Hanya membutuhkan waktu kurang dari satu jam, Manda dan Tante Arum kini sudah terlihat seperti kawan lama yang baru berjumpa setelah beberapa tahun tidak bertemu.
Dengan Arhan yang duduk diam memperhatikan interaksi antara Mamanya dan juga Manda didepannya, kedua perempuan ceriwis itu terlihat sedang bercengkrama tentang apa saja yang menjadi bahasan mereka. Suara teriakan juga kerap kali terdengar dari keduanya, membuat Arhan yang menyaksikan menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.
"Arhan, ayo cepetan." Panggil Mamanya tiba-tiba, membuat Arhan kebingungan.
"Apa Ma?"
"Ish kamu ini makanya dengerin Mama kalau lagi ngomong, cepetan Mama sama Manda mau belanja. Kamu anterin kita." Ucap Tante Arum sembari menggandeng lengan Manda keluar dari rumah menuju parkiran.
Arhan sendiri bahkan tidak sadar kapan Mamanya itu bersiap-siap. Arhan bisa apa selain menuruti kedua perempuan beda generasi itu. Akhirnya mau tidak mau, disinilah Arhan berada. Di kursi kemudi, dengan Mamanya dan Manda yang duduk dibelakang. Sudah terlihat seperti supir kan Arhan ini.
"Manda biasanya kalau sama Arhan jalan-jalan kemana?" Tante Arum, bertanya dengan rasa ingin tau.
"Banyak Tante, tapi biasanya cuma nongkrong aja atau pernah waktu itu ke kebun raya juga."
"Arhan ini emang gak kreatif orangnya. Nge-date kok cuma gitu-gitu aja. Kamu yang sabar ya ngadepin Arhan, jangan sungkan kalau mau minta sesuatu sama dia."
Di depan, Arhan memutar bola matanya malas. Ya mau bagaimana lagi, dia kan tidak pernah berpengalaman dengan para perempuan, jadi ya maklum jika nge-date ala Arhan ini terkesan sangat monoton.
"Iya Tante, tapi Mas Arhan ini orangnya asik kok."
"Ah masa? Tante aja yang udah kenal Arhan dari bayi, belum Nemu letak asiknya dia dimana." Tante Arum terlihat tidak percaya dengan perkataan Manda. Menatap penuh menyelidik ke arah Manda, barangkali Manda mengatakan itu hanya sebagai pembelaan untuk anaknya saja, karena merasa kasihan.
"Iya Tante, Manda selalu excited loh kalau Mas Arhan tiba-tiba ngajak jalan."
Upss, sepertinya Manda keceplosan. Dia melirik pada Arhan yang terlihat menyunggingkan senyumnya penuh kemenangan. Manda melihat pada Tante Arum, yang juga tengah tersenyum penuh godaan terhadapnya.
Manda pun menunduk, berusaha menyembunyikan pipinya yang tiba-tiba memerah.
"Syukur deh kalau kamu suka." Masih dengan senyum yang sama Tante Arum mengatakannya.
"Arhan dengerin tuh, lain kali jangan sibuk sama kerjaan. Manda nungguin jalan-jalan sama kamu loh."
"Iya Ma, Arhan usahain terus kok biar tiap minggu bisa ke Bogor." Mendengar percakapan anak dan ibu itu, membuat Manda semakin terpojok.
Ingin rasanya Manda mempunyai kekuatan yang memungkinkan untuk bisa menghilang seketika.
Tolonglah, siapa yang tidak malu berada di posisi Manda saat ini? Mana Arhan malah menanggapi godaan Tante Arum dengan senang hati lagi, kan Manda menjadi tambah malu saja. Dia sudah terlihat seperti perempuan yang sangat mengharapkan akan hadirnya Arhan dalam hidupnya.
"Tante Manda mau pulang aja." Cicit Manda saking malunya. Meskipun dia bisa dibilang perempuan yang tergolong bar-bar, tapi tetap saja Manda ini memiliki tingkat rasa malu yang tinggi.
Tante Arum dan Arhan tertawa saat mendengar ucapan Manda. Tante Arum pun membawa Manda untuk dipeluknya. Dan mengusap pelan rambut belakang Manda.
"Jangan dong, Tante kan masih mau main sama kamu. Maaf ya kalau Tante buat kamu gak nyaman." Dalam pelukan Tante Arum, Manda menggeleng. Bukan maksud dia membuat Tante Arum merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet a Mate
RomanceMenjadi anak mandiri diusia yang bisa dibilang cukup muda, rupanya belum cukup membuat Mamanya puas. Diusianya yang masih menginjak 21 tahun ini, Mama Manda malah ngebet menyuruh anaknya untuk segera mencari calon suami dari pada menyelesaikan kulia...