Giselle termenung di tempat duduknya. Ia tak menghiraukan sang Ibu yang kini tengah memeluknya sembari menangis dan terus meminta maaf.
Ia merasa kepalanya kosong sekarang, ucapan Ibunya beberapa waktu lalu, membuat dia susah bernafas dengan benar. Dan ia juga merasa di dadanya ada sesuatu yang terasa menancap sehingga rasanya sakit dan menyesakkan untuk sekedar menarik nafas.
"Maafkan kami, Gi. Tante juga salah disini. Andaikan waktu itu Tante gak ikut campur mungkin keadaan gak akan rumit."
Gadis berambut hitam yang masih berantakan karena baru saja pulang sekolah itu menoleh, menatap Irene dengan sayu.
Irene mengusap lembut kepalanya.
"Kesalah fahaman ini gak seharusnya terjadi, iyakan?"
Giselle memejamkan mata, teringat kembali ucapan ibunya beberapa waktu lalu yang tiba-tiba menjelaskan sesuatu yang seharusnya tak ia dengar.
Dia baru saja pulang sekolah, rasa lelah dan kemarahannya bahkan belum reda karena di sekolah habis bertengkar dengan teman-teman Chiquita, lalu saat pulang suasana di rumahnya sudah ramai dan mendapat kejutan seperti ini. Bagaimana dia tidak terkejut?
"Maafkan Mama, semuanya salah Mama. Mama terpaksa memfitnah Lisa saat itu karena takut jatuh sendirian meskipun akhirnya Mama hancur juga. Mama tidak seharusnya bertindak jahat hingga membuat kamu salah faham dan melakukan tindakan yang sama buruknya dengan Mama... Maaf Giselle."
Giselle membuka matanya dan perlahan melepas pelukan sang Ibu.
Seoyoung tak sanggup menatap anaknya, rasanya dia sudah melakukan kesalahan besar. Gara-gara dirinya, sang anak memendam kebencian yang tidak seharusnya pada orang yang salah.
"Harusnya Mama gak ngomong apa-apa. Mama harusnya gak usah jujur selamanya. Aku jadi... Aku... " Gadis itu berhenti bicara saat tenggorokannya tiba-tiba terasa serak. Entah kenapa matanya juga mulai memanas.
"...Aku ngerasa lebih buruk tau gak?"
Seoyoung semakin menangis, Irene dengan segera memeluknya dari samping dan mencoba menenangkannya.
"Gi... "
"Tante .. apa Tante tau? Aku udah hampir bunuh orang gara-gara belain Mama. Aku seneng ngeliat dia tersiksa selama ini. Tapi ternyata apa? Aku salah faham dan karena itu aku ngerasa sangat buruk!"
Irene menatap putri temannya itu iba, bisa di lihat Giselle menyesal sekarang. Padahal sebelum mengetahui faktanya, gadis itu tidak peduli apapun.
"Kalau Mama gak jujur, aku gak akan ngerasain perasaan gak berguna ini sekarang. Mama jahat!" Giselle mengusap air matanya kasar, lalu segera beranjak meninggalkan ruang tengah yang cukup banyak orang itu.
Yerim, Wendy dan Seulgi hanya diam memperhatikan. Mereka tidak berani untuk berbicara karena takut malah memperkeruh keadaan.
Brak!
Klek~
Giselle meluruh di balik pintu kamarnya, mulai menangis dan mengacak rambutnya kasar.
Sekarang entah bagaimana perasaannya, apakah dia kecewa? Atau menyesal? Hanya dirinya yang tau.Yang jelas, perasaan tidak enak mulai menggerogoti hatinya. Apalagi saat ingatan tentang kelakuan jahatnya selama ini pada Chiquita berputar di kepalanya bak kaset rusak.
"Argh! Sialan!"
Sekarang dia menyesal, mungkin?
Tapi untuk meminta maaf? Haruskah?
Giselle memeluk kedua lututnya erat.
"Maaf? Masih pantaskah... Dosa gue kayaknya udah gak bisa di maafin."
***********************************
Chiquita keluar dari ruangan serba putih itu dengan senyuman. Kakak-kakaknya yang menunggu di luar serentak menghampirinya.
Ia menoleh pada sang Ibu yang baru saja menemaninya.
Lisa tersenyum kemudian mengusap pucuk kepala putrinya lembut.
"Katakan saja, sayang. Mama mau pulang duluan."
Chiquita mengangguk dan membiarkan ibunya pergi lebih dulu, lalu setelah itu ia mendekati para gadis dan memberikan sebuah Map berisi catatan kesehatannya.
"Buruan liat kak." Rora mendesak Ruka untuk segera melihat isi Map coklat tersebut.
".... Pasien di nyatakan sembuh dan bisa beraktivitas seperti biasa."
Ahyeon Asa dan Pharita serempak menutup mulut, kemudian menatap Chiquita yang tersenyum lebar.
"Gue udah sembuh, Kak."
"Chiiii!"
Mereka sangat senang dan langsung memeluk Chiquita yang sudah di nyatakan sembuh total oleh Dokternya. Setelah cukup lama gadis berponi itu melakukan pengobatan akhirnya gadis kesayangan mereka bisa pulih seperti sedia kala.
Ruka bahkan sangat senang sampai menangis terharu.
"Tinggal Kak Haram sekarang, cepet sembuh ya."
Haram tersenyum kecil. "Gue udah sembuh ya. Nih liat."
Chiquita tertawa saat gadis jangkung itu mengangkat kaki kirinya yang sudah bebas dari Gips.
"Sembuh apanya, sini gue pegang biar percaya."
Haram melotot dan segera menarik kakinya saat Rora mengulurkan tangannya.
"Jangan. Lo mah bukannya megang pasti di pencet yang ada!"
Rora tertawa puas. "Kok tau."
"Taulah muka Lo durjana begitu."
Ahyeon menggelengkan kepala, gemas. Dia kini merangkul leher Chiquita erat.
"Meskipun udah sembuh, jangan punya fikiran bisa bebas ya? Inget itu."
Chiquita manyun. "Kok gitu sih."
"Kamu emang udah sembuh, tapi kita gak akan ngurangin penjagaan kita sayang." Pharita mengacak poninya sembari tersenyum.
"Ah gak seru."
"Ini demi kebaikan kamu Chi, kita gak mau kecolongan lagi." Ruka mencubit pipi adik bungsunya. Kali ini dia tidak protes dan mengangguk menurut.
"Sekarang, kita udah mulai bisa bernafas lega. Dan waktu menuju debut juga semakin dekat. Gue hanya berharap, semoga jalan kita semua lancar ke depannya." Ruka menatap para anggotanya setelah bicara dan di angguki setuju oleh mereka.
Chiquita tersenyum kemudian menepuk tangannya, membuat yang lainnya kini menatapnya.
"Kita pasti bisa. Fighting Unnies!"
"Saranghae memberdeul! Saranghae!" Rora ikut menimpali, tak mau ketinggalan moment.
Tawa bahagia menguar disana, mereka tak peduli meski sekarang sedang berada di rumah sakit. Yang jelas mereka sedang bahagia, dan tak ingin ada yang mengusik kebahagiaannya saat ini.
Seperti kata seseorang, jalan menuju kesuksesan tidak selalu bertabur bunga. Ada kalanya banyak duri yang harus di lewati lebih dulu.
Seperti ketujuh gadis itu, sejak awal mereka melalui rintangan yang sulit. Dan tak berhenti sampai disitu, ujian dan rintangan lain pasti akan datang. Mereka hanya perlu bersiap dan berani untuk menghadapinya.
Selalu yakin akan satu hal, hasil tidak akan pernah mengkhianati sebuah usaha.
*****************************
Epilog.
15-07-2023.
See you in the Next my Story💗
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHOOL IDOL
Teen Fiction(JANGAN LUPA FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!) Menceritakan kehidupan sehari-hari di Sekolah para gadis berlatar belakang idola baru. Meskipun bersampul tawa nyatanya tidak seluruh isinya bahagia. Ada luka dan pengorbanan di setiap ceritanya. Kisah tent...