Keesokan harinya, Chiquita pergi ke rumah sakit bersama Ruka dan Pharita. Sedangkan Asa dan anggota lainnya di haruskan pergi ke sekolah.
Mereka pergi dengan mobil yang berbeda dengan manager masing-masing.Inginnya mereka bersama menemani si bungsu untuk melakukan pemeriksaan, namun perusahaan tidak memberi izin untuk itu.
Mungkin nanti jika Chiquita belum bisa di perbolehkan pulang, mereka akan mengunjunginya sepulang sekolah.Asa merangkul Rora yang terlihat tak bersemangat pagi ini, mungkin karena dia tak bisa menemani kembarannya ke rumah sakit.
"Chichi pasti baik-baik aja."
Rora melirik Haram yang baru saja bicara, kemudian mengangguk.
"Iya, semoga. Gue paling gak bisa kalo liat dia sakit."
Ahyeon terdengar menghela berat.
"Maaf, tapi menurut gue Chichi gak baik-baik aja."
Ketiga gadis yang berjalan beriringan itu seketika berhenti melangkah, mendengar ucapan Ahyeon mereka menatapnya tak suka.
"Kok Lo ngomong gitu, Kak."
Ahyeon menatap Rora dengan senyuman tipis.
"Coba kalian pikir, sebelumnya dia sangat sehat kan? Tapi setelah kejadian itu, tubuhnya gak sekuat dulu. Dan efeknya baru timbul sekarang meskipun kejadiannya udah lama."
Asa mengurungkan niatnya untuk bicara, karena ia menyetujui ucapan Ahyeon. Ia juga menerka demikian, karena memang Chiquita bahkan tidak seaktif dulu.
"Jangan-jangan, dia udah ngerasain efeknya juga tapi milih diem biar kita gak khawatir." Haram mengeluarkan pendapatnya yang di angguki Ahyeon.
"Bisa jadi kayak gitu."
"Gue gak bisa bayangin lagi kalo dia sakit parah. Udahlah. Gak mau tau gue." Rora mengibaskan tangannya, memilih meninggalkan Kakak-kakaknya karena dia benar-benar tak bisa terima jika terjadi sesuatu yang buruk pada Chiquita.
"Ra.. "
"Udah gapapa." Haram berniat mengejar Rora, namun Asa menahannya.
"Sekarang kita ke kelas dulu, nanti Rora pasti masuk." Asa mengajak mereka berdua, memilih membiarkan Rora untuk menenangkan diri.
Saat ini pasti gadis itu sedang banyak berfikir dan terlalu khawatir.Rora berjalan menjauhi ruangan kelasnya, dia nampak menuju taman belakang yang saat ini pasti tak ada siapapun.
Kepalanya masih di penuhi oleh ke khawatiran pada Chiquita, berfikir bagaimana jika memang terjadi sesuatu yang tak baik pada tubuh gadis itu.
Melihat Chiquita sakit demam saja dia sudah sangat khawatir, apalagi di tambah ada sesuatu yang lain padanya. Sungguh ia benar-benar tidak siap.
Sembari menghela nafas panjang, gadis berwajah bayi itu menyandarkan tubuhnya pada kursi taman. Membiarkan angin pagi itu mengelus pipinya.
"Rora.. boleh ikut duduk?"
Suara lembut yang memanggil namanya membuat ia menoleh. Ternyata teman kecilnya. Hyein.
Ia kira tak ada siapa-siapa disana."Duduk aja. Sini."
Hyein tersenyum, kemudian mengambil duduk di samping Rora.
"Kamu ngapain disini, Ra?"
Rora menghela nafas pelan kemudian tersenyum. "Gak tau gue juga."
Hyein terlihat mengerutkan keningnya.
"Kok gitu. Lagi ada masalah?"
Rora menatap Hyein, tidak menggeleng tidak mengangguk.
Namun wajahnya terlihat murung.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHOOL IDOL
Teen Fiction(JANGAN LUPA FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!) Menceritakan kehidupan sehari-hari di Sekolah para gadis berlatar belakang idola baru. Meskipun bersampul tawa nyatanya tidak seluruh isinya bahagia. Ada luka dan pengorbanan di setiap ceritanya. Kisah tent...