11 - New

4.5K 502 54
                                    

Never felt like this before
Are we friends or are we more?

🌹🌹🌹

Chanhee

|woi
|mau curhat

Curhat apaan?|
Cewek lu lagi?|
Ada masalah apaan lagi sih?|

Kamu menghela napasmu sambil tersenyum kecut. Lagi-lagi kamu tidak bisa tidak mengacuhkan laki-laki itu. Laki-laki yang selalu curhat mengenai gadisnya tanpa mau tahu tentang isi hatimu.

Choi Chanhee, laki-laki yang kamu cintai dalam diam selama bertahun-tahun itu adalah sahabatmu. Sahabat yang selalu bersamamu dalam suka maupun duka. Sayangnya, kamu tidak dapat memiliki hatinya.

Chanhee sudah mempunyai pacar yang jauh lebih cantik darimu. Sejak ia punya pacar, ia selalu membagi waktunya untukmu dan pacarnya, meskipun begitu dia tidak pernah menomor duakanmu. Persahabatan kalian berjalan seperti biasa, bahkan Chanhee masih suka menginap di rumahmu.

Itulah yang membuatmu suka sekaligus benci pada laki-laki berambut cokelat itu. Kamu suka ia tetap memprioritaskanmu walau ia sudah memiliki pacar, tetapi kamu benci karena ia sudah membuatmu berharap lebih.

Gawaimu memunculkan notifikasi pesan dari Chanhee. Dengan malas, kamu membaca pesannya dan membalasnya.

Chanhee

|iya, kayak biasa dia ngambek lagi
|gue jemput ya
|sekalian jalan-jalan

Ya udah|

Dan lagi-lagi kamu tidak bisa tidak mengacuhkannya.

🌹🌹🌹

Chanhee berdiri di depan rumahmu sambil memainkan ponselnya. Rambutnya tampak acak-acakan karena helm yang dipakainya. Begitu kamu menutup pintu, Chanhee mematikan ponselnya sambil tersenyum.

“Yuk,” ajaknya. Kamu hanya mengangguk pelan.

Chanhee menyerahkan helmnya untuk kamu pakai, setelah itu dia memakai helmnya dan bersiap menyalakan motornya. Dia selalu mengutamakan keselamatan, mau sedekat apapun kalian pergi.

“Udah siap?”

“Udah,” jawabmu sedikit berteriak.

Chanhee menjalankan motornya perlahan. Diperjalanan kalian tidak mengeluarkan suara apapun karena sama-sama berenang dipikiran kalian sendiri.

Setelah sampai di kafe langganan kalian, Chanhe segera memarkirkan motornya dan melepaskan helmnya. Kamupun melakukan hal yang sama, lalu menyerahkan helmnya kepada Chanhee.

Chanhee menggenggam tanganmu erat, sebuah kebiasaannya yang tidak pernah lenyap sampai sekarang. Kalian saling bergandeng tangan hingga kalian duduk. Chanhee memesankan makanan dan minuman seperti biasa, setelah itu keheningan melanda.

“Tadi katanya mau curhat. Pikun apa gimana?” tanyamu.

“Oh iya.” Chanhee mendesah pelan. “Gue bingung sama cewek gue. Makin hari makin cemburuan. Gue nggak suka. Dia bahkan ngelarang gue buat ketemuan sama lo,” ujar Chanhee sambil mengerang kesal.

One Shots [𝑻𝑯𝑬 𝑩𝑶𝒀𝒁]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang