part 16

2K 158 14
                                    

Manda melirik pada jam digital yang terpajang dengan rapi diatas laci. Kedua tangannya berada diatas perut dengan sesekali menekannya pelan, Manda juga sempat berguling beberapa kali diatas kasurnya.

"Sakit. Mama tolongin Manda." Entah sejak kapan perut Manda terasa nyeri seperti ini. Manda tau bahwa ini adalah salah satu pertanda bahwa sebentar lagi dia akan kedatangan tamu bulanannya.

Dan sialnya Manda lupa akan hal itu, dia sama sekali tidak membawa pembalut dari rumah. Manda ingin pergi ke minimarket tapi perutnya terasa sangat nyeri hingga membuatnya malas untuk sekedar bangun.

Apalagi Manda juga takut jika nantinya tiba-tiba saja bocor dan mengotori celananya. Malu sekali jika sampai dilihat oleh orang.

Manda ingin menangis saja rasanya. Mana sekarang dia masih berada di Jakarta lagi, sendirian pula.

Biasanya jika kedatangan tamu bulanan seperti ini, akan selalu ada Mama yang membantu Manda. Mama akan dengan setia membuatkan jamu yang khusus untuk menghilangkan nyeri haidnya, tapi sekarang tidak ada yang bisa membantunya disini.

Ingin meminta bantuan pada Laudi pun sepertinya percuma. Manda tau diri mana mungkin Laudi masih terbangun di jam segini, lebih tepatnya jam setengah dua belas malam.

Tapi Manda sudah tidak tahan. Dia butuh minuman untuk meredakan rasa nyerinya.

"Sakit banget." Manda merintih lagi, setetes air mata keluar dari pelupuknya. Seseorang tolong lah Manda.

Dengan sebelah tangannya Manda meraih handphone. Dia mencari kontak orang yang sekiranya bisa membantu dirinya.

Sayang nyaris tidak ada sama sekali, dia tidak mengenal siapa-siapa disini. Sebenarnya masih ada kemungkinan satu orang yang bisa membantunya, tapi Manda ragu untuk menghubungi orang tersebut.

Ayolah satu jam yang lalu mereka baru saja beradu argumen. Apa iya Manda harus merendahkan harga dirinya demi sebuah bantuan?

Manda menghembuskan nafasnya kasar. Dia meletakkan handphonenya sembarangan, kembali memegangi perutnya yang terasa nyeri. Jika terus seperti ini, Manda yakin bahwa dia tidak akan bisa tidur dengan nyenyak malam ini.

Berkali-kali Manda berguling diatas kasur berusaha mengenyahkan rasa nyerinya, hingga beberapa puluh menit berlalu tetap saja tidak ada perubahan. Perutnya masih tetap nyeri dan rasanya malah semakin sakit saja.

Tidak ada pilihan lain, Manda tidak ingin terus seperti ini sepanjang malam. Akhirnya dengan menghilang rasa sungkannya Manda kembali meraih handphone dan mendial nomor Arhan.

"Please angkat dong." Ucap Manda penuh permohonan saat beberapa menit berlalu tapi panggilan tidak kunjung dijawab juga. Manda tidak akan menyerah sampai telepon itu di angkat oleh penerimanya.

"Halo." Suara serak seorang laki-laki seperti memberikan secercah harapan pada Manda.

Manda langsung mendekatkan handphone pada telinganya dan tanpa menjawab sapaan langsung saja Manda mengatakan niatnya menelepon Arhan malam-malam seperti ini.

"Tolong aku, dateng kesini please beliin aku jamu sama pembalut juga di minimarket." Ucap Manda dengan cepat.

Disebrang sana, Arhan berusaha mencerna kalimat yang diucapkan Manda dengan baik. Ayolah dia baru saja tertidur setelah merutuki kebodohannya akan hal yang terjadi dengan Manda, tidak lama Arhan memejamkan mata suara dering ponsel mengalun seolah meminta Arhan untuk segera meresponnya.

Baru saja dia mengeluarkan sapaan malah langsung disambut oleh serentetan perkataan yang seperti sedang memerintah dirinya.

"Sakit banget, please cepetan datang kesini." Kali ini nada suara itu terdengar memohon dengan diselingi ringisan pelan.

Meet a MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang