part 4

3.4K 212 8
                                    

"Laudi dia siapa sih?" Manda bertanya dengan cara bisik-bisik agar pembicaraannya tidak didengar oleh orang selain dia dan Laudi. Meksipun umurnya dan Laudi terpaut 4 tahun lebih muda, Manda tidak memanggil Laudi dengan sebutan kakak atau sebagainya.

Alasannya? Karena Laudi yang memintanya sendiri. Katanya dia tidak mau dipanggil kakak, karena dia merasa sudah tua jika dipanggil seperti itu oleh Manda.

Memang dasar Laudi tidak mau menerima kenyataan bahwa dia memang sudah tua saat ini.

Mata Manda fokus memperhatikan laki-laki yang tidak dikenalinya itu. Dengan otomatis, Laudi juga ikut memperhatikan kemana arah tatapan Manda berada.

"Oh dia? Kakak ipar Gue." Manda ber-oh lalu dia mengangguk-angguk pelan.

"Kenapa sih?" Laudi bertanya dengan heran. Tumben-tumbenan sepupu bocilnya ini bertanya tentang seorang pria. Biasanya kan Manda selalu ogah-ogahan jika sudah membahas tentang pria.

"Tanya doang. Heran aja kenapa bisa tiba-tiba ada disini padahal gak kenal."

"Suami gue lagi gak bisa nyetir, tangannya lagi sakit jadi minta anter dia deh, kebetulan juga lagi gak sibuk."

"Emang dia gak ada kesibukan lain gitu, main kek sama temannya atau gimana?"

"Dia kemarin ikut nginap di rumah Mama Gue. Nanti baru balik ke rumah mertua Gue."

"Oh kenapa gak langsung pulang aja setelah nganterin kalian?"

Laudi mengernyit bingung, kenapa Manda terdengar sangat terganggu dengan kehadiran kakak ipar Laudi hingga mencibir seperti itu.

Apa yang sebenarnya terjadi?

"Emang kenapa sih? Kok Lo risih amat sama dia?"

Manda berdeham pelan. Lalu dia menatap Laudi dan mendekatkan bibirnya ke telinga Laudi, lalu Manda membisikkan sesuatu yang mengejutkan disana.

"Lo nyadar gak waktu kita makan tadi?"

"Apaan?" Desak Laudi tidak sabaran. Perasaan tidak ada sesuatu yang terjadi saat berada dimeja makan tadi.

"Kakak ipar Lo itu merhatiin gue mulu, ya gue risih dong. Mana bukan cuma sekali lagi ke gap langsung." Laudi melotot mendengar penjelasan dari Manda. Dia mantap Manda dengan matanya yang membola.

"Serius Lo?"

"Iya lah masa gue boong sih." Manda berdecak pelan karena Laudi meragukan ucapannya.

"Kenapa Lo gak suruh dia langsung pulang sih." Manda menatap ke arah kakak ipar Laudi itu dengan sinis. Berusaha menyalurkan rasa kesalnya atas kejadian di ruang makan beberapa menit lalu.

"Ya gue gak enak lah. Udah dianterin masa langsung gue usir sih, gak tau diri namanya. Lagian orang tua Lo gak masalah juga. Malahan Papa Lo kelihatan enjoy tuh ngobrol sama dia."

Ya benar yang Laudi katakan, Papa memang terlihat nyaman ngobrol dengan kakak ipar dan juga suami Laudi.

Entah kenapa Manda malah tidak suka melihat hal tersebut. Mungkin karena terlalu risih ditatap dengan intens kali ya, membuat Manda menetapkan kakak ipar Laudi sebagai musuh baginya.

Entah tidak sadar atau bagiamana, Manda terlalu lama menatap ke arah kakak ipar Laudi hingga membuat sang empunya sadar.

Pandangan keduanya bertemu, mata Manda sedikit membola lalu dengan cepat dia mengalihkan pandangannya. Tidak ingin kepergok terlalu lama sedang memandangi laki-laki yang dicapnya sebagai om-om mesum , padahal aslinya sudah kepergok. Dasar memang Manda ini.

Beberapa detik berlalu, pandangan Manda kini beralih ke layar televisi tapi sesekali dia juga melirik pada laki-laki yang masih menatapnya tanpa rasa canggung.

Meet a MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang