14 - Kevin

4K 383 23
                                    

"Aku bakal ikhlas nungguin kamu untuk bisa ngelupain dia."

Laki-laki itu tersenyum, mantap dengan ucapannya. Seketika darahmu berdesir. Kamu menarik kedua ujung bibirmu sambil mengangguk.

"Terima kasih. Aku nggak salah terima khitbahmu."

🌹🌹🌹

Third Person Point of View.

Kevin tersenyum lebar sambil menjalankan mobilnya. Jantungnya berdetak sangat cepat mengingat besok adalah hari yang istimewa. Otaknya membayangkan betapa bahagianya esok dan hari-hari berikutnya.

Kevin baru saja pulang dari kantornya. Hari ini menjadi hari terakhirnya bekerja sebelum ia mengambil cuti menikahnya. Cuti yang akan ia pergunakan sebaik-baiknya untuk menikmati kebersamaan bersama perempuan yang dihalalkannya. Kevin merasakan telinganya memanas saat ia membayangkan sang gadis tersenyum malu begitu Kevin mencium keningnya selepas akad.

Tidak ada yang lebih membahagiakan lagi selain berhasil menikahi perempuan yang dicintainya. Meskipun memang hati perempuan itu belum dimiliki olehnya, tetapi Kevin memiliki gadis itu seutuhnya.

Jalanan malam ini tidaklah terlalu ramai, namun tidak terlalu sepi juga. Tidak ada macet yang membuat suasana hati menjadi buruk. Sepertinya Tuhan tahu hambanya sedang berbahagia, sehingga tidak ingin menghancurkannya.

Beberapa saat kemudian, Kevin terkejut lampu yang menyorot dari arah kanannya. Seingatnya, Kevin sudah mematuhi aturan lalu lintas. Lampu lalu lintas sudah berganti warna hijau saat ia menancapkan gasnya.

Kevin berusaha menghindar, tetapi mobil itu sangat cepat sehingga tidak ada waktu untuk menghindar. Tabrakan tidak dapat terelakkan. Mobilnya berguncang hebat. Kevin merasa tubuhnya remuk seketika dan kepalanya membentur stir.

Bertahan. Aku harus bertahan. Batinnya tak menyerah. Dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya dan darah yang mengalir dari pelipisnya, Kevin berusaha untuk tetap sadar.

Tangannya terlalu kaku untuk bisa membuka pintu. Darah yang berasal dari kepalanya mulai mengalir ke matanya, membuatnya memejamkan mata demi menghindari darah masuk ke mata.

Napasnya tercekat. Dadanya sesak. Kepalanya dan tubuhnya sangat sakit. Dengan sisa-sisa kekuatannya, laki-laki itu berusaha berteriak minta tolong.

"To-long..."

Kevin tidak tahu apa yang terjadi setelahnya. Seluruh indranya mati rasa. Akhirnya Kevin hanya memejamkan mata sambil bersandar pada kursinya. Dalam hati ia memanjatkan doa agar dirinya merasa lebih baik.

Bayangan seorang gadis muncul dibenaknya. Gadis berkerudung yang selalu menari-nari dikepalanya. Gadis dengan perangai sopan dan ucapannya yang menenangkan berhasil membuat Kevin jatuh cinta.

Otaknya memutar kenangan yang pernah dimilikinya dengan calon istrinya itu. Perempuan yang selalu berhasil membuat jantungnya berdetak tak keruan hanya dengan senyuman sederhana.

Rasanya tidak adil. Sama sekali tidak adil. Kenapa setelah penantian panjangnya, ia harus seperti ini? Kenapa disaat esok merupakan hari pernikahannya, Kevin kecelakaan?

Bahkan Kevin belum pernah membuat gadis itu tersipu karenanya. Kevin belum pernah merasakan hangatnya pelukan gadis itu. Kevin bahkan belum sempat memilikinya secara utuh. Kevin bahkan belum sempat mengucapkan kalimat perpisahan.

One Shots [𝑻𝑯𝑬 𝑩𝑶𝒀𝒁]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang