part 18

2.3K 175 5
                                    

Sebenarnya udah ngantuk berat tapi ingat kalau belum update. So, kalian jangan lupa vote ya.

Happy reading.

Dengan dibantu oleh Arhan, kini Manda dan juga Laras tengah duduk disalah satu kursi yang disediakan untuk para pelanggan sembari menunggu motor mereka diselesaikan.

Sudah hampir tiga puluh menit, Manda dan Laras ada di bengkel ini tapi motor mereka juga belum dikerjakan sama sekali. Bengkel Arhan yang hari ini entah mengapa ramai sekali orang datang sehingga membuat para mekanik kewalahan dibuatnya, bahkan Arhan sendiri yang biasanya jarang untuk turun tangan, harus ikut membantu para pekerjanya.

Manda sudah mulai kebosanan menunggu seperti ini, tapi meninggalkan Laras sendiri juga bukan pilihan yang tepat. Kasihan juga Laras.

Sedangkan Laras sendiri, jangan ditanyakan, teman Manda itu malah asik cuci mata katanya. Lihatlah tatapannya yang sama sekali tidak lepas dari Arhan yang tengah berkutat dengan motor yang sedang diperbaikinya.

"Gila Man, dia belepotan oli bukannya kelihatan jelek malah ketampanannya bertambah Manda." Laras berucap dengan histeris sampai menggigit jari-jarinya sendiri. Suaranya yang tidak bisa dibilang pelan itu berhasil menarik orang yang juga duduk disebelah mereka. Dasar Laras ini tidak tau malu sekali.

Laras sih tidak malu, tapi Manda yang merasakan malu. Dia hanya menampilkan senyum keringnya sebagai tanggapan untuk Laras. Tolong segera bawa Manda pergi dari tempat ini, Manda tidak sanggup menahan malu pada orang-orang yang menatap aneh ke arah dirinya juga Laras.

Entah sudah yang keberapa kalinya Manda menghela nafas jengah. Manda melirik jam di handphonenya lagi, dan dia memilih untuk bermain game offline yang digemarinya.

"Manda." Panggilan itu datang, membuat Manda menoleh ke arah Arhan.

Berbeda dari terkahir kali Manda lihat, kali ini Arhan sudah bersih tanpa adanya oli ditangannya. Hanya bajunya saja yang masih terdapat beberapa bercak noda.

"Iya?"

"Saya mau pulang, kamu ikut saya." Itu tentu bukanlah sebuah pertanyaan tapi sebuah pernyataan.

Manda mengernyit, ada perlu apa sampai Arhan mengajaknya pulang. Dan lagi pulang kemana?

"Laudi ada dirumah orang tua saya, katanya dia mau ketemu kamu. Ayo ikut saya."

"Tapi kan aku lagi..." Belum juga ucapan Manda selesai, sudah dipotong lebih dulu oleh Arhan.

"Motor kalian sebentar lagi masih mau dikerjakan. Dari pada nunggu disini, mending ikut saya saja. Ajak teman kamu sekalian." Bak perintah yang tidak ingin ditolak, selepas mengatakan itu Arhan berlalu meninggalkan Manda yang tercengang.

Berbeda dengan Manda, Laudi malah terlihat kesenangan saat diajak juga oleh Arhan. Bahkan tanpa perlu mengeluarkan protesnya, dia langsung menarik tangan Manda dan mengajaknya untuk mengikuti Arhan dari belakang.

"Gak usah jual mahal gitu Manda. Kesempatan langka ini, lagian benar juga yang Mas Arhan bilang, enakan nunggu dirumah dia kali." Bisik Laras ditelinga Manda.

Manda berdecak mendengar itu. Ini Laudi juga kenapa bisa tau sih kalau Manda sedang di Jakarta, dan kalau mau ketemu kenapa harus meminta Arhan yang membawanya sih?

Sampainya di mobil Arhan, lagi-lagi Manda berdecak. Laras malah mendorongnya agar duduk di kursi depan, disamping Arhan tentunya. Dan dengan tidak berdosa nya, Laras malah mengedipkan salah satu matanya ke arah Manda.

Manda melirik tajam, mau tidak mau dia jadi harus duduk didepan. Ya meskipun bukan pertama kali dia duduk disamping Arhan tapi tetap saja Manda masih merasa canggung. Sepanjang perjalanan hanya di isi oleh keheningan. Manda sama sekali tidak tau harus memulai basa-basi yang seperti apa dan sepertinya pun Arhan sedang tidak berminat untuk berbicara. Terlihat laki-laki itu yang hanya diam dan fokus pada jalanan didepannya.

Sesekali Laras yang duduk dibelakang kursi Manda, mencolek temannya itu. Dia mengisyaratkan pada Manda agar mengajak Arhan berbasa-basi meskipun sedikit. Tapi mendapati gelengan dari Manda, membuat Laras menghembuskan nafas penuh kejenuhan.

Sepertinya Manda butuh di training oleh Laras sendiri, agar lebih welcome pada laki-laki seperti Arhan.

"Mas Arhan sudah punya pasangan?" Laras menyeletuk dari belakang. Membuat kedua netra orang didepan tertuju padanya.

Arhan hanya melirik Laras sekilas. Sedangkan Manda sudah memelototi Laras lewat kaca yang berada didepan.

Laras tentu saja cuek bebek dengan pelototan yang dilayangkan Manda. Dia lebih tertarik untuk mendengarkan jawaban dari Arhan.

"Belum." Arhan menjawab seperlunya saja.

"Oh kebetulan banget, Manda juga belum punya pacar loh." Laras mengucapkan dengan semangat. Sempat melirik pada Manda sejenak, sebelum kembali memfokuskan diri pada Arhan.

Arhan tidak mengalihkan perhatiannya dari jalanan didepan. Hanya seringai sangat tipis yang dibuatnya, hingga mereka tidak akan menyadarinya.

"Oh ya? Lalu yang kemarin itu siapa?" Melalui ekor matanya, Arhan melirik Manda. Nada yang diucapkan seolah sedang mengejek Manda.

Dan Manda tidak suka dengan hal itu. Tapi dilain sisi dia juga tegang, jangan sampai Arhan memberitahukan tentang kejadian malam itu pada Laras. Manda belum dan tidak ada niat untuk memberitahukan Laras tentang hal itu. Karena dari jauh-jauh hari Laras sudah tidak setuju dengan perasaan yang dimiliki Manda pada crush nya itu.

"Hah? Siapa Mas?" Laras bertanya dengan kebingungan. Dia menatap kearah Manda penuh intimidasi.

Manda mengalihkan pandangannya ke mana saja, asal tidak bertemu tatap dengan kedua orang yang berada disana. Melihat itu membuat Laras semakin menatap curiga ke arah temannya ini. Dia yakin bahwa Manda sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

"Manda, Lo gak menyembunyikan sesuatu dari Gue kan?" Laras mencondongkan tubuhnya dan berbisik pelan ke arah Manda.

"Ih lipstik siapa ini? Lucu amat." Manda mengalihkan perhatiannya dan mengambil lipstik yang berada di dashboard mobil Arhan.

Sebenarnya Manda sudah sedari tadi melihatnya, tapi berusaha dia tahan-tahan agar tidak menanyakan. Tapi mendapati keadaan sedang terhimpit, terpaksa Manda mengeluarkan suaranya terkait lipstik tersebut.

Tapi yang menjadi pertanyaan disini adalah, lipstik milik siapa ini? Kenapa bisa ada di mobil Arhan? Tidak mungkin bukan jika lipstik ini milik Arhan? Akan aneh rasanya jika itu terjadi.
Positif thinking saja lah, lipstik ini pasti punya gebetan Arhan.

Manda melirik pada bibir Arhan sekilas. Sekedar untuk memastikan bahwa laki-laki itu memang tidak mengenakan lipstik. Dan benar, Arhan memang tidak menggunakan lipstik sama sekali, terbukti bahwa bibir laki-laki itu sedikit kering.

Mendapati Manda yang berusaha mengganti topik, membuat Laras memutar bola matanya. Tapi tak ayal dia juga penasaran dengan lipstik yang sudah berada di genggaman Manda.

Mendengar pertanyaan Manda, Arhan melirik pada lipstik yang dipegang Manda sekilas.

"Punya kamu." Jawaban Arhan sukses membuat kedua perempuan itu melongo.

"Hah?" Manda memastikan masih tidak mempercayai apa yang Arhan katakan. Manda memutar lipstik itu, dan memperhatikan setiap detailnya.

Dan benar saja, setelah meneliti lebih lanjut Manda menemukan stiker kecil yang terpasang disana. Dan ya lipstik itu memang benar milik Manda.

"Ketinggalan waktu main ke kebun raya kemarin." Arhan memberitahukan waktu pasti saat lipstik itu tertinggal dalam mobilnya.

Bisa-bisanya Manda tidak menyadari bahwa lipstiknya ketinggalan dimobil laki-laki itu. Padahal lipstik ini salah satu favorit Manda.

Pantas saat melihatnya pertama kali, Manda merasa lipstik ini sama dengan miliknya. Ternyata oh ternyata itu memang milik Manda.

Dasar Manda, kenapa sih bisa ceroboh sekali.

To be continued

Meet a MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang