8 - Kevin

5.7K 558 157
                                    

Tok tok tok

Kamu mengernyit mendengar ketukan di jendela kamarmu. Ini sudah pukul setengah satu pagi. Siapa orang iseng yang mengetuk jendela kamarmu pada jam segini?

“Berisik, anjir,” katamu begitu membuka jendela kamarmu. Di baliknya terdapat seorang laki-laki berwajah sumringah setengah mengantuk yang sedang berpegangan pada batang sebuah pohon besar di sebelah rumahmu.

“Jam 5 gue jemput di taman. Kita jalan-jalan.”

“Ngigo ya lo? Balik sana ke rumah lo. Ngigo kok sampe ke rumah gue.” Kamu berniat menutup jendela, tetapi ditahan olehnya.

“Serius. Mending lo tidur sekarang biar nggak ngantuk pas gue samper,” ujar Kevin dengan nada serius.

“Gue izinnya apa sama Mama? Mana mungkin diizinin kalau gue bilang jalan-jalan sama lo.”

“Lo punya temen, 'kan? Bilang ke Mama, lo jalan sama temen lo. Bilang juga ke temen lo biar kalau ditanya Mama dia jawabnya lo sama dia.”

“Niat banget si, Keb. Ya udah deh. Pulang sana, nanti kalau ada yang liat lo manjat pohon cuma buat ketemuan sama gue yang ada kita gak jadi jalan-jalan,” katamu berniat mengusirnya.

Kevin mengangguk. “Dandan yang cantik, ya. Besok dibawa santai aja, kita cuma berdua, kok.” Setelah mengucapkan itu, ia turun dari pohon dan bergegas kembali ke rumahnya yang bersebrangan dengan rumahmu.

Kamu menghela napas. Kalau tentang Kevin, kamu tidak pernah bisa santai. Sahabatmu itu selalu punya kejutan di hidupnya, sehingga terkadang kamu merasa was-was.

Semoga saja besok bisa berjalan lancar.

🌹🌹🌹

“Ma, aku mau main sama Areum. Kayaknya bakal nginep juga, deh,” katamu pada ibumu yang sedang memasak sarapan pagi.

“Oh, ya udah. Kalau nginep usahain pulangnya jangan sore-sore,” katanya.

Kamu tersenyum lebar lalu mencium tangannya dan mengucap salam yang dijawab oleh ibumu. Setelah itu kamu berjalan menuju taman komplekmu, tempat di mana biasanya Kevin menjemputmu.

Mentari masih terlihat malu-malu untuk memancarkan cahayanya. Menandakan betapa paginya waktu yang ditentukan Kevin. Kadang-kadang kamu sering heran dengan kelakuan laki-laki itu. Sering kali dia menganggap malam menjadi pagi, Senin menjadi Minggu. Aneh memang, tapi hal itu menjadi ciri khasnya.

“Udah lama nunggu?” tanyamu begitu memasuki mobil Kevin. Kevin menghela napas lega.

“Gue kira lo nggak bakal dateng,” ujarnya tanpa menjawab pertanyaanmu. Kevin langsung mengemudikan mobilnya dan bergerak menjauhi taman.

“Ish, si bego, gue nanya nggak dijawab. Lagian kalau gue nggak dateng, kasian lonya ngebet banget mau jalan-jalan sama gue,” katamu setengah bercanda.

“Iya, gue ngebet banget. Besok udah nggak bisa soalnya.” Kevin tersenyum pahit ke arahmu.

Kamu terdiam. Padahal niatmu adalah bercanda, tetapi seharusnya kamu sadar itu bukanlah hal yang pantas dibercandakan.

“Emang kita mau ke mana?” tanyamu berusaha mengalihkan topik.

Raut wajah Kevin berubah jadi antusias. Senyuman terlukis di bibirnya. Seketika kamu tertegun. Senyuman itu, senyuman yang sering kali membuat hatimu menghangat, senyuman yang sering kali membuat jantungmu berdetak cepat, senyuman yang selalu menjadi favoritmu.

One Shots [𝑻𝑯𝑬 𝑩𝑶𝒀𝒁]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang