"Mau kemana?" Suara bernada tanya itu memecah keheningan yang terjadi sejak mobil yang ditumpangi keduanya berjalan. Sudah berlalu sejak lima menit, tapi perempuan disamping Arhan ini sama sekali tidak mengeluarkan suara sama sekali.
Arhan melirik kesamping, pada Manda dan melihat perempuan itu yang duduk mepet sekali dengan pintu. Arhan sedikit mengernyitkan keningnya.
Apa memang begini cara Manda setiap naik mobil? Aneh, sangat aneh menurut Arhan tapi juga unik di waktu yang bersamaan.Tidak tau saja Arhan bahwa alasan sebenarnya Manda yaitu karena ingin menjaga jarak sejauh-jauhnya dengan Arhan.
"Mau kemana?" Arhan mengulang pertanyaan yang sempat terabaikan tadi.
Jika sebelumnya dia bertanya tanpa menatap ke arah Manda, tapi kali ini beda. Arhan memusatkan sepenuhnya perhatian pada Manda, jangan khawatir akan menabrak nyatanya saat ini mereka sedang berhenti karena lampu lalu lintas yang menampilkan warna merah.
"Turunin didepan aja, aku bisa jalan sendiri." Jawab Manda dengan ketus. Entah kenapa Manda juga tidak mengerti kenapa bisa berucap seketus ini. Padahal biasanya dengan orang yang baru dikenal dia akan berbicara dengan nada ramahnya.
Mungkin karena yang sedang bicara dengannya adalah laki-laki macam Arhan, yang sudah Manda tetapkan sebagai musuh nya.
"Orang tua kamu nitipin kamu ke saya."
"Tapi aku gak mau jalan sama kamu. Kita gak saling kenal."
"Makanya ayo kenalan." Manda menepis tangan yang Arhan ulurkan padanya. Bukannya merasa tersinggung Arhan malah terkekeh pelan.
Entah kenapa seperti ada suatu magnet yang membuat Arhan selalu tertarik dengan perempuan muda di sampingnya ini.
Lampu berubah menjadi hijau, dan mobil pun kembali berjalan entah ke arah Mana. Arhan hanya mengira-ngira saja, karena sejujurnya dia tidak terlalu tau mengenai jalanan ini.
"Saya tidak terlalu tau jalanan disini, bisa kamu tunjukkan arahnya?"
"Gak mau, aku mau turun aja pokoknya." Ternyata tubuh mungil ini sangat berbanding terbalik dengan tekadnya. Arhan sangat tidak menyangka bahwa sebenarnya Manda ini perempuan yang keras kepala.
Ternyata benar, parasnya yang lembut nan polos tidak menjamin sifatnya akan seperti itu juga. Tapi tidak masalah, Arhan merasa masih bisa mengatasi perempuan kecil ini.
Tanpa mendengarkan Manda, Arhan tetap menjalankan mobilnya. Dia sempat mengambil handphone untuk membantunya mengarahkan jalan ke salah satu destinasi yang terkenal disana.
Melihat mobil yang tidak kunjung berhenti, membuat Manda was-was. Pikiran negatif selalu melingkupinya apalagi sekarang ini dia sedang berduaan dengan laki-laki yang dianggapnya bahaya.
"Mau kemana ini?" Manda bertanya penuh tuntutan.
Seakan ingin membalas dendam padanya, Arhan hanya diam. Matanya masih fokus ke arah jalanan. Mendapati pertanyaan tidak terbalas, tanpa sadar umpatan pelan keluar dari mulut Manda.
"Seorang perempuan tidak boleh mengumpat seperti itu." Mendapat teguran, otomatis membuat Manda langsung menoleh ke arah Arhan. Bukannya merasa takut atau bagaimana, Manda malah tertantang untuk melawan Arhan.
"Emang kenapa? Dipikir cuma cowok aja yang boleh ngumpat." Tidak sesuai dengan ekspektasi Manda, Arhan hanya diam saja sama sekali tidak terlihat tertarik untuk membalas Manda.
Padahal Manda sudah membayangkan bahwa sebentar lagi mereka akan beradu argumen dan akan berakhir dengan pertengkaran yang terjadi. Lalu Manda berpikir setelah itu Arhan akan menurunkannya segera dan Manda pun bisa bebas dari laki-laki paling bahaya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet a Mate
RomanceMenjadi anak mandiri diusia yang bisa dibilang cukup muda, rupanya belum cukup membuat Mamanya puas. Diusianya yang masih menginjak 21 tahun ini, Mama Manda malah ngebet menyuruh anaknya untuk segera mencari calon suami dari pada menyelesaikan kulia...