"Awas, kaki aku pegel."
Manda mendorong pelan kepala Arhan yang masih terlihat nyaman tiduran di atas pahanya.
Mendengar itu, Arhan menyingkirkan tangannya yang semula diletakkan di atas matanya guna melindungi dari sinar matahari.
Tidak terasa sudah lima belas menit berlalu sejak Arhan merebahkan dirinya. Padahal Arhan masih merasa belum puas, tapi apa daya kaki Manda ternyata sudah pegal-pegal menjadi bantal untuknya. Dengan terpaksa Arhan bangun dan mendudukkan dirinya di samping Manda.
"Kamu pasti suka gini juga kan sama cewek lain." Bukan kalimat pertanyaan tapi pernyataan. Entah kenapa Manda bisa menyimpulkan seperti itu.
Arhan tidak ambil pusing, dia tidak menyangkal ucapan Manda yang dilayangkan padanya.
"Mau makan?" Tanya Arhan mengalihkan pertanyaan.
"Iya, aku laper." Jawab Manda tidak ada jaim-jaimnya. Jika biasanya perempuan lain akan menjaga image sebagai perempuan yang lemah lembut di depan Arhan, maka tidak dengan Manda.
Itulah yang membuat Manda menarik dimata Arhan. Selain parasnya yang cantik tentu saja.
"Mau makan dimana?"
"Aku mau ayam aja." Manda menyebutkan salah satu merek makanan cepat saji yang keberadaannya mudah ditemukan dimana-mana.
"Ayo." Arhan bangun lebih dulu, lalu dia mengulurkan tangannya. Membantu Manda untuk bangun dari duduknya. Setelahnya mereka berdua berjalan beriringan menuju tempat parkir.
"Kita beneran mau langsung pergi nih?"
"Katanya mau makan."
"Iya, masa kita kesini cuma buat duduk-duduk aja sih. Ngapain jauh-jauh kalau gitu, dirumah juga bisa." Nah kan mulai kumat lagi sifat Manda yang sangat cerewet ini.
Seperti biasa, Arhan tidak akan meladeni jika Manda sudah mulai mengeluarkan dumelannya. Karena percuma juga jika dihentikan Manda tidak akan berhenti sampai gadis itu puas.
Keluar dari area kebun raya, ternyata tidak terlalu jauh dari sana ada merek ayam yang diinginkan Manda.
Arhan langsung saja membelokkan mobilnya, saat akan parkir Manda langsung mencegahnya.
"Rame banget kayaknya. Kita makan dimobil aja." Arhan mengangguk, dia menjalankan mobilnya ke area layanan driver thru dan tepat didepan monitor tempat memesan, Arhan menghentikan mobilnya.
"Mau apa?" Tanya Arhan, Manda tidak langsung menjawab dia berpikir lebih dulu.
Dan menurut Arhan, Manda berpikir terlalu lama. Bahkan hingga Arhan selesai menyebutkan pesanan miliknya Manda belum juga selesai berpikir.
"Apa?" Arhan bertanya lagi. Ternyata butuh kesabaran ekstra juga untuk mengahadapi Manda. Tapi entah mengapa, rasanya Arhan tidak keberatan sama sekali. Padahal selama ini dia paling malas berurusan dengan wanita apalagi jika sifat manjanya sedang kumat.
Tidak menanggapi Arhan, Manda mencondongkan tubuhnya dan mulai mengatakan makanan yang ingin dipesannya.
Tanpa sadar bahwa tindakannya itu membuat Arhan sedikit terkejut. Wajah Manda kini berjarak sangat dekat dengannya.
Bisa Arhan lihat pahatan indah wajah Manda dengan jelas. Kulitnya yang sehat, mata yang lebar dengan bulu mata yang lentik. Hidungnya yang tidak terlalu mancung namun terlihat kecil dan mungil menambah daya tarik dari wajah tersebut. Dan jangan lupakan bibirnya yang tipis berwarna merah muda.
Aroma yang menguar dari tubuh Manda juga seakan memanjakannya hidung Arya. Entah parfum apa yang digunakan Manda, kenapa aromanya sangat enak untuk dihirup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet a Mate
RomanceMenjadi anak mandiri diusia yang bisa dibilang cukup muda, rupanya belum cukup membuat Mamanya puas. Diusianya yang masih menginjak 21 tahun ini, Mama Manda malah ngebet menyuruh anaknya untuk segera mencari calon suami dari pada menyelesaikan kulia...