part 32

2.5K 205 4
                                    

"Bonbon, Mama pulang." Seru Manda saat baru saja dia selesai memarkirkan motornya di parkiran rumah. Suara lonceng yang menggema menandakan bahwa kucing gemuk itu tengah berlari ke arahnya.

Tidak terasa sudah lumayan lama dia merawat Bonbon sendirian. Semakin hari nyatanya Bonbon semakin pintar dalam asuhan Manda.

Laki-laki yang beberapa waktu lalu meminta untuk dianggap sebagai Papa nya Bonbon kini hilang seolah ditelan bumi. Mungkin sudah hampir satu bulan ini Manda tidak mendengar kabar dari Arhan lagi. Laki-laki itu sudah jarang datang kerumah saat weekend, saat Manda menelepon pun tidak terjawab. Entah sudah benar-benar menyerah karena sifat Manda atau bagaimana.

Manda tidak ambil pusing, menurutnya Arhan memang hanya ingin bermain-main saja, dan usaha pria itu untuk mendekatinya hanya karena penasaran saja. Manda jadi menyesal telah terbuai dengan rayuan Arhan, disaat dia sudah mulai menunjukan ketertarikannya pria itu malah menghilang begitu saja.

Jika kalian menjadi Manda pasti juga akan merasakan hal demikian juga kan. 

Manda menggendong tubuh gemuk Bonbon dan membawanya ke tempat kerja yang tadi dia liat para penghuninya sedang sibuk.

"Lagi rame orderan ya." Manda bergumam setelah melihat hasil packing yang sudah siap untuk dikirim.

Beberapa hari lalu, mereka sudah melaunching koleksi terbaru mereka yang waktu itu sempat di pending. Tapi Alhamdulillah nya antusias para customer tidak berkurang sedikitpun. Malah banyak dari mereka yang meminta Manda agar melakukan re-stok karena tidak kebagian saat war kemarin.

"Iya, dari pada cuma diliatin aja mending bantu deh sini." Protes Mama Heni yang turut serta membantu packing pesanan mereka.

Manda menurunkan Bonbon didekatnya, lalu dia mulai membantu untuk packing pesanan dari customer. Sebelum di packing dia lebih dulu mengecek kembali apakah barang sudah sesuai atau belum.

"Bonbon, sini jangan main keluar." Seru Manda saat Bonbon sudah berjalan mendekat ke arah gerbang. Mendengar seruan dari Manda, Bonbon segera berbalik dan mendekat ke arah Manda.

Seolah sudah mengerti, Bonbon langsung mendudukkan dirinya tepat di samping Manda. Lebih tepatnya di atas tumpukan hasil packingan mereka.

"Arhan kok sekarang jarang datang ya?" Suara Mama Heni terdengar bertanya penuh penasaran ke arah Manda. Manda hanya menggedikkan bahunya tidak tau. Jika dia tau tidak mungkin juga Manda beberapa hari ini kepikiran tentang hal itu.

"Coba dipikir-pikir lagi, mungkin kamu ada salah sama Arhan." Manda berdecak sebal.

"Manda gak tau apa-apa Ma, jangan salahin Manda dong." Manda menjawabnya dengan sewot.

"Ya udah mungkin lagi sibuk kali." Mama Heni akhirnya berusaha untuk berpikir positif. Mendengar suara adzan yang berkumandang, Mama Heni menghentikan gerak tangannya. Dan menatap satu persatu dari mereka yang masih sibuk.

"Mama mau masak dulu. Nanti kalau udah selesai kalian langsung ke ruang makan ya." Serempak ke empat orang itupun menjawab. Tidak terkecuali Bonbon yang ikut-ikutan seolah-olah dia mengerti dengan apa yang Mama Heni katakan.

Sepeninggalan Mama Heni dari sana, Manda jadi kepikiran akhirnya dia pun mengambil handphone yang berada di dalam ranselnya. Dia berpikir ulang apakah harus melakukannya atau tidak. Tapi akhirnya setelah beberapa detik berlalu, Manda memilih untuk menekan tombol hijau untuk menelepon seseorang yang hampir satu bulan ini sudah menghilang dari hidupnya.

Manda tidak tahan untuk menanyakan, barang kali memang benar yang Mama katakan bahwa dia mempunyai salah pada Arhan yang dilakukan tanpa sengaja. Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, biasanya telepon ini akan berkahir dengan tidak terjawab tapi kali ini tidak.

"Halo." Mendengar suara yang sedikit serak dan sudah lama tidak didengarnya, entah kenapa membuat jantung Manda menjadi berdetak dengan brutal. Manda sampai tidak bisa berpikir untuk mengatakan apapun.

"Halo, Manda." Lagi suara itu terdengar, Manda dibuat gelagapan karenanya. Dia pun berdeham dan berjalan menjauh dari yang lain.

"H-halo Mas." Sial kenapa harus gugup seperti ini sih. Manda yakin bahwa dirinya saat ini terdengar sangat konyol.

"Iya ada apa telepon saya?"

Ada apa ya? Manda juga tidak tau, dia seolah tidak memiliki alasan khusus untuk menelepon Arhan.

"A-anu." Manda menggigit telunjuknya, otaknya berpikir keras kira-kira jawaban apa yang bisa dia jadikan alasan untuk menelepon Arhan.

"Apa, Manda?"

"Itu tadi Mama nanya, kenapa Mas Arhan jarang ke rumah akhir-akhir ini." Bukan hanya Mama sebenarnya yang bertanya-tanya mengenai hal itu, tapi Manda juga

Entah dia sudah merasa terbiasa dengan kehadiran Arhan yang tiba-tiba di akhir pekan atau bagaimana. Tapi yang jelas pernah waktu itu Manda sudah berniat untuk tampil rapi pagi-pagi agar jika Arhan datang dan mengajak jalan, mereka bisa langsung otw. Bukannya berjalan sesuai ekspektasi, tapi malah rasa kecewa yang dirasakan Manda saat sampai hari menjelang petang, sosok Arhan tadi juga muncul di rumahnya.

Saat itu Manda terlanjur kecewa, tapi tidak tau ingin melampiaskan pada siapa. Salah dia juga karena terlalu berharap pada hal yang tidak pasti. Dari sanalah Manda tidak pernah lagi berbuat konyol seperti itu.

"Oh itu, saya lagi sibuk jadi tidak bisa ke Bogor dulu."

Sibuk ya? Entah kenapa mendengar itu sedikit membuat Manda bersedih. Sadarlah Manda, kamu ini bukan siapa-siapa, jadi tidak berhak untuk merasa perlu di prioritaskan oleh Arhan. Manda merutuki dirinya sendiri yang malah ingin ditemui meksipun laki-laki itu tengah sibuk.

"Aku telepon beberapa hari lalu kenapa gak pernah di jawab?"

Manda tidak sadar bahwa nada suara yang digunakannya terdengar seperti perempuan yang tengah merajuk pada pacarnya. Membiarkan Arhan yang mendengarnya mengeluarkan kekehan gemasnya.

"Gak sempat, maaf ya."

Gak sempat katanya? Ini Manda tadi salah dengarkan? Kenapa Arhan sejahat ini, hati Manda yang teramat lembut kan tidak bisa jika mendengar hal demikian.

Tanpa ingin berkata apa-apa lagi, akhirnya Manda memutuskan sepihak panggilan telepon itu. Dia terlanjur kesal dengan jawaban Arhan yang mengatakan tidak sempat. Awas saja jika Arhan mau ketemu nanti, jangan harap Manda akan menyetujuinya dengan mudah.

Halah Manda ngomongnya saja seperti ini, tapi lihat saja nanti saat mereka bertemu langsung. Pasti akan beda lagi.

"Kenapa itu wajahnya cemberut begitu?" Mama menoel pipi Manda yang dibuat menggembung.

Manda menggeleng pelan lalu dia pun berbalik memasuki rumah, meninggalkan Mama yang kini telah menggendong cucu bulu nya.

"Itu pasti Mama kamu lagi ngambek itu." Ucapan itu yang masih bisa didengar dengan jelas oleh Manda. Tapi Manda tidak ambil pusing. Dia ingin segera mengisi perutnya saat ini. Dia sudah lapar dan tidak ingin memikirkan hal-hal yang membuat kesal dulu.

Dia pun menunaikan shalat terlebih dahulu, karena sudah ada Laras yang kini menunggu yang lainnya untuk melakukan makan siang bersama.

To be continued

Guys guys Meet a Mate udah sampai part ending dong di KaryaKarsa. Buat kalian yang mau baca cepat bisa banget langsung klik link yang ada di bio aku.

Buat versi Wattpad tenang aja aku tetap upload seperti biasa. Sabar ya dan kemungkinan dalam waktu dekat ini aku bakal rilis cerita baru sih. Jadi stay tune ya.

Give me 120 vote, please.

Meet a MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang