“Ssshh.”
Aroma mint yang menenangkan dan menyegarkan menghantam indera penciumanmu lembut. Kamu mengeratkan pelukanmu pada pemuda di hadapanmu, agar aroma itu tetap ada sembari menahan diri untuk tidak bersuara sedikit pun.
Sunwoo menarik pinggangmu dan memeluknya erat. Terasa hangat dan nyaman. Ditambah dengan detak jantungnya dan napas yang teratur, membuat kamu sama sekali tak ingin menjauh darinya.
“Kayaknya udah aman,” bisiknya sambil menimbulkan kepalanya sedikit, melihat-lihat sekitar lalu kembali beralih kepadamu dan tersenyum. Kamu menghela napas lega.
“Akhirnyaaa.”
“Ayo, masuk mobil. Kita harus cepat sebelum mereka kembali.”
Perjalanan ini terasa lebih menyenangkan saat kamu tahu semuanya sudah baik-baik saja dan ibu jarinya yang kerap kali mengelus punggung tanganmu lembut. Rona merah mulai menyebar di pipimu. Kamu tertawa riang.
Mobil berhenti dan pintu terbuka bahkan sebelum kamu sempat meraih knopnya. Sunwoo tersenyum. Sesaat setelah kamu mengangkat bokongmu dari kursi mobil, Sunwoo mengangkatmu dalam gendongannya sambil mengecup bibirmu.
“Suka?”
Lagi-lagi Sunwoo membawamu ke tempat yang lumayan terpencil, bukit dengan pemandangan lampu kota berkelip indah. Tentu kamu mengangguk.
“Sukaaa. Makasih ya, Sayang.”
Sunwoo mengangguk sambil mengusap kepalamu. “Maaf ya saya sering ngelibatin kamu dalam masalah saya.”
“Kamu udah sering minta maaf tentang hal itu. Bosen aku dengernya. Kan aku udah bilang, aku gak masalah sama sekali.”
Ia menarikmu ke dalam pelukannya. Napasnya terdengar agak terengah, seperti sedang melawan sesuatu yang bergemuruh di hatinya.
“Kenapa kamu masih mau sama seseorang yang bermasalah kayak saya? Bukannya lebih enak kalau kamu memacari ‘orang normal’?”
“Kita udah sering bahas itu, 'kan? Dan udah jelas-jelas aku bakal jawab kalau aku lebih milih kamu dibandingan ‘orang normal’ itu.”
“Tapi hidup kamu gak tenang gara-gara saya.”
“I know. Itu konsekuensi aku.”
Suasana berubah semakin dingin dan sepi. Napasnya menabrak telinga dan lehermu membuatmu bergidik. Kamu memejamkan mata.
“Entah jadi apa saya tanpa kamu,” Sunwoo berbisik, “saya bertahan karena kamu.”
Kamu bisa merasakan benda kenyal dan basah menempel di lehermu dan mulai menciumnya. Sensasi aneh dan geli menyebar cepat di seluruh tubuh kamu bak sengatan listrik. Unik, dan kamu menyukainya.
“Angkat tangan! Cepat serahkan diri kalian!”
“Shit.” Sunwoo menarik tanganmu dan dengan cepat memasuki mobil diikuti kamu. Tanpa basa-basi, mobil melaju dengan cepat, meninggalkan suara teriakan dari orang-orang tadi sambil menembakki kalian.
Kamu menoleh ke arah belakang lalu menatap Sunwoo khawatir. “Mereka nembakin kita.”
Ia hanya diam sambil menginjak pedal gas lebih dalam. Namun, sebuah peluru berhasil menancap pada ban mobil, membuatnya oleng dan akhirnya menabrak sebuah pohon kencang. Kepalamu membentur keras, mengeluarkan darah yang lumayan banyak. Kamu tak tahu bagaimana keadaan pemuda yang di sebelahmu karena matamu perih terkena darah.
“Shit! Damn!”
“Keluar kalian!”
Sunwoo berusaha menancapkan gasnya lagi, tapi ban kalian kembali ditembaki. Semua aparat telah mengarahkan pistolnya ke arah kalian.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shots [𝑻𝑯𝑬 𝑩𝑶𝒀𝒁]
Fanfictionjust some imaginations to make your heart warm. (DISCONTINUED) Most Impressive Ranking #2 Halu 16-10-2020 #7 theboyz 01-02-2021 #3 Tbz 08-04-2023