44 - Younghoon

1K 82 26
                                    

Gaun siap. Skincare dan make up siap. Tas tenteng kecil dan sarung tangan panjang hingga siku yang akan menyempurnakan penampilanmu juga sudah siap. Satu-satunya yang menghentikanmu datang ke prom night hanyalah tidak adanya pasangan untukmu.

Harusnya tidak masalah. Lagi pula siapa peduli tentang pasangan? Prom night harusnya menjadi malam untuk bersenang-senang, baik sendirian maupun dengan orang lain. Temanmu banyak, kok. Tidak akan membuatmu merasa kesepian di sana.

Kecuali satu hal. Kamu baru ingat kemungkinan besar Younghoon-mantanmu-akan datang membawa pasangan yang kemungkinan besar pula adalah pacarnya. Kamu tentu tidak akan mampu melihatnya bersama perempuan lain.

Kamu menghela napas panjang sembari mengusap wajahmu dengan kedua tangan. Yang benar saja, kamu tidak datang ke acara paling ditunggu-tunggu selama beberapa tahun ke belakang hanya karena seorang lelaki? O, kamu tentu tidak mau dicap payah. Satu Seoul pasti akan mentertawai kepayahanmu yang satu ini.

Kamu akan tetap datang. Kamu harus tetap datang. Kamu harus membuktikan pada Younghoon kamu bisa hidup tanpanya.

Kamu mematut dirimu sendiri dalam cermin dengan yakin sebelum akhirnya bersiap dan berangkat.

Hal pertama yang kamu lakukan saat sampai adalah menyapa teman-temanmu, memberikan ciuman singkat di pipi kanan dan kiri, memuji penampilan mereka yang sangat spektakuler sembari melihat sekeliling memindai di manakah laki-laki bernama Kim Younghoon berada. O, yang terakhir itu sebenarnya enggan kamu akui tetapi kamu memang mencarinya tanpa sadar.

Itu dia. Dia di sana. Di ujung ruangan dengan seorang gadis cantik di sebelahnya. Ia tampak menawan. O, kamu benci mengakuinya.

Rambutnya di sisir ke samping, menampilkan jidat putihnya. Ia menggunakan sebuah kemeja warna putih dengan dasi warna hitam bergaris biru dongker dipadukan rompi berwarna abu-abu dan sebuah jas berwarna hitam melengkapi penampilannya malam ini. Jasnya terkancing rapi dan kantung jasnya terdapat sebuah mawar merah. Lagi-lagi, meskipun mengakuinya membuat perutmu memulas, tetapi ia benar-benar tampan. Tampak serasi dengan perempuan di sebelahnya.

Hanya saja, satu hal yang kurang darinya. Ia tampak murung. Mereka mengobrol tetapi Younghoon tampak tidak fokus. Matanya berkelana ke sana ke mari seolah mencari sesuatu atau mungkin bahkan seseorang.

Kamu menghela napas saat merasakan sesak perlahan merangkak di dalam dadamu. Seharusnya memang kamu tidak memandangnya terlalu lama. Itu hanya akan mengingatkanmu dengan guncangan terakhir sebelum hubunganmu benar-benar runtuh. Lalu kamu akan berakhir menangis lagi seperti sebelumnya. Payah.

Beruntungnya seseorang datang menepuk pundakmu dan membuyarkan semua rekaman memorimu di kepala. Akhirnya kamu bergabung dengan temanmu untuk sebuah perbincangan hangat.

Mata Younghoon berhenti berkelana ketika ia menjatuhkan pandangan padamu di ujung ruangan, tertawa dengan banyak teman laki-laki di sekitarmu. Ia mendengkus kesal. Seharusnya ia yang di sana, di sebelahmu, meletakkan tangannya di pinggangmu. Ia seharusnya di sisimu sambil membisikkan beberapa kalimat pujian agar kamu tahu betapa cantiknya kamu malam ini. Tidak, kamu selalu cantik. Kamu selalu bersinar, persis seperti berlian yang berkilau di bawah sinar matahari. Namun, malam ini, Younghoon bersumpah kamu sangat cantik hingga ia selalu jatuh setiap matanya melihatmu.

Gaun merah gelap membentuk lekuk tubuh bagian atasmu, sementara bagian bawahnya semakin longgar dan berenda. Itu tidak panjang, memperlihatkan pahamu yang berisi. Rambutmu disanggul tetapi meninggalkan beberapa helai rambut bergelombang di sisi wajahmu, membuatmu terlihat sangat manis. Sarung tangan sampai siku sangat melengkapi penampilanmu malam itu. Juga sepatu hak yang tidak terlalu tinggi berwarna senada dengan beberapa pernak-pernik yang membuatmu semakin indah.

One Shots [𝑻𝑯𝑬 𝑩𝑶𝒀𝒁]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang