Asa mengusap pipi Chiquita yang kemerahan dengan lembut, lalu mengecupnya sekilas.
Ia benar-benar tak habis fikir, kenapa Haram bisa semudah itu menamparnya. Sekarang lihat, gadis kecilnya itu masih menangis hingga wajahnya terlihat berantakan."Pasti sakit ya, sayang?"
Chiquita menggeleng, meski masih terisak dia tetap tersenyum.
"Haram udah gila kayaknya, bisa-bisanya keterlaluan sama kamu."
"Kak Asa, ini salah gue. Jadi gue mohon jangan nyalahin Kak Haram. Ya?"
Asa menghela nafas panjang, jika saja Chiquita tidak memohon dan menahannya untuk tidak mengejar Haram, mungkin saat ini Haram tidak akan bebas darinya.
"Alasannya apa Chi? Dari tadi Kakak tanya alasannya, kamu kenapa nggak jawab?"
Chiquita menggenggam tangan Asa erat.
"Gue bakal ceritain nanti, tapi Kakak janji jangan ngasih tau yang lainnya tentang kejadian hari ini ya? Gue mohon."
"Mana bisa begitu. Kak Ruka harus tau biar Har-- "
"Kak Asa gue mohon.... " Chiquita sudah menangis lagi, dia benar-benar tak ingin kakak-kakaknya yang lain tau dan berakhir mereka menyalahkan Haram. Sudah cukup sakit hatinya saat mendengar keluhan Haram karenanya, dia tak ingi lagi menjadi sumber kesedihan gadis jangkung itu.
"... Gue gak mau Kak Haram makin benci sama gue."
"Tapi Chi... "
"Please... "
Asa mengusap wajahnya, lalu kemudian memeluk Chiquita dengan erat.
"Oke. Tapi hanya kali ini aja."
Chiquita mengangguk-anggukan kepalanya di atas bahu Asa.
"Makasih Kak."
Di lain tempat, Pharita terlihat mengerutkan keningnya saat melihat Haram pergi dengan seorang gadis yang tak dia ketahui siapa itu. Ingin memanggilnya, namun mereka berjalan cepat sehingga jika dia panggil pun pasti tak akan terdengar.
"Ngapain Kak?" Suara Rora dari belakangnya membuat Pharita menoleh.
"Tadi gue liat Haram, tapi gak tau sama siapa."
"Kemana perginya?"
"Gak tau."
Pharita menggeleng, kemudian bertanya balik pada Rora.
"Terus Lo mau kemana?"
"Mau nyari Kak Asa, katanya tadi dia nyusul Chichi tapi belum balik juga."
"Di kelas gak ada?"
Rora menggeleng. "Gak ada makanya mau gue cari."
Pharita ber oh pelan sembari mengangguk.
"Kakak mau ikut?"
"Boleh, yuk." Pharita memilih ikut ajakan Rora dan memutuskan besok saja untuk rencananya yang semula ingin ke perpustakaan.
Haram mendudukkan tubuhnya yang terasa lemas. Kepalanya ia sandarkan pada tembok sembari memejamkan mata.
"Seo. Kayaknya gue udah keterlaluan ya? Tapi disisi lain gue ngerasa plong setelah ngeluarin unek-unek."
Gadis di sampingnya terdengar menghela nafas berat.
"Tapi Lo gak seharusnya nampar Chiquita, Ram. Dia.. "
Haram menoleh lalu memotong ucapan Leeseo.
"Dia udah nuduh Lo yang enggak-enggak, gue gak bisa ngebiarin itu Seo. Dia juga egois, seakan-akan gue gak pantes buat dapet teman."
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHOOL IDOL
Teen Fiction(JANGAN LUPA FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!) Menceritakan kehidupan sehari-hari di Sekolah para gadis berlatar belakang idola baru. Meskipun bersampul tawa nyatanya tidak seluruh isinya bahagia. Ada luka dan pengorbanan di setiap ceritanya. Kisah tent...