7 - Sangyeon

5.8K 577 95
                                    

"Ma, ada yang mencet bel nih!"

Kamu mencuci tanganmu setelah selesai mencuci piring bekas sarapan dan bergegas menghampiri putrimu yang berteriak dari ruang tamu.

"Kira-kira siapa yang berkunjung pagi-pagi begini?"

"Papa!" jawab Haneul sumringah. Kamu tersenyum tipis sambil mengelus kepala putrimu itu. Haneul sangat menginginkan Papanya datang, tapi kamu sama sekali tidak menginginkannya.

Kamupun segera membuka pintunya. Di balik pintu berwarna putih itu terdapat figur pria dengan rambut cokelat yang tersenyum menatapmu. Kamu tersenyum tipis, berusaha terlihat ramah. Laki-laki itu menyapa dengan lembut. Dia Sangyeon, mantan suamimu yang sama sekali tidak kamu inginkan untuk hadir.

"Hai. Apa kabar?"

"Papa!" jerit Haneul dan langsung berlari ke arah pria itu.

Sangyeon menggendong Haneul erat. Sesekali diciumnya puncak kepala sang buah hati yang sudah lama tidak ia kunjungi. Setiap kecupannya selalu mengandung rasa rindu dan sayang yang tersirat.

Begitu mereka puas melepas rindu, Sangyeon menurunkan Haneul lalu atensinya kembali kepadamu. Matanya yang teduh memandangmu hangat kamu balas dengan tatapan tak berekspresi walau bibirmu masih menyunggingkan senyum.

"Kamu nggak mau jawab pertanyaan aku?" tanyanya.

"Mama, Papanya ajak masuk dulu. Kata mama tamu itu nggak boleh didiemin di depan rumah," kata Haneul bermaksud menegurmu.

Dalam hati kamu ingin menolaknya, membiarkan pria itu di luar apartemenmu atau bahkan mengusirnya. Tapi kamu jelas tidak tega dengan Haneul yang kelihatan begitu merindukan Sang Papa. Kamu menghela napas, lalu mengangguk.

"Masuk dulu, Yeon."

"Terima kasih."

Kamu menutup pintu apartemenmu lalu pergi ke dapur untuk menyediakan beberapa makanan dan minuman, namun sebelumnya kamu bertanya terlebih dahulu.

"Kamu mau minum apa?"

"Apa saja."

Saat di dapur, kamu melihat Haneul berjalan menghampirimu dengan cengiran khas yang menggemaskan. Tangan-tangan kecilnya terulur untuk membantumu.

Kamu tersenyum kecil. Memberikan beberapa toples kue kering buatanmu yang langsung disambut Haneul dan dibawanya ke ruang tamu. Kamu mengikuti Haneul seusai kamu selesai membuat teh hangat.

"Y/N," panggil Sangyeon. Kamu menyahuti dengan gumaman.

"Aku berniat ngajak Haneul jalan-jalan. Kalau kamu mau ikut, ikut aja."

Kamu menatap Sangyeon kesal. Apa-apaan dia? Setelah kalian bercerai laki-laki itu menghilang tanpa kabar. Satu-satunya tanda bahwa laki-laki itu masih hidup adalah uang yang selalu masuk ke rekeningmu setiap bulannya. Tapi bukan itu yang sebenarnya kamu inginkan.

Walau kalian memang bukan suami istri lagi, setidaknya Haneul masih merupakan anaknya. Tapi setelah perceraian Sangyeon tidak pernah sekalipun datang menjenguk anaknya. Membuat Haneul hancur, hati kecilnya terluka. Dia masih terlalu kecil untuk paham kenapa orang tuanya berpisah, dan kenapa Sang Papa menghilang tanpa kabar.

Haneul nyaris setiap malam mengigaukan Sangyeon. Menangis meraung-raung berkata dia merindukan Papanya. Setiap hari berharap bahwa Sang Papa datang mengunjunginya walau hanya sebentar, namun hal itu tidak pernah terwujud setidaknya untuk hari ini.

"Boleh ya, Ma? Kan tadi Haneul udah bantuin Mama bawa makanan," bujuk Haneul sambil memasang wajah memohon.

Kamu bimbang. Sebenarnya kamu sangat marah karena Sangyeon meninggalkan kewajibannya sebagai seorang ayah, tapi kamu sangat tahu betapa Haneul merindukan Papanya. Melarangnya bukanlah hal tepat karena itu hanya akan menambahkan luka pada hati kecilnya. Tapi mengizinkannya pergi bukanlah hal yang mudah karena kepercayaanmu pada pria itu sudah lenyap ditutup luka.

One Shots [𝑻𝑯𝑬 𝑩𝑶𝒀𝒁]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang