21 - Eric

5.1K 423 182
                                    

Kamu menggembungkan pipimu saat Eric mentertawakanmu karena makan es krim berantakkan. Sambil berusaha menghentikan tawanya, Eric menghapus noda es krim di pipi dan sudut bibirmu menggunakan tangannya.

“Jangan ketawa!”

“Kamu lucu banget,” kata Eric sambil mengedipkan matanya. Kamu menatapnya kesal.

“Ih.” Kamu meniup ponimu lalu membuang muka, kebiasaanmu saat kesal yang selalu membuat Eric gemas.

Cup.

Jangan bikin aku gemes, deh,” bisik Eric usai mengecup pipimu. Pipimu merona dan membuat Eric mencubitnya gemas.

“Ih, Eric rusuh!”

Eric terkekeh pelan. Tangannya meraih bungkus es krim yang sudah habis kamu lahap lalu melemparnya ke tempat sampah yang berjarak agak jauh darinya. Saat bungkusnya berhasil masuk ke dalam tempat sampah, dia tersenyum lebar.

“Aku hebat, kan?” Eric membuka jari telunjuk dan ibu jarinya lalu diposisikan dibawah dagunya. Kamu tersenyum geli dan menurunkan tangannya. “Iyain biar seneng.”

Eric tertawa kemudian menggenggam tanganmu. “Ayo, kita pulang.”

Kamu mengigit bibir bawahmu gelisah dan mengangguk perlahan. “Ayo...”

Tangannya merengkuhmu dalam pelukannya dan bibirnya mengecup puncak kepalamu berkali-kali. Setelahnya ia kembali menggenggam tanganmu dan membawamu menuju motornya.

Dengan lembut dan hati-hati, Eric memasangkan helm ke kepalamu. Selepasnya ia memasangkan helm untuknya sendiri dan naik ke motornya.

“Naik.”

Kamu menaiki motor Eric dan langsung memeluknya erat. Setelah kamu memposisikan tubuhmu dengan nyaman di motornya, Eric pun langsung tancap gas menuju rumahmu.

“Eric, stop,” ujarmu sambil menepuk punggungnya saat Eric melewati tempat di mana biasanya Eric menurunkanmu.

“Eric!” teriakmu tanpa berhenti menepuk punggungnya.

“Shh, diam. Aku mau antar kamu sampai rumah.”

“Tapi--”

“Aku ini pacar kamu, Y/N. Masa iya aku harus selalu turunin kamu di pertigaan deket rumah kamu? Seharusnya, sebagai pacar yang baik aku antar kamu sampai rumah.”

Kamu mengigit bibirmu kuat. Tanganmu berhenti menepuk punggung lebar laki-laki itu dan beralih meremas jaketnya kuat.

Eric memegang tanganmu yang melingkar di perutnya dengan tangan kirinya dan mengelusnya. “Kamu nggak usah khawatir, Y/N. Everything's gonna be alright.

Semoga.

Begitu Eric memberhentikan motornya di depan pagar rumahmu, kamu lekas turun dari motornya. Eric dengan sigap melepaskan helmnya dari kepalamu lalu tersenyum.

“Aku masuk dulu, ya.”

Eric mengecup bibirmu sebentar sebelum akhirnya mengangguk. Kamu tersenyum lalu melambaikan tanganmu. Saat kamu hendak membuka pagar dan memasuki pekarangan rumahmu, seseorang membuka pagarnya dengan kasar dan langsung menghantam Eric dengan kepalan tangannya.

Bugh.

“Eric!” jeritmu sambil menahan si pelaku. Namun, kekuatan pelaku lebih besar darimu dan dia tetap menghantam wajah Eric hingga Eric dan motornya terjatuh.

Dad, udah!” Kamu berusaha memperisaikan dirimu untuk Eric sehingga ayahmu berhenti memukulinya. Matanya menatap nyalang Eric dan napasnya terburu-buru. Ayahmu menyambar tanganmu dan menyeretmu masuk secepat kilat, meninggalkan Eric yang babak belur dan kesakitan.

One Shots [𝑻𝑯𝑬 𝑩𝑶𝒀𝒁]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang