💎 || 07

4.7K 139 14
                                    

Yang terbaik untuk keadaan sekarang ialah, Nazia harusnya tidak pulang tadi. Badannya kaku beriringan dengan bulu kuduknya berdiri tegang.

Oh, ayolah! Ancaman lagi? Nazia harap seluruh nyawa yang diambil Reinand tenang di alam sana sekarang.

"Kuperingatkan kau sekali lagi, Gadis Kecil!" Reinand kembali berucap.

"Rein? Apa maksudmu? Gadis Kecil? Omong kosong apa ini? Siapa dia?!" Lumia meluncurkan pertanyaan bertubi-tubi kepada pria yang lebih tinggi darinya itu.

Tak ada respon dari Reinand. Pria itu berjalan menuju Nazia sembari menggulung lengan kemeja putihnya dan melonggarkan dasi.

"Be-berhenti di sana!" Nazia memajukan tangannya, mengisyaratkan pada Reinand untuk tidak mendekat. "Atau kau ... atau kau ...." Nazia memundurkan langkah pula.

Senyuman miring tercetak di wajah Reinand. Pria itu menatap Nazia seolah-olah Nazia adalah mangsanya.

"Atau kau ku ubah jadi kodok!" Merasa terancam karena Reinand sudah tepat berada di hadapannya, Nazia tak ada pilihan lain. Tangannya terkepal, lalu terangkat menoyor dahi Reinand.

"Aw." Respon singkat dan datar dari Reinand.

Lumia bahkan terkejut melihat hal itu. Seseorang baru saja menoyor kepala Reinand? That's impossible!

Nazia langsung saja berlari menaiki tangga. Yang harus ia lakukan sekarang ialah menjauhi Reinand dan memastikan nyawa para pelayan itu aman.

"Kau bunuh para pelayan itu, maka akan ku bunuh juga Sweety, Lexa, dan Queenza-mu itu!" Nazia balik mengancam membuat senyuman kecil terbit di wajah Reinand yang tadi terlihat tak berekspresi.

Nazia akhirnya bebas. Ia berhasil masuk ke kamar.

Reinand berbalik, senyuman kecil di wajahnya belum juga pudar hingga matanya beralih melihat Lumia yang juga sedang menatapnya bingung, marah, kesal, dan penuh tanda tanya.

"Dia istriku." Hanya dua kata tersebut yang diucapkan Reinand pada Lumia. Pria itu beralih mengambil jas berwarna hitam di sofa dan kunci mobilnya di meja. "Kembali bekerja," pintanya pada seluruh pelayan. "Cloi jaga Nona Muda, aku akan kembali ke kantor." Setelahnya, tubuh Reinand hilang di balik pintu. Mengabaikan Lumia di sana.

"Baik, Tuan Muda."

Begitu banyak tanda tanya yang meminta jawaban di kepala Lumia. Gadis berambut pendek itu segera berjalan menuju tangga. High heels yang dikenakannya bersuara seolah-olah ia sedang marah dan kesal.

Dirinya menuju sebuah ruangan besar di lantai dua yang berada tepat di sudut. Ruangan yang begitu ingin dimasukinya sejak dahulu, namun tidak ada yang diperbolehkan untuk masuk di sana.

Reinand tak mengizinkan orang-orang selain ibunya untuk memasuki kamarnya. Dan yang membuat Lumia makin kesal di sini adalah, Nazia bisa dengan leluasa memasuki kamar itu.

Sedangkan Lumia? Menginjakkan kaki di rumah ini berlama-lama saja membuat Reinand marah. Reinand itu pria yang sensitif terhadap orang-orang tertentu. Terlebih kepada Neneknya-Siena.

Kamar dibuka dengan paksa, aroma maskulin tercium pertama kali di hidung Lumia. Dilihatnya Nazia tengah merapihkan tempat tidur Reinand.

Nazia sedikit terkejut dengan deritan pintu yang dibuka cepat. Gadis itu menoleh mendapati Lumia yang menatapnya seolah-olah Lumia ada lawan.

"Nazia, 'kan, namamu?" ujar Lumia perlahan berjalan mendekat.

Anggukan dari Nazia menghentikan langkah Lumia. Fokus Lumia tertuju pada sebuah foto yang termasuk dalam jajaran foto langka yang pernah di lihat Lumia. Sebuah foto sepasang suami istri dengan pakaian pengantin terpampang jelas di atas sebuah ranjang yang tersandar di dinding bercat abu-abu.

REINANDOUZS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang