Arhan merutuki kebodohannya sendiri atas keputusan yang telah diambilnya beberapa saat lalu. Sungguh kenapa dengan bodohnya dia tadi malah mengiyakan tawaran Laudi untuk mengadopsikan Manda seekor kucing berwajah dan bermata bulat itu.
Kucing dengan warna abu-abu bercampur putih itu memang sangatlah menggemaskan dan seakan bisa menghipnosis siapa saja yang menatap mata polosnya. Dan Arhan seperti telah masuk kedalam hipnotis yang diciptakan makhluk berbulu itu. Oh tidak, lebih tepatnya terhipnotis dengan alasan yang mamanya berikan. Hanya untuk menemui seorang gadis saja Arhan sampai rela melontarkan uangnya demi sebuah alasan.
Sekarang Arhan terkena imbasnya sendiri atas keputusan gegabah nya. Lihatlah sekarang dia yang tengah mengelus-elus kepala kucing yang sedang dipangkuan nya itu. Sungguh tidak Arhan sangka bahwa akan seribet ini akhirnya. Tangannya sudah terasa pegal sedari tadi terus mengelus kepala yang terbalut bulu-bulu halus itu.
Sedangkan mahluk berbulu itu malah dengan santainya tertidur di pangkuan Arhan. Jika saja Arhan menghentikan elusannya, maka kucing itu akan terbangun dan meraung-raung pada Arhan untuk mengelusnya kembali.
Ingin meminta bantuan pada yang lain, tapi sadar ini sudah malam dan jam sudah menunjukkan pukul sepuluh. Waktunya untuk para orang dirumahnya mengistirahatkan diri. Arhan sendiri entah kapan akan beristirahat. Harus berapa lama lagi dia di posisi sekarang?
Kucing ini pun malah dengan tidak berdosanya semakin menyamankan posisinya di pangkuan Arhan. Sungguh manja sekali bukan.
Arhan sudah beberapa kali menguap. Tapi jika dibiarkan didalam kandang begitu saja, kucing ini akan mengeong tidak tau waktu. Arhan sudah tidak kuat lagi menahan kantuknya. Dengan terpaksa dia harus membawa kucing ini ke kamar untuk tidur bersama dengannya.
Pertama kali bagi Arhan mengurus hewan peliharaan, dan sepertinya hal ini semakin menguatkan tekad Arhan untuk tidak memelihara hewan apapun itu. Sebaiknya dia segera menyerahkan kucing ini pada Manda nanti. Semoga saja dengan tingkah manja kucing ini, tidak membuat Manda kerepotan dan malah mengutuk Arhan yang telah memberikannya.
Arhan menaruh kucing itu di sampingnya. Sempat terbuka sedikit mata sang kucing tapi mendapati elusan, kucing itu kembali memejamkan matanya. Akhirnya semalaman itu, Arhan tidur dengan posisi miring sembari tangannya tetap mengelus kepala kucing oren ini.
Dan akibatnya, Pagi ini Arhan terbangun dengan tangan yang kebas karena ditekuk semalaman. Arhan meringis, kucing itu entah sudah hilang kemana Arhan sudah tidak memperdulikan. Melirik jam dan mendapati sudah menunjukkan pukul tujuh. Sudah terlalu siang untuk jam bangun Arhan dari biasanya. Arhan pun segera menuju kamar mandi, pasti para karyawannya di bengkel sedang kebingungan mendapati bos mereka tidak juga datang ke tempat dengan tepat waktu.
• • • •
Tidak jauh berbeda dengan Arhan, kali ini pun Manda terbangun dengan berita yang sukses membuat kepalanya pening. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja Laras mengabarkan bahwa produksi baju mereka mengalami hambatan yang entah Manda belum mengeceknya secara langsung.
Sepertinya hari ini bukanlah hari yang baik untuk keduanya. Manda segera bersiap-siap untuk mengunjungi rumah produksi, hendak mengecek sendiri kendala yang terjadi di sana.
"Mau kemana? Tumben pagi-pagi udah rapi aja." Mama Manda bertanya sembari menyerahkan susu kesukaan anaknya.
Mungkin yang dimaksud rapi oleh Mama adalah karena tumben Manda pagi-pagi seperti ini sudah mandi. Karena nyatanya penampilan Manda sekarang tidak rapi rapi amat. Hanya ada celana jeans panjang dan kaos oblong yang dilapisi dengan kardigan.
Manda menggeleng pelan, meneguk satu gelas susunya hingga tandas. Lalu Manda meraih tangan Mama untuk disalaminya.
"Manda mau ke rumah produksi, ada masalah disana." Manda meraih ransel kecilnya dan dia pun berjalan dengan cepat ke arah luar rumah.
Mama hanya bisa menatap kepergian putrinya itu dengan heran. Mama menyusul Manda kedepan, Sebelum Manda berlalu Mama sempat berteriak kepada putrinya itu.
"Hati-hati, jangan ngebut bawa motornya." Baru saja selesai mengatakan, motor Manda sudah melaju meninggalkan area rumah. Manda bahkan tidak sempat untuk menjawab Mamanya. Nyonya Wira itu pun menggeleng pelan melihat kelakuan putrinya.
Karena keahliannya dalam mengendarai motor, akhirnya Manda bisa sampai dengan cepat di rumah produksi. Disana Manda sudah disambut oleh Laras yang sedari tadi sudah menunggunya. Manda melepaskan helm, dan tanpa berkaca lagi, Manda langsung melangkah ke arah Laras.
"Gimana?" Tanya Manda. Bukannya menjawab Laras malah menarik tangan Manda untuk masuk kedalam rumah produksi.
Laras membawa Manda untuk melihat kain yang dibelinya beberapa saat lalu di Jakarta. Kain yang semula mulus itu terlihat sudah terkena noda separuhnya. Dan yang lebih parahnya lagi, kain itu sudah tidak bisa digunakan untuk memproduksi baju lagi.
Manda menatap dengan nanar ke arah kain itu. Tidak lama seorang perempuan yang merupakan pemilik tempat produksi inipun datang menghampiri Manda dan Laras.
Dia mengajak Manda dan Laras untuk duduk dan membicarakan tentang masalah ini baik-baik. Setelah melihat rekaman CCTV, pemilik itu sadar bahwa ini adalah ketidak sengajaan yang terjadi akibat kelalaian salah satu pekerjanya.
Pemilik rumah produksi mempersilahkan Manda dan Laras untuk duduk. Mereka duduk saling berhadapan satu sama lain. Didepan mereka sudah terdapat air mineral yang telah disediakan.
Pemilik produksi itupun mengakui kesalahan yang telah mereka lakukan dan berjanji untuk mengganti penuh biaya kain tersebut. Manda hanya bisa mendengarkan dengan seksama. Sedangkan yang berperan sebagai juru bicara adalah Laras.
"Karena kejadian ini kami terpaksa harus menunda launching koleksi terbaru kami. Apakah anda bisa mempertanggung jawabkan hal itu?" Pemilik produksi menghela nafas pelan.
"Terkait hal itu, sebagai kompensasi kami akan memberikan diskon lima puluh persen pada kalian. Dan kami janji akan menyelesaikan produk kalian secepat mungkin."
"Kira-kira berapa hari waktu yang butuhkan untuk menyelesaikan semuanya?"
"Kami janji tidak akan lebih dari tujuh hari." Laras tampak mengangguk-angguk. Dia pun mengeluarkan keputusan finalnya.
"Baik, hari ini juga saya akan datangkan kain yang serupa. Dan kami sangat berharap bahwa pihak kalian akan menepati janji."
"Tentu, saya akan transfer biaya ganti rugi pada siapa?"
Laras memberikan nomor rekening Manda pada pemilik produksi tersebut. Dan benar saja biaya kerugian mereka ditanggung sepenuhnya oleh pihak produksi.
"Gak ada jalan lain, kita harus ke Jakarta sekarang juga."
"Tapi gimana caranya?"
"Kita naik MRT aja biar cepet. Pulangnya kita bisa naik taksi aja." Sepertinya itu adalah solusi paling cepat dan tepat dalam permasalahan mereka.
Rencananya awalnya, produk mereka akan launching dua minggu lagi. Tapi karena adanya kejadian hari ini, maka harus ditunda hingga satu minggu kedepan.
Manda tau akan banyak customer yang kecewa. Mereka pasti sudah tidak sabar menantikan produk baru yang sempat Manda spill beberapa saat lalu di storynya.
Semoga saja atas insiden ini, tidak menyurutkan niat customer untuk membeli produk baru mereka.
To be continued
Hayo kira-kira nanti Manda jadi gak ya ke Jakartanya. Dan malah emang jadi apa bakal ketemu sama Arhan?
Ada yang bisa nebak? Coba tulis di komen
Btw, sesekali mau dong di spam vote dan komen sama kalian. Please lah biar ceritanya rame gitu. Hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet a Mate
RomanceMenjadi anak mandiri diusia yang bisa dibilang cukup muda, rupanya belum cukup membuat Mamanya puas. Diusianya yang masih menginjak 21 tahun ini, Mama Manda malah ngebet menyuruh anaknya untuk segera mencari calon suami dari pada menyelesaikan kulia...