Syukuran makan malam yang dihadiri oleh keluarga besar Arhan itu kini telah berakhir. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, dan diwaktu tersebut sudah pasti banyak sanak saudaramu yang sudah pamit untuk pulang.
Saat ini di ruang tamu hanya tersisa empat teman Arhan yang Manda ingat waktu itu sempat mengunjunginya, lebih tepatnya mengganggu saat Manda mengikuti bazar waktu itu. Kalian pasti masih ingat kan?
Ada juga seorang wanita hamil, yang Manda ingat itu merupakan istri dari salah satu teman Arhan.
"Congrats bro, gercep juga ya ternyata." Samuel, mengangkat satu alisnya untuk menggoda Arhan.
Arhan balas mengangkat alis sebagai balasan. Masih teringat jelas dalam benaknya jika waktu itu Samuel berniat untuk menikung dirinya, tapi jangan kita Arhan akan diam saja, tidak akan bisa semudah itu.
Arhan menenggerkan tangannya di pinggang Manda, seakan memberikan tanda pada Samuel bahwa Manda telah menjadi miliknya dan tidak akan pernah dia lepas untuk orang lain. Samuel berdecak melihat itu. Lihatlah laki-laki dewasa itu sudah mulai menunjukkan sifat posesifnya. Padahal waktu itu Samuel hanya bercanda saja, untuk menggertak temannya ini karena gemas dengan pergerakan Arhan yang lambat.
"Han, gue balik dulu kasihan bini gue udah ngantuk." Rizal berucap. Dia lalu membantu istrinya untuk bangun karena perutnya yang sudah besar membuatnya sulit untuk berdiri.
Arhan berdiri dan bersalaman ala mereka dengan Rizal. Manda dan Arhan sebagai yang memiliki acara pun berinisiatif untuk mengantar keduanya hingga sampai teras rumah.
"Hati-hati." Pesan Arhan sebelum mobil temannya itu melaju meninggalkan rumah ini. Manda dan Arhan membalik badan hendak menuju ruang tamu tempat teman-temannya berkumpul kembali.
"Kamu tidur aja, udah malam juga." Suruh Arhan karena tau Manda tidak akan nyaman jika berada di antara dirinya dan teman-temannya. Apalagi jika hanya tersisa Manda perempuan disana.
Manda mengangguk patuh, dia sempat berpamitan pada teman-teman Arhan sebelum menuju kamar yang ditempatinya selama menginap disini. Arhan duduk kembali ditempanya semula, bedanya sekarang dia hanya sendiri, tidak ada Manda yang menemani. Sekarang hanya tersisa empat orang yang duduk disana.
"Salsa telepon gue terus." Samuel berucap sembari menunjukkan riwayat panggilan di handphonenya yang tidak bisa dikatakan sedikit itu.
"Dia tau Lo udah tunangan." Lanjutnya setelah jeda selama beberapa saat.
"Bagus kalau gitu." Jawab Arhan dengan santai. Dia mengambil gelas miliknya dan meneguk minumannya.
"Lo beneran gak suka sama Salsa?" Arhan menghela nafasnya sebelum menjawab pertanyaan yang seharusnya tidak perlu ditanyakan lagi itu.
"Kalian tau jawabannya tanpa perlu gue jawab sekalipun."
Ketiga teman Arhan itu pun mengangguk-angguk setuju. Dari awal mereka memang sudah tau, dilihat dari sikap Arhan.
"Tapi kayaknya dia beneran cinta deh sama Lo, melihat gimana gigihnya dia."
Arhan berdecak. Kenapa topik ini harus menjadi salah satu obrolan mereka malam ini.
"Ya terus gue harus gimana?" Arhan bingung dengan teman-temannya kini. Bahasan tidak penting seperti ini seharusnya tidak pernah ada, apalagi teman-teman Arhan ini sudah tau persis apa yang terjadi.
"Ya mau gimana lagi, Lo sekarang udah ada Manda kan." Samuel menggedikkan bahunya acuh.
"Gue akuin sih kalau cara Salsa terlalu agresif buat deketin Lo, wajar kalau Lo jadi risih gitu."
"Eh tapi kalau seandainya nih, Salsa bisa lebih alus gitu, kira-kira Lo masih tetap tolak dia?" Teman Arhan lainnya ikut berceletuk dalam obrolan yang sedari tadi hanya terjalin antara Samuel dan Arhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet a Mate
RomanceMenjadi anak mandiri diusia yang bisa dibilang cukup muda, rupanya belum cukup membuat Mamanya puas. Diusianya yang masih menginjak 21 tahun ini, Mama Manda malah ngebet menyuruh anaknya untuk segera mencari calon suami dari pada menyelesaikan kulia...