Chiquita masuk ke dalam toilet yang kosong lalu segera menguncinya.
Ia terduduk di atas closet, memperhatikan kedua tangannya yang bergetar. Dadanya juga masih berdebar kencang, jika dia tidak bisa mengendalikan diri bisa-bisa dia tak akan bernafas dengan benar.Perlahan gadis berponi itu menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya. Ia lakukan berkali-kali sampai dia merasa sedikit tenang.
Setelah bisa mengendalikan diri lebih baik, Chiquita mendongak. Lalu memejamkan matanya. Helaan nafas berat keluar dari bibirnya.
"Hah.... "
Chiquita sangat tidak menyangka akan bertemu gadis itu lagi disini.
Di tambah yang mengejutkan adalah Haram yang ternyata berteman baik dengannya. Sejak kapan? Dan kenapa bisa?"Dari sekian banyak orang kenapa harus dia, Kak Haram... "
Sementara itu di meja yang Chiquita tinggalkan, Haram dan Leeseo terlihat asyik berbincang. Mereka nampak tak memperdulikan gadis berponi yang cukup lama tak kunjung kembali.
"Ini kuenya enak. Cobain deh Ram."
"Oke. Lo juga cobain ini, rasanya gak terlalu manis menurut gue."
Leeseo menyendok kue dari piring Haram, kemudian mencicipinya. Haram juga melakukan hal yang sama.
"Ngomong-ngomong, kok dia bisa ngikut sama Lo. Lo ngajak dia?" Ucapan Leeseo itu membuat Haram yang akan menyuapkan sendoknya seketika tertahan. Mendadak dia teringat Chiquita.
"Oh iya, tuh anak kemana."
"Tuh, dia kesini." Leeseo menunjuk ke arah belakang Haram, Haram yang semula akan pergi untuk mencari Chiquita mengurungkan niatnya karena gadis berponi itu sedang berjalan ke arahnya.
"Lama banget. Ngapain sih?"
Chiquita hanya tersenyum kecil kemudian menggeleng mendapat pertanyaan kakaknya itu.
"Lo gapapa?" Lagi, Haram bertanya saat gadis itu duduk di sampingnya.
Dan Chiquita pun menjawab bahwa dia baik-baik saja."Oh iya Ramie. Katanya kaki Lo sakit lagi? Sekarang gimana? Masih sakit?" Leeseo kembali bertanya dengan pertanyaan baru karena yang sebelumnya tak di jawab oleh Haram.
"Udah mendingan." Haram menjawab sembari tersenyum.
Chiquita menatap Leeseo, kemudian menatap Haram khawatir.
"Sejak kapan kaki Lo sakit, Kak? Kok gak bilang."
"Lah, bukannya Lo temen deketnya Haram? Kok bisa gak tau. Gimana sih." Leeseo bicara dengan sedikit bernada tinggi, sepertinya gadis itu kesal.
Chiquita kembali menatap Leeseo, kali ini entah mengapa dia merasa marah mendengar gadis itu seperti sedang memojokkannya.
"Kok Lo nyalahin gue?"
"Jelaslah. Harusnya sebagai sesama anggota saling peduli, bukannya enak sendiri."
"Apa maksud Lo?" Chiquita tak terima, apalagi Leeseo saat ini menatapnya remeh. Haram berusaha menenangkan mereka, namun tidak berhasil.
"Gue gapapa, Seo. Chiquita gak salah."
Leeseo mendengus lalu menatap Haram.
"Haram, harusnya Lo jujur sama dia. Biar dia tau apa yang Lo rasain. Gue sebagai temen Lo, gak suka saat dia bisa dapetin semuanya yang padahal Lo juga berhak."
"Leeseo gue... "
"Gue tau apa yang Lo rasain Ram, pasti sakitkan? di saat dia banyak yang merhatiin sedangkan Lo gak ada satupun yang peduli. Tapi jangan khawatir, gue akan selalu di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHOOL IDOL
Teen Fiction(JANGAN LUPA FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!) Menceritakan kehidupan sehari-hari di Sekolah para gadis berlatar belakang idola baru. Meskipun bersampul tawa nyatanya tidak seluruh isinya bahagia. Ada luka dan pengorbanan di setiap ceritanya. Kisah tent...