAT DATANG KEMBALI💎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


26 Agustus, pukul 02.47 dini hari.

Dingin, gelap, lembab dan sakit.

Perempuan itu merasakan hal tersebut secara bersamaan.

Kelopak matanya bergerak ke atas. Cahaya obor yang berada di sudut ruangan berukuran 2×2 Meter, memantul di bola mata yang memerah.

Nazia mengerang sakit pada lengannya yang tadi belum selesai diobati. Luka bekas tembakan itu mulai mengering, tapi tetap saja rasa sakitnya terus merambat.

Setelah sadar akan semuanya, Nazia berusaha bangkit lalu mengambil posisi duduk di atas sebuah lantai semen yang kotor dan bau.

Dalam ruangan yang sunyi nan gelap itu, ia kembali menangis sejadi-jadinya. Tak ada yang bisa Nazia lakukan. Mengharapkan pertolongan, sedangkan dirinya berada di ruangan bawah tanah yang mana tidak bisa didengar siapapun.

Ia memeluk perutnya, memberikan kehangatan yang percuma.

“Dingin, ya, Nak?” Meredakan tangis, Nazia menggosok-gosokkan tangan kanan di paha lalu menyentuh perutnya sendiri. “Tangan Ibu yang ini lemah, Sayang. Maaf, Ibu tidak bisa membuatmu hangat sepenuhnya ....” Suaranya merendah.

Nazia berusaha menggerakkan tangan kirinya, tapi tetap akan berakhir terjatuh saking sakitnya karena luka itu.

“Bertahan sedikit lagi, ya, Nak. Ibu akan membuatmu lahir ke dunia dengan layak.” Nazia menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan. Ia menyerong bokongnya ke samping untuk menyandarkan diri di tembok yang dipenuhi lumut.

Ia memejamkan mata. “Sakit.”

Nazia berusaha mengganti posisinya dengan hati-hati karena luka yang sudah kembali mengeluarkan darah di lengan.

“Reinand ... sakit.” Suara parau itu bergetar. “Reinand aku takut di sini gelap, dingin. Aku ... aku kesakitan.”

Sekuat apapun Nazia menahan hanya karena sang bayi, tetap saja goyah. Ia ketakutan, kedinginan, kesakitan. Semua kekhawatiran dan kegelisahan yang dirasakan ia keluarkan dengan tangisan kuat, sekuat-kuatnya.

Nazia mengacak rambutnya yang berantakan dan kusut. “Aku tidak tahan! Semuanya terlalu berat bagiku. Aku ingin pulang, aku ingin kembali di mana aku masih baik-baik saja. Aku ingin pulaang...”

Suaranya perlahan merendah. Matanya menatap nyalang ke depan. Setelah semua yang terjadi, Nazia baru ingat jika rumahnya kini telah hancur. Sudah tidak ada lagi tempat baginya untuk pulang. Satu-satunya hanya pada Reinand.

Dan jika pria itu benar-benar meninggalkan Nazia, maka hancur sudah hidup Nazia. Ia akan kehilangan arah, harapan dan tujuan. Semuanya akan sirna.

Tiba-tiba suara dari arah pintu terdengar. Sekitar dua orang berjalan mendekati Nazia.

REINANDOUZS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang