24 - Juyeon

6K 517 228
                                    

“Ju, kerjain dulu itu tugasnya.”

Kamu menggoyangkan tubuh Juyeon yang malah menidurkan kepalanya di meja. Sebetulnya kamu kasihan melihatnya sangat kelelahan, tetapi mengingat tugasnya tidak kasihan sama sekali dengannya, mau tidak mau kamu membangunkannya.

“Ju--”

Juyeon mengangkat tangannya dan meletakkannya di pinggangmu dengan mata terpejam. Membuatmu tertarik mendekat ke arahnya. Kamu mengerjapkan matamu, terkejut.

“Juyeon,” panggilmu sambil membelai wajahnya.

“Cium dulu.”

Wajahmu memanas seketika. Matamu membulat terkejut dan hampir keluar dari tempatnya ketika Juyeon membuka matanya.

“Di sini.” Juyeon menunjuk bibirnya sendiri lalu memejamkan matanya lagi.

Kamu bergeming. Tak lama kemudian, kamu mendekati wajahnya dan mengecup bibirnya lembut dengan malu-malu. Seketika Juyeon membuka matanya dan memegang pipimu agar kamu tidak melepaskan ciumannya. Tak ketinggalan, beberapa lumatan kecil diberikan olehnya.

Juyeon menjauhkan wajahnya darimu setelah cukup lama berciuman. Dengan wajah yang agak bersemu, ia tersenyum lebar hingga membuat bulan sabit di matanya lalu mengusak kepalamu.

“Temenin aku sini,” katanya. Kamu mengangguk.

“Ini, kopinya diminum. Nanti keburu dingin.” Kamu menyerahkan segelas kopi yang masih mengepulkan asap di atasnya dan langsung diminum oleh Juyeon.

Setelahnya, Juyeon sibuk dengan tugas-tugasnya. Kamu yang tidak mengerti hanya bisa menatap laki-laki itu, karena jujur saja Juyeon tampak sangat tampan saat serius dan memainkan beberapa benda-benda yang terletak di meja. Tiba-tiba sebuah ide lucu terbit di otakmu.

“Ju, pinjem tangan kamu.”

Juyeon menoleh, kebingungan. “Buat apa?”

“Ada deh.”

Kamu mengambil tangan kekar dan berurat Juyeon dan diletakkan di hadapanmu. Diraihmu sebuah pulpen bertinta merah dan menggambar tangannya dengan sebuah gambar hati dengan tulisan “semangat!”

Juyeon tersenyum selama kamu menggambar tangannya. Seusai itu, kamu menoleh ke arahnya dan terkekeh. “Nih, makasih ya.”

Ia mengacak-acak rambutmu. “Aku yang makasih, Sayang.”

Juyeon merentangkan tangannya dan menarikmu ke dalam pelukannya. “Tidur gih, kamu 'kan gak bisa begadang.”

Kamu menggeleng. “Nggak mau. Aku mau temenin kamu.”

“Ya udah.”

Jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah dua pagi saat Juyeon tidak merasakan pergerakan apapun di sebelahnya. Ia menoleh dan tersenyum. “'Kan, dibilang juga apa.”

Dengan gaya pengantin, Juyeon menggendongmu menuju kamar dan menidurkanmu di kasur. Seusai menyelimutimu, ia mengecup keningmu dan berbisik lembut.

“Mimpi indah, Sayang.”

🌹🌹🌹

“Dingin banget,” gumam Juyeon sambil menyalakan pemanas ruangan.

Kamu mengangguk. “Iya. Padahal baju aku udah lumayan tebal.”

Juyeom tersenyum dan merentangkan tangannya. “Sini, aku peluk.”

Alih-alih memeluknya, setelah kamu sampai di hadapannya kamu malah mengangkat sweater yang dipakainya. Tenang saja, ia pakai baju dalaman kok.

One Shots [𝑻𝑯𝑬 𝑩𝑶𝒀𝒁]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang