6 - Juyeon

8.8K 745 285
                                    

Agak panjang. Dilemesin aja bacanya.

🌹🌹🌹

“Wuih, Sunwoo beneran pacaran sama tante-tante pedofil?!”

“Apa sih?! Cewek yang gue pacarin itu cuma beda 3 tahun dari gue, tau!” seru Sunwoo menyangkal ucapan Shuhua.

Seketika teman-temanmu tergelak. Lucu sekali saat mengetahui fakta bahwa Sunwoo memacari seorang perempuan yang berumur 3 tahun lebih tua darinya. Sunwoo merengut. Dia bangkit dari kursinya tanpa mempedulikan kawan-kawannya yang masih terbahak.

Disaat yang lain sibuk mengomentari pacarnya Sunwoo, kamu sama sekali tidak merespon. Sejujurnya perbedaan umur sejauh 3 tahun tidaklah terlalu jauh menurutmu. Perempuan yang dipacari Sunwoo tidak pantas dipanggil tante dan pedofil. Kecuali yang dipacari Sunwoo adalah wanita dewasa yang berumur 15 tahun lebih tua darinya, itu lebih masuk akal untuk dibilang begitu.

Kamu meringis dengan khayalanmu sendiri. Padahal cuma gambaran tapi begitu mengerikan untuk dibayangkan. Dan kamu sendiri tidak bisa membayangkan kalau malah kamu yang berpacaran dengan pria yang umurnya jauh lebih tua darimu.

“Lagian ada-ada aja. Kalau pacaran sama janda muda mah nggak apa-apa malah enak udah berpengalaman,” celetuk Jeno.

“Yeh, lo mah pikirannya yang enak-enak doang.” Renjun memukul kepala Jeno keras membuat laki-laki itu melayangkan tatapan sinis kepadanya.

“Omong-omong, lo kok nggak komentar apa-apa, Y/N?” tanya Nancy. “Apa jangan-jangan lo juga pacaran sama om-om ya?” Nancy menatapmu dengan tatapan menyelidik.

Kamu refleks menggeleng. “Oh, nggak kok. Cuma menurut gue pacar Sunwoo itu nggak pantes dibilang tante-tante atau pedofil. Soalnya kan beda umurnya cuma 3 tahun. Sebutan itu lebih pantes kalau perbedaan umurnya jauh banget.”

Nancy hanya mengangguk-angguk. Kamupun kembali sibuk dengan makananmu karena bel masuk akan berbunyi sebentar lagi.

🌹🌹🌹

Kamu tersenyum lebar sambil mencomot sebuah cokelat bermerk kesukaanmu lalu memasukkannya ke keranjang belanja. Sore ini kamu diminta ibumu untuk belanja beberapa kebutuhan pokok dan kamu memanfaatkannya untuk sekalian membeli beberapa cemilan.

Tanganmu sudah siap untuk mengambil coklat itu sekali lagi, melihat memang hanya tersisa dua cokelat di sana. Namun sebuah tangan mengambil cokelat itu terlebih dulu dibanding kamu.

“Eh?” ucapmu refleks.

Laki-laki yang mengambil cokelat itu menatapmu bingung. Beberapa saat kemudian dia tersenyum manis. “Mau ambil cokelat juga?”

Matamu membulat. Pandanganmu terpaku pada wajahnya yang tampan dan senyumannya yang semanis madu. Jantungmu berdetak tak karuan karena gugup. “Eh? Ng-nggak kok. Ambil aja, Mas.” Dalam hati kamu mengutuk mulutmu sendiri karena memanggilnya ‘Mas’ seenakmu saja.

“Oh, oke,” ujar laki-laki itu tanpa sedikitpun melunturkan senyumannya.

Kalau dilihat-lihat, sepertinya dia adalah mahasiswa. Auranya masih sangat muda, berarti mungkin saja dia adalah mahasiswa baru. Cara berpakaiannya rapi, orangnya juga sopan. Apa dia sudah punya pacar?

Gila, kamu mikir apa barusan? Kamu mencubit pipimu sendiri. Mana mungkin laki-laki seperti itu belum mempunyai pacar? Perempuan di kampusnya mungkin buta.

Suara tawa yang tertahan menyadarkan dirimu dari pikiranmu. Kamupun menyadari laki-laki tadi masih berada di sebelahmu dan melihat kamu mencubit pipimu sendiri dengan bodohnya. Kamu tersenyum canggung sambil mengutuk dirimu sendiri dalam hati.

One Shots [𝑻𝑯𝑬 𝑩𝑶𝒀𝒁]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang