10. Eyes To Eye

1.7K 209 34
                                    

"Silahkan duduk, Nyonya Lalisa."

Wanita berambut pendek sebahu itu mengangguk, kemudian mendudukkan tubuhnya pada kursi yang tersedia. Dia baru saja datang karena mendapat panggilan dari Kepala Sekolah putrinya beberapa waktu lalu, dan di ruangan besar itu terlihat dua orang siswi yang sepertinya sudah tiba lebih dulu.

Lalisa menatap dua gadis itu sejenak, perasaannya mulai tidak karuan.
Ia menerka-nerka, mengapa mereka ada di sana. Apakah ada hubungannya dengan kejadian yang menimpa Putrinya?

Ningning melirik Giselle yang terlihat santai, padahal sekarang seorang Lalisa sudah berada di hadapan mereka. Sejujurnya Ningning cukup khawatir sekarang, mereka berdua bisa tertangkap karena ia salah bicara waktu seseorang yang tak ia kenal menginterogasinya. Dan ternyata orang itu adalah kiriman dari Agensi yang menaungi Chiquita.

Sepertinya rencana Pemimpin Agensi berjalan lancar saat beliau mengatakan akan menyelediki kasus tersebut secara diam-diam.

"Sebelumnya Saya atas nama perwakilan Sekolah ingin memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Chiquita dan keluarga, karena akibat perlakuan tidak baik dari Giselle dan Ningning Putri Anda mengalami kejadian yang cukup buruk.
Saya sangat menyayangkan hal tersebut. Sekali lagi saya mohon Maaf." Kepala Sekolah yang usianya sudah setengah abad itu terlihat menundukkan kepalanya, suaranya terdengar sangat dalam menandakan bahwa dia sangat menyesal.

Giselle dan Ningning ikut menunduk saat Guru di samping mereka melotot galak.

Lalisa belum bersuara, ia masih memperhatikan dua gadis itu dengan perasaan sesak luar biasa.
Ingin sekali ia luapkan apa yang sekarang dia rasakan dan bertanya mengapa mereka melakukan hal jahat tersebut pada Chiquita. Namun ia tahan, sebelum mendengar penjelasan yang lebih jelas tentang itu.

"Saya juga sudah memanggil orangtua mereka untuk kemari, dan karena peraturan yang ada Saya harap masalah ini bisa di selesaikan secara kekeluargaan dan berakhir damai."

Lalisa ingin bicara karena merasa belum puas, namun pintu ruangan terbuka dan menampilkan seorang Wanita cantik yang membuatnya urung untuk mengeluarkan suara.

Wanita bergaya elegan dan beraura gelap itu membuat dirinya terpaku sejenak. Dia adalah orang yang dulu ia kenal juga cukup dekat.

"Selamat datang Nyonya Irene. Silahkan duduk."

Wanita bernama Irene itu mengambil duduk di samping Lalisa. Ia bahkan memberikan senyuman padanya setelah itu.

Lalisa terlalu terkejut dengan tingkah tersebut, jadi ia hanya diam mematung.

"Saya Irene, Mama Ningning. Saya juga yang menjadi wali dari Giselle."

Lalisa menatap tangan yang terulur di hadapannya, dengan sangat gemetar ia membalas jabat tangan itu.
Hal itu tak luput dari perhatian mereka, Ningning dan Giselle bahkan terlihat tersenyum lega.

"Apa kabar Lisa? Kamu terlihat semakin cantik."

Lalisa mengerjap, lagi-lagi mematung dan hanya diam memperhatikan wanita di sampingnya itu. Tanpa sadar ia juga melepas lebih dahulu jabat tangan diantara mereka.
Irene hanya tersenyum tipis melihatnya.

"Oh iya. Ngomong-ngomong, maafin kenakalan anak-anak aku ya? Wajar mereka pasti hanya bercanda. Iya kan sayang?"

Giselle dan Ningning mengangguk kompak. Mereka bahkan segera mendekati Irene, tak peduli lagi pada Gurunya bahkan Kepala Sekolah disana.

"Tante Lisa. Maafin kita ya? Kita beneran cuman bercanda kok. Kita lagi main-main aja saat itu. Kalo Tante gak percaya Tante tanya aja sama Chiquita nya." Giselle berlutut di depan Lisa, kedua tangannya menangkup di depan dada.

SCHOOL IDOL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang