"Chiquita! Bontot sayang!"
"Iya Mama!"
"Cepat turun! Teman-teman kamu udah datang!"
"Iya Ma!"
Chiquita, gadis cantik dengan poni anti badai itu terlihat merapikan seragamnya sebelum benar-benar keluar dari kamar sembari menatap cermin di hadapannya.
"Cakep juga gue. Anak siapa si. Kekeke." Melihat dan memuji kecantikannya sendiri di cermin membuat gadis itu salting brutal.
Jika saja Kakaknya melihat itu bisa-bisa dia akan kena ejekan lagi dan di anggap tidak waras.
Beruntung Kakak laki-lakinya sudah pergi lebih dulu."Hai Bocil!"
Chiquita menoleh saat suara familiar itu terdengar, seketika ia menggembungkan pipinya saat mendapati Rora di sana.
Gadis berwajah menggemaskan itu tersenyum padanya."Gue bukan bocil. Lo jangan sok tua ya, kita cuman beda sebulan."
"Eiy, tetep aja tuaan gue. Lo harus sopan."
"Bodo."
Rora terkekeh, kemudian segera menarik Chiquita untuk pergi. Tak lupa ia menutup pintu kamarnya.
Sesampainya di lantai dasar, terlihat ada 2 orang teman sekelasnya. Yaitu Ruka dan Asa.
Kedua gadis itu sangat cantik."Pagi Bocil," Yang tertua di antara mereka memanggil Chiquita demikian, sama seperti panggilan Rora sebelumnya. Hanya saja gadis berponi itu tidak berkomentar dan membalasnya dengan senyuman manis.
Asa yang duduk di samping Ruka hanya menyapa dengan senyuman. Gadis berkulit putih itu adalah orang yang jarang bicara dan cukup misterius. Meski demikian Chiquita sangat dekat dengannya.
"Sayang, sebelum berangkat sarapan dulu ya, ajak teman-temanmu juga. Maaf Mama harus pergi, mendadak ada meeting."
"Iya Ma. Mama hati-hati."
"Iya sayang." Lalisa tersenyum kemudian mengecup singkat pucuk kepala putri bungsunya. Chiquita melambaikan tangannya saat Mamanya mulai menjauh.
Resiko memiliki seorang Mama terkenal, orangnya super sibuk.
Tapi meski begitu, Lalisa tidak pernah menomor duakan anak-anaknya."Ayo sarapan dulu Chi. Biar kuat ngelawan Geng Celana Levis entar." Rora memberikan semangat pada Bestienya, dan gadis berponi itu hanya terkekeh.
"Yow. Kayaknya enak nih, masakan Tante Lisa gak ada duanya." Ruka lebih dulu menikmati hidangan, mengabaikan yang punya rumah. Sudah biasa memang, jadi tidak aneh lagi. Malah terkadang Chiquita merasa dia bukan pemilik Rumah ini.
Sementara itu di tempat lain, lebih tepatnya di Rumah kediaman Ahyeon berada, ada Pharita dan Haram yang sedang menunggu di ruang tengah. Di temani roti bakar selai blueberry dan teh manis hangat, kedua gadis itu terlihat begitu menikmatinya.
"Girls. Ayo pergi." Yang punya Rumah akhirnya datang. Jung Ahyeon, putri dari seorang Kim Jennie.
"Bentar Yeon, belom abis." Haram terkekeh.
"Oh, ya udah abisin dulu aja." Ahyeon tersenyum kemudian mengambil duduk di samping Pharita. Pharita menyodorkan rotinya yang sisa sedikit, dan Ahyeon pun menggigitnya.
"Lo gak sarapan?"
Ahyeon menggeleng menjawab pertanyaan Pharita.
"Kenapa?"
"Gue udah dandan. Sayang lipstik gue entar luntur. Hahaha."
Haram yang mendengar perbincangan mereka ikut tertawa. Pharita hanya menggelengkan kepala pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHOOL IDOL
Teen Fiction(JANGAN LUPA FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!) Menceritakan kehidupan sehari-hari di Sekolah para gadis berlatar belakang idola baru. Meskipun bersampul tawa nyatanya tidak seluruh isinya bahagia. Ada luka dan pengorbanan di setiap ceritanya. Kisah tent...