Selepas melakukan makan malam bersama, kini Arhan tengah berada di dalam mobil guna mengantarkan dua perempuan kembali ke kota asalnya.
Sebagai tamu yang tau diri, tentu saja Manda dan Laras berpamitan dulu pada ke-dua tuan rumah yang telah menerima mereka dengan baik selama berada disana.
"Arhan, hati-hati nyetirnya. Nanti kalau udah sampai kabarin Mama." Tante Arum, Mama Arhan berpesan pada putra sulungnya itu. Dan langsung di angguki oleh Arhan.
Manda duduk disamping Arhan, sedangkan Laras dibelakang. Baru beberapa menit mobil melaju, Manda melirik ke arah Laras yang kini sudah memejamkan matanya, pertanda bahwa Laras sudah tidur.
Manda berdecak pelan, melihat kelakuan temannya. Manda kan jadi canggung dibiarkan terjaga dengan Arhan hanya berdua saja.
"Tidur aja kalau ngantuk." Ucap Arhan pada Manda.
"Iya." Jawab Manda dengan pelan, tapi dia tidak melakukan seperti apa yang Arhan katakan. Tidak enak lah Manda jika membiarkan Arhan menyetir sendiri. Bagaimanapun laki-laki itu lah yang telah banyak membantu selama Manda berada di Jakarta.
"Tidur aja, nanti kalau sudah sampai saya bangunin." Ucap Arhan lagi saat melihat mata Manda yang beberapa kali mulai meredup, tapi berusaha ditahannya.
"Iya." Jawab Manda lagi tanpa menoleh ke arah Arhan. Matanya masih fokus memandangi lalu lintas kota Jakarta yang seperti tidak pernah ada sepinya.
"Mampir minimarket sebentar boleh gak? Aku haus deh." Manda bertanya saat melihat nama salah satu minimarket yang terlihat dari kejauhan.
Arhan mengangguki, dia pun membelokkan mobilnya ke arah minimarket. Tidak lama setelah mobil berhenti, Manda melepas seat belt dan bersiap untuk turun dari mobil.
"Mau ditemani?" Tawar Arhan yang mendapatkan gelengan dari Manda.
"Aku sendiri aja." Jawab Manda, lalu dia turun dari mobil dan memasuki minimarket.
Manda membeli tiga minuman, satu diperuntukkan untuk Arhan agar laki-laki itu tidak merasa ngantuk saat menyetir. Manda juga membeli beberapa cemilan sebagai teman Arhan selama menyetir nanti.
Tidak membutuhkan waktu lama, Manda sudah kembali ke dalam mobil Arhan. Dan tanpa menunggu waktu lama, Arhan langsung melanjutkan perjalanan mereka.
Manda mengeluarkan kopi kemasan yang siap minum. Lalu menyodorkannya pada Arhan.
"Biar gak ngantuk." Ucap Manda. Arhan menerima dengan senang hati kopi yang diberikan Manda. Tutupnya bahkan sudah dibukukan oleh perempuan ini, Arhan hanya tinggal minum saja.
Arhan menegaknya separuh lalu sisanya kembali dia sodorkan pada Manda agar ditutup kembali. Manda meletakkan minuman itu di sebelah Arhan.
"Terimakasih."
"Iya sama-sama."
Beberapa menit, terjadi keheningan di antara keduanya. Manda yang tadi sempat mengantuk pun kini entah hilang kemana kantuknya itu. Akhirnya dari pada bosan, Manda mengambil cemilan dari plastik minimarket tersebut dan membukanya.
Manda mencomot satu persatu cemilan dari wadahnya sembari menikmati keindahan kota Jakarta di malam hari ini.
Mendapati Arhan yang sempat melirik beberapa kali ke arahnya, membuat Manda tersadar bahwa dia belum sempat menawarkan apa yang dimakannya pada Arhan.
"Mau?" Manda mendorong cemilan yang telah terbuka itu pada Arhan. Arhan tampak meliriknya sekilas, tapi seperti tidak ada niatan laki-laki itu untuk mencomotnya barang satu saja.
"Enak?"
"Enak kok, belum pernah coba emangnya?" Arhan menggeleng. Dan gelengan itu sukses membuat Manda terkaget, pasalnya makanan ini banyak dijual dimana-mana. Tapi anehnya manusia satu ini malah belum pernah mencoba.
Ingin mengatakan bohong, tapi Manda tidak mengetahui apapun tentang Arhan. Jadi Manda memilih diam saja, pura-pura percaya.
"Boleh, satu aja." Akhirnya Arhan menjawab, Manda menyodorkan lebih dekat makanannya pada Arhan.
"Saya lagi nyetir." Iya tau kok, tanpa Arhan mengatakannya juga Manda sudah dapat melihat sendiri.
Beberapa detik Manda terbengong, baru setelah sadar maksud Arhan, Manda langsung mengambilkan menggunakan tangannya dan menyuapkan pada Arhan.
Arhan menerima suapan dari Manda. Sejujurnya dia tidak tertarik dengan makanan sejenis ini sebelumnya, tapi melihat Manda yang makan dengan lahap membuat Arhan seketika penasaran dengan rasa makanan tersebut.
Setelah digigit, makanan itu langsung hancur didalam mulut dan seketika rasa coklat langsing mendominasi. Arhan mengernyit sesaat berusaha mencerna rasa manis yang terlalu over menurutnya.
"Enak kan?" Manda menanyakan setelah melihat Arhan berhasil menelan makanan yang disuapkan tadi. Manda sudah akan menyuapkan lagi, tapi Arhan segera menggeleng.
"Manis banget." Arhan mengatakan pendapatannya.
"Kan emang makanan manis, menurut aku manisnya pas kok." Manda kembali memasukkan makanan itu pada mulutnya sendiri.
"Saya gak suka coklat, apalagi coklatnya itu manis banget."
"Kenapa? Coklat enak kok, aku suka." Manda bingung dengan manusia sejenis Arhan ini. Mana ada orang yang tidak suka makanan manis. Pantas saja Manda lihat sikap Arhan ini kaku-kaku gimana gitu tidak ada manis-manisnya sama sekali. Pasti ini gara-gara laki-laki itu tidak suka dengan hal-hal yang berbau manis. Begitulah kira-kira pikiran yang ada di otak Manda.
"Saya gak terlalu suka yang manis."
"Berarti gak suka aku dong ya." Cetus Manda, membuat Arhan mengernyit bingung. Arhan sungguh tidak mengerti dengan jalan pikiran Manda. Tadi membicarakan makanan kenapa tiba-tiba Manda menjadi berbicara tentang dirinya sendiri?
"Maksudnya?" Arhan melirik Manda sekilas.
"Aku kan manis." Lanjut Manda kemudian, dibarengi dengan sebuah tawa yang menggelegar setelahnya, tapi anehnya Manda tetap terlihat anggun Dimata Arhan.
Tolong siapapun selamatkan Arhan dari jebakan perempuan disampingnya. Akibat melihat senyuman Manda yang baru dilihatnya selebar ini, Arhan sempat menjadi tidak fokus selama beberapa detik. Untung saja kehilangan fokusnya tidak menyebabkan sesuatu yang berbahaya.
Arhan berdeham pelan. Bingung harus menjawab ucapan Manda seperti apa. Ya, Arhan akui Manda memang manis, tapi bukan berarti Arhan tidak menyukainya. Manda menjadi hal manis pertama yang disukai oleh Arhan.
"Tidur sana, masih lama sampainya." Ucap Arhan kemudian. Tangan Arhan ter-ulur dan memberikan sebuah bantal leher pada Manda.
Mendapati candaannya berkahir garing dan tidak mendapatkan respon yang memuaskan, seketika mood Manda pun merosot jauh. Dia yang sebelumnya sudah bisa bersikap cukup baik pada Arhan, entah kenapa malah kembali sinis.
Manda menerima dengan sedikit kasar bantal yang diberikan Arhan. Dia pun memakainya dan memiringkan kepala, mulai memejamkan matanya.
"Bangunin nanti kalau udah hampir sampai." Nada suara Manda datar bahkan terkesan sinis, tidak seceria tadi. Ya Manda malu dong, dia baru saja beramah-tamah dan sedikit membangun candaan dengan laki-laki disampingnya tapi malah berkahir seperti ini.
Sungguh Manda janji bahwa dia tidak akan lagi berusaha mengajak Arhan untuk bercanda. Humor laki-laki itu berbeda jauh dengannya. Dan sepertinya mereka tidak akan cocok untuk menjadi lebih dekat. Manusia triplek macam Arhan ini, sering kali akan membuat Manda naik darah.
To be continued
Setalah baca seperti biasa jangan lupa vote dan komen ya. Yang belum follow author nya, silahkan di follow dulu. Bantu biar bisa 3K followers gengsss.
Dan btw aku mau ngasih tau aja kalau Meet a Mate udah ada baca cepatnya di KaryaKarsa. Disana udah sampai part 30 lohhh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet a Mate
RomanceMenjadi anak mandiri diusia yang bisa dibilang cukup muda, rupanya belum cukup membuat Mamanya puas. Diusianya yang masih menginjak 21 tahun ini, Mama Manda malah ngebet menyuruh anaknya untuk segera mencari calon suami dari pada menyelesaikan kulia...