Di dalam sana, Chiquita terlihat mulai mendudukkan tubuhnya di bantu sang ibu. Kemudian perawat juga memasangkan nassal canula pada hidung gadis itu. Sepertinya proses Terakosintesisnya akan segera di mulai.
Dari luar ruangan, terlihat para kakak-kakak yang khawatir ikut memperhatikannya lewat kaca besar.
Inginnya masuk dan menemani, namun gadis itu tak ingin melihat kehadiran mereka.Chiquita melirik sebentar ke arah mereka, namun dengan segera mengalihkan tatapannya kembali karena melihat wajah-wajah sedih itu. Karena dirinya, mereka harus kesusahan seperti sekarang dan ia benci itu.
"Sudah siap?" Perkataan sang Dokter membuat ia menoleh. Sebelum mengangguk Chiquita menelan salivanya yang terasa pahit karena gugup.
Lisa mengelus rambut putrinya, mencoba menenangkan.
"Tahan sebentar ya? Tidak akan sakit kok." Dokter Ahn tersenyum di balik maskernya, kemudian meraih sebuah suntikan.
Chiquita mendadak merinding, entah kenapa dia tidak bisa percaya dengan ucapan sang Dokter tampan itu.
"Tutup matanya, sayang. Jangan di lihat ya?"
Menuruti ucapan sang Ibu, gadis berponi itu segera memejamkan matanya. Dan baru beberapa detik ia terpejam sebuah benda dingin itu akhirnya menusuk bagian punggungnya yang terbuka.
Tanpa sadar ia juga meringis cukup keras.Dari luar, Rora dan Haram ikut meringis saat melihat wajah Chiquita yang nampak menahan sakit di sana.
Ahyeon memalingkan wajahnya, tak tega melihat Chiquita. Ruka juga dan ia memilih mengusap bahu Ahyeon.
"Ma.. "
"Kenapa sayang? Sakit?" Lisa sedikit maju karena Chiquita ingin dia peluk.
Dagu gadis itu ia sandarkan pada bahu sang Ibu karena dia tiba-tiba merasa lemas.Tak menjawab, Chiquita hanya kembali meringis. Lisa menatap Dokter khawatir, namun Dokter Ahn dengan tenang mengatakan tidak apa-apa.
Dokter Ahn mulai memasangkan selang kecil pada suntik tersebut, hingga membuat cairan dari tempat tersebut mulai keluar. Dan cairannya berwarna kuning keruh.
Lisa menelan ludah saat melihat cairan kotor itu keluar dari tubuh putrinya.
"Tolong untuk sedikit tegap, Nona." Seorang perawat membantu Lisa agar sedikit menegakkan tubuhnya.
Chiquita membuka matanya, dan samar melihat orang-orang di luar sana. Ada Pharita Rora dan Asa yang setia memperhatikannya.
Ia tak bicara, namun hanya bergumam dalam hati."Maafin aku ya kak... Aku cuman bisa ngerepotin kalian. Jika bisa, aku lebih memilih gak bersama kalian lagi daripada aku harus jadi sumber kesedihan kalian kayak gini."
Lisa bisa merasakan bahunya basah, namun ia memilih diam dan mengusap kepala Chiquita.
********************************
Sebuah bola basket yang lelaki bertubuh tinggi itu lemparkan meleset dan tidak masuk pada ring, membuat rekan-rekannya mendecak kesal. Pasalnya sejak tadi permainannya tidak berjalan baik seperti biasa, karena itu teman-temannya kesal.
"Sorry guys." Dia hanya bisa mengucapkan maaf karena memang performance-nya sedang tidak bagus.
Jeongwoo memilih mendorong bahu Haruto, mengajak lelaki itu untuk keluar lapangan dan beristirahat. Jika di lanjutkan juga tidak akan berjalan baik.
"Lo kenapa sih? Gue perhatiin gak fokus gitu." Jeongwoo memulai pembicaraan setelah ia dan Haruto duduk berdampingan.
"Adik gue sakit lagi, tapi Papa ngelarang gue kesana. Katanya gak perlu khawatir, tapi malah makin khawatir gue soalnya gak di kasih tau sakitnya apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHOOL IDOL
Teen Fiction(JANGAN LUPA FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!) Menceritakan kehidupan sehari-hari di Sekolah para gadis berlatar belakang idola baru. Meskipun bersampul tawa nyatanya tidak seluruh isinya bahagia. Ada luka dan pengorbanan di setiap ceritanya. Kisah tent...