“Kak? Woi, lo denger gue ngomong nggak sih?” omelmu karena kakakmu, Sangyeon, terlihat tidak menyimak ucapanmu sama sekali.
“Nggak,” jawabnya enteng.
Kamu memelototinya lalu mencubitnya dengan sadis. “Kebiasaan banget kalau orang lagi ngomong nggak di dengerin!”
“Aduh, aduh, maaf!” Sangyeon mengaduh kesakitan dan menarik tanganmu untuk melepaskan cubitan mautmu. “Abisnya lo lucu kalau lagi ngomong gitu.”
“Jangan fokus sama muka gue, Kak. Ah elah, bete gue.” Kamu cemberut lalu meniup ponimu, kebiasaanmu saat sedang kesal. Hal itu membuat Sangyeon gemas.
Sangyeon tertawa dan mencubit pipimu. “Lucu banget adik gue, Ya Allah,” ujarnya sambil menarik pipimu.
“Kak! Nanti pipi gue lebar!” protesmu sambil berusaha menjauhkan tangannya dari wajahmu.
“Abisnya lo lucu banget,” ujarnya enteng, tanpa tahu bahwa sedaritadi jantungmu sudah berdetak tidak karuan. Astagfirullah, ini kakakmu, Y/N!
“Kok muka lo merah?”
Kamu melotot dan menyentuh kedua pipimu. “I-ini gara-gara lo cubit, tau!” Padahal wajahmu memerah juga karena kamu merona akibat ucapannya.
Sangyeon tertawa pelan. Tangannya bergerak memeluk pinggangmu dan menyeringai. “Gara-gara gue cubit atau gara hal lain?”
Sial, ganteng banget kalau senyum begitu. Batinmu menjerit. Kamu membuang muka demi menjaga agar matamu tidak melihat wajah Sangyeon dan dapat semakin menimbulkan perasaan bodoh di hatimu.
“Terserah!” Kamu melepaskan tangan Sangyeon yang memeluk pinggangmu dan segera beranjak dari sofa untuk kembali ke kamarmu, namun Sangyeon mengucapkan sesuatu yang membuatmu mengurungkan niatmu dan malah kembali duduk di sebelahnya.
“Es krim mau?”
“Si kucrut bisa aja bujuknya,” gerutumu.
🌹🌹🌹
Kamu melepaskan sepatumu lalu menyapa ayahmu yang sedang mengobrol dengan Sangyeon. Setelah menyalimi mereka, kamu berniat untuk berjalan ke kamar dan mengganti seragammu dengan pakaian rumah, namun ayahmu menyuruhmu untuk tinggal.
“Kakak kamu bingung tuh, mau ambil beasiswa ke Belanda apa ke Jerman. Kamu bantuin coba, kalian 'kan klop banget,” ujar ayahmu.
Kamu mengerutkan dahimu. “Lho, Kakak mau kuliah di luar negeri?” tanyamu sambil menatapnya tajam. Laki-laki itu tidak pernah mengatakan tentang hal ini sebelumnya kepadamu, padahal laki-laki itu paling benci kalau kamu menyembunyikan sesuatu darinya.
Sangyeon mengelus tengkuknya dan membuang pandangannya, berusaha tidak berkontak mata denganmu. “I-iya...”
“Kenapa harus nanya ke aku, kalau Kakak sendiri nggak ngasih tau apa-apa ke aku?” tanyamu ketus. Kamu langsung beranjak menuju kamarmu dan meninggalkan ayahmu dan Sangyeon dengan keadaan terkejut.
Kamu langsung mengunci pintu kamarmu dan menangis tanpa suara. Dalam hati mengutuk dirimu sendiri karena mempunyai perasaan bodoh terhadap kakak kandungmu sendiri.
Kamu marah karena Sangyeon berniat kuliah di luar negeri tanpa memberitahukanmu apa-apa. Padahal kalau dipikir-pikir lagi, untuk apa kamu marah? Bukankah kamu seharusnya senang dan bangga karena kakakmu mendapat beasiswa ke luar negeri? Bukankah itu yang sewajarnya dilakukan seorang adik?
Tetapi bukankah tidak wajar kalau kamu mencintai kakakmu sendiri?
Kamu mendengus kesal. Meraih tisu dengan kasar dan meluapkan emosimu pada selembar kertas tisu tidak bersalah itu. Bahkan tisu itu harus berakhir dengan keadaan tersobek-sobek olehmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shots [𝑻𝑯𝑬 𝑩𝑶𝒀𝒁]
Fanfictionjust some imaginations to make your heart warm. (DISCONTINUED) Most Impressive Ranking #2 Halu 16-10-2020 #7 theboyz 01-02-2021 #3 Tbz 08-04-2023