47 - Jacob

613 73 0
                                    

Sudah sial tertimpa tangga.

Siapa?

Ya kamulah.

Sudah pulang lembur, motor mogok tiba-tiba di jalan sepi, dekat kuburan pula.

Mau minta tolong teman, kamu tidak punya teman. Eh, punya sih, tetapi belum tentu mau dimintai tolong. Apalagi ini masih sangat jauh dari rumahmu.

Mau nangis.

Mana hawanya serem banget.

Sepi, gelap, deket kuburan ... kalau tiba-tiba ada jumpscare gimana?

Bibir kamu mengerucut. Matamu mulai memanas dan memburam, diikuti tetesan-tetesan air dengan isakan tertahan.

Yah, namanya juga kamu. Bukannya cari solusi dulu malah nangis dulu.

Kamu berjongkok lalu memeluk kedua kakimu dan menyembunyikan wajahmu di sana. Berusaha keras menahan isakan meskipun tangisanmu makin deras. Takut tiba-tiba ada yang ikut nemenin kamu nangis.

Sepuluh menit kemudian tangisanmu mereda. Kamu menyeka matamu yang masih basah sambil memandangi gawaimu dengan ekspresi memelas.

Kamu tahu harus melakukan sesuatu, minimal mencari bantuanlah. Hanya saja tidak tahu cari bantuan di mana.

Kalau pesen ojek buat bantu stut motor kira-kira mau tidak yah?

Mau kali, toh ujung-ujungnya kamu bayar.

Kamu membuka aplikasi ojek online di gawaimu lalu memesan. Butuh waktu yang agak lama sih, mungkin karena daerahnya sepi dan tidak ada ojol yang dekat sini.

Untungnya, kamu mendapatkan driver. Jaraknya agak jauh sih dari tempatmu berdiri. Sekarang ia sedang mengemudi ke tempatmu.

Matamu terpaku pada ikon pengemudi warna hijau yang sedang berkendara dengan penuh harap. Dalam hati berdoa agar tidak terjadi apa-apa sebelum pengemudinya sampai.

Namun, di tengah jalan si driver berhenti. Sebuah notifikasi pesan masuk pun muncul di aplikasi hijau itu.

|Kak, ini orderannya beneran kan?

Ya iyalah masa bohongan.

Yang bener ajalah, Bang.

Bener kok, Bang|
Emang kenapa?|

|

Saya takut yang order setan :(
|Soalnya deket kuburan, malem-malem pula

Ya Tuhan. Dikira setan aku. Untung typing-nya lucu pake emot.

Setelah percakapan singkat itu, ikon pengemudi hijau kembali berkendara, kali ini bergerak lebih cepat daripada sebelumnya.

Dikira setan sama driver bikin badmood. Bayangin lagi di tempat sepi, gak terlalu banyak cahaya selain cahaya dari lampu jalan, deket kuburan, motor mogok, ketakutan ... malah kamu yang dikira setannya.

Jangan bahas setan mulu, ah. Merinding.

Hawanya makin tidak enak.

Jadi kamu memutuskan untuk memasang earphone dan mendengarkan lagu dengan volume penuh, selagi kamu membenamkan wajahmu di lutut demi menghindari pemandangan atau suara-suara tidak mengenakkan.

Belum tentu ada apa-apa sih, kamu cuma parnoan saja.

Sampai-sampai tidak sadar driver yang kamu tunggu sudah sampai.

Si driver menatap kamu takut-takut. Yah, siapa yang gak takut sih melihat seseorang berambut panjang jongkok di sisi jalan, wajahnya tidak terlihat, dipanggil tidak menyahut pula. Sudah seperti Mbak Kunti.

One Shots [𝑻𝑯𝑬 𝑩𝑶𝒀𝒁]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang