29 - Kevin

3.4K 347 101
                                    

“Selamat malam, Tuan Putri.”

Kamu mengerutkan dahi ke arah pemuda berambut hitam keriting itu. “Idih, siapa lo?”

“Ih, Sayang, kok judes banget,” ujarnya sambil tersenyum lebar.

“Lagian siapa suruh pake ngeritingin rambut begitu? Sengaja biar dilirik cewek-cewek, hah?”

Kevin terkekeh dan menepuk-nepuk puncak kepalamu. “'Kan biar kamunya makin sayang sama aku, terus gak bisa selingkuh deh.” Dia mendekatkan wajahnya ke wajahmu dan menatap matamu lekat.

Refleks wajahmu memerah karena perlakuannya yang tiba-tiba. Kamu pun membuang muka demi menghindari mata cokelatnya Kevin. “A-aneh-aneh aja! Tanpa begitupun aku juga gak akan selingkuh sama sekali!”

Sebab kamu membuang muka tadi, sekarang wajah Kevin berada tepat di depan telingamu. Iapun menggunakan itu sebagai kesempatan untuk berbisik di telingamu.

“Tapi kamu suka, 'kan?” bisiknya dengan suara beratnya.

Hal itu sukses membuat jantungmu hampir lepas dari tempatnya. Bahkan bulu kudukmu berdiri saat kamu merasakan napas hangatnya menyentuh telingamu.

Tanpa mampu berkata apa-apa, kamupun mengangguk pasrah. Ia terkekeh melihat ekspresimu dan mengacak-acak rambutmu gemas.

“Kamu gemesin banget sih. Yuk nikah.”

“Tuhkan, kamu mah bercandanya bawa-bawa nikah.”

“Ya udah, nanti kalau aku ngomongin nikah lagi berarti bukan bercanda, ya.”

Kevin meletakkan tangannya pada pinggangmu dan menariknya sehingga kamu menabrak pelan tubuhnya tak sengaja. Ia tersenyum hingga deretan giginya muncul menimbulkan kesan menggemaskan sekaligus menyebalkan bagimu.

“Kamu bisa gak, gak usah narik tiba-tiba?”

“Emang kenapa? Kamu nggak suka deket-deket sama pacar tersayang kamu ini?”

“Ih, kesannya kayak aku punya pacar selain kamu aja. Ya iyalah tersayang, orang pacar aku cuma kamu.” Kamu mengerucutkan bibirmu kesal.

“Ya gak salah dong?” Kevin mengedipkan sebelah matanya.

“Iyaaaa ih udah dong nanti jantung aku copot kalau kamu bertingkah terus,” rengekmu yang sukses membuatnya tertawa.

“Yuk, jalan.”

Ia membukakan pintu mobilnya untukmu, sehingga kamu tersipu. Setelah memasuki mobilnya, iapun langsung tancap gas tanpa berbasa-basi. Sepanjang perjalanan, tangannya sama sekali tak melepas tanganmu yang berada dalam genggamannya.

Hari ini bukanlah hari yang spesial sebenarnya. Hari ini hanyalah jadwal kencan biasa kalian. Akan tetapi, Kevin memintamu berdandan secantik dan semenarik mungkin. Bahkan ia sendiri sampai mengeriting rambutnya, yang mana membuat penampilannya menjadi lebih menarik dari biasanya.

Entah apa yang merasukinya. Ia biasanya tidak begini. Ia jarang peduli dengan penampilannya. Bahkan ia pernah menjemputmu dengan kaus kutang miliknya padahal kamu berpakaian rapi. Kamu jadi mengira kepalanya habis terbentur atau bahkan otaknya merosot ke lututnya.

“Sayang, kamu kenapa sih hari ini? Aneh banget, tau.”

Alih-alih menjawab, ia hanya menunjukkan senyuman miringnya dan mengusap puncak kepalamu. Lagi-lagi jantungmu hampir lepas dari posisinya karena senyuman miringnya itu.

“Ih bukannya dijawab malah disenyumin doang. Mana senyumnya begitu banget. Kesel,” gerutumu sambil mengerucutkan bibir.

“Kamu gemesin banget. Ayo kita nikah biar bisa ngehasilin anak-anak yang sama gemesinnya kayak kamu.”

One Shots [𝑻𝑯𝑬 𝑩𝑶𝒀𝒁]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang