“Y/N, kamu ngapain pulang bareng Eric kemarin?”
Kamu yang sedang minum air putih dengan santainya tersedak karena terkejut. Bagaimana tidak, detik sebelumnya kamu sedang sendirian tanpa seorangpun di dekatmu, tetapi tiba-tiba Juyeon muncul dan menanyakan hal aneh dan tidak penting kepadamu.
Juyeon tampak sangat terkejut karena kamu tersedak. Ia memukul-mukul punggungmu lembut sambil menatapmu khawatir.
“Ya, emangnya kenapa? Suka-suka aku dong,” jawabmu enteng setelah berhasil berhenti dari batuk akibat tersedak.
“Bukannya aku udah bilang jangan deket-deket Eric lagi? Dia itu--”
“Haduh, Ju, harus banget dibahas?” Kamu mendecak malas dan memutar bola mata. “Bisa nggak sih kamu nggak usah ngurusin hidup aku? Lagian ini tuh nggak penting. Mau aku pulang sama genderuwo kek bukan urusan kamu.”
Juyeon mendesis kesal. “Tentu aja ini urusan aku!” Karena sudah sangat kesal, Juyeon tak sadar telah meninggikan nada bicaranya. Sontak, seluruh pengunjung perpustakaan melempar tatapan tajam ke arahnya. Bahkan pustakawan sampai menegur kalian berdua untuk lebih tenang.
“See?” Kamu meliriknya kesal. “Sekarang mendingan kamu keluar. Kamu ke sini cuma mau tanya itu doang, 'kan?”
“Fine. Tapi, setelah ini kamu nggak boleh pulang sama Eric lagi,” kata Juyeon tegas lalu meninggalkanmu kembali sendirian.
Kamu mendengkus dan mengusap wajahmu dengan tangan. Laki-laki itu terlalu mengurusi hidupmu. Melelahkan. Tak tahu lagi harus bagaimana agar laki-laki itu berhenti mencampuri segala urusanmu.
🌹🌹🌹
“Y/N, gue mau tunjukin sesuatu ke lo.”
Kamu menaikkan alis, penasaran. Apalagi mata Eric tampak berbinar antusias ketika mengucapkannya. “Apa itu?”
Eric mengeluarkan sesuatu yang selama ini tersembunyi di belakang tubuhnya. Muncullah dua buah tiket konser dan satu buah album dari band kesukaanmu. Kamu melotot dan rahangmu seakan lepas dari tempatnya.
Eric terkekeh atas reaksimu. Tangannya mengelus bagian belakang lehernya, pipinya merona. “Uhm, gue tahu lo pengen banget album sama tiket konsernya mereka, makanya gua beliin, hehe.”
“Tapi, Ric, lo nggak perlu beliin gua ini. Albumnya aja udah mahal, apalagi lo beli tiketnya yang mahal banget.”
Eric menggeleng. Ia meletakkan sebuah album dan sebuah tiket di tanganmu dan tersenyum manis. “Nggak apa-apa kok, gue cuma pengen nyenengin lo aja.” Ia mengigit bibirnya dan menatap matamu dalam. “Uhm, lo mau nggak jadi pacar gue?”
Kamu terdiam. Matamu mengerjap. Ketika kamu mengucapkan hal itu, bayangan seseorang muncul di benakmu. “Tapi, lo tahu 'kan, Juyeon...”
“Ngapain lo peduli sama Juyeon? Dia bukan siapa-siapa lo, 'kan?” Eric mengerutkan dahinya.
Benar juga. Buat apa gue peduli sama dia? Kamu mengangguk. “Gue mau, Ric.”
Eric tersenyum lebar, ia dengan segera menarikmu ke dalam pelukannya. Tangannya tak tinggal diam, ia bergerak untuk mengelus rambutmu. “Nanti kita ke konser berdua, ya,” bisiknya di telingamu.
Ketika tubuhmu terkungkung dalam pelukan Eric, ekor matamu menangkap sosok Juyeon yang sedang berdiri cukup dekat dari kalian. Matanya menatapmu tak percaya, bahkan sekelebat kekecewaan muncul di kedua manik berkelir cokelatnya. Kamu membalas pelukan Eric sambil terus menatapnya. “Iya, Ric. Sebelum konser mampir ke rumah gua, ya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shots [𝑻𝑯𝑬 𝑩𝑶𝒀𝒁]
Fanfictionjust some imaginations to make your heart warm. (DISCONTINUED) Most Impressive Ranking #2 Halu 16-10-2020 #7 theboyz 01-02-2021 #3 Tbz 08-04-2023