part 36

2.1K 195 7
                                    

"Mas pulang ke Jakarta?" Hari sudah malam saat Arhan akan berpamitan untuk pulang. Manda dengan cara berjalannya yang masih tertatih itupun mengantar Arhan hingga depan rumah.

"Nggak, sudah pesan kamar. Rencananya besok mau ajak kamu jalan-jalan, tapi kamu lagi sakit kayaknya." Jawab Arhan sembari melirik luka di lutut Manda.

"Nggak kok Mas, aku bisa kok kalau cuma jalan-jalan." Manda menjawab dengan semangat. Dia memberikan senyum terbaiknya untuk menyakinkan Arhan. Dari binar mata itu, Arhan tau ada harapan disana.

Arhan balas tersenyum tipis, mengulurkan tangannya dan mengusap puncak kepala Manda pelan.

"Ya udah, mau kemana?"

"Kemana aja yang penting jalan-jalan sih kalau aku. Biar gak bosen dirumah aja."

"Iya besok saya jemput." Manda bersorak kegirangan.

Setelah itu Arhan berbalik dan meninggalkan rumah Manda menuju tempat yang akan di inapinya malam ini.

Setelah kepergian mobil Arhan, Manda pun berbalik dan memasuki rumahnya kembali. Ringisan dia keluarkan saat berjalan tidak hati-hati menyebabkan lukanya terasa nyeri.

"Pa, dicium dari baunya sih kayaknya ada yang lagi kasmaran tuh." Ucap Mama saat melihat Manda mendekat ke arah keduanya.

Papa hanya berdeham singkat karena fokusnya saat ini masih tertuju pada siaran televisi didepannya. Meksipun begitu, Papa tau bahwa istrinya itu sedang menyindir anak mereka.

Manda masih dengan senyum yang bertengger di wajahnya, dia mendudukkan dirinya di samping Mama. Dan memeluk pinggang Mamanya.

"Tuh Pa liat kelakuan anak kamu ini." Mama berusaha melepaskan belitan tangan Manda di pinggangnya, tapi dengan sekuat tenaga Manda malah semakin mengeratkan pelukannya pada Mama.

"Kamu kenapa sih, dari tadi senyum-senyum terus?" Mama risih karena melihat kelakuan anaknya yang tidak biasa ini. Bukannya apa-apa, Mama hanya ngeri saja jika Manda tiba-tiba kesambet atau kerasukan gitu. Manda diam, tidak ingin menjawab dia masih sama seperti tadi.

"Manda Mama takut loh kamu senyum kayak gitu. Kamu kesambet nak?" Mendengar itu Manda sontak berdecak dan menatap Mamanya dengan kesal.

"Enak aja kesambet, aku tuh lagi bahagia Mama." Manda melepaskan pelukannya dari Mama, dia beralih mengambil cemilan yang ada di depan mereka.

"Bahagia kenapa? Karena habis diapelin seharian sama Arhan?" Mama mengangkat satu alisnya penuh godaan. Senyum serupa pun dia layangkan ke arah putrinya itu.

"Bukan." Bohong, Manda berbohong. Sejujurnya salah satu penyebab kebahagiannya juga itu.

"Terus?"

"Besok aku mau jalan-jalan, kan udah lama aku gak jalan-jalan."

"Sama siapa? Mama gak mau ya besok jadi korban kamu. Papa juga jangan, kasian lagi capek."

Manda mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan Mama. Enak saja Mama menyebut dirinya dan Papa adalah korban. Memangnya Manda ini apa? Penjahat? Tentu bukan dong.

"Tenang aja aku pastiin besok gak bakal recokin Mama Papa deh. Kalian bebas pacaran dirumah ini."

"Terus kamu jalan-jalan sama siapa besok?" Mama tentu saja merasa penasaran dengan siapa anaknya ini akan pergi jalan-jalan.

"Sama Mas Arhan." Jawab Manda dengan enteng sembari memasukkan keripik singkong kedalam mulutnya.

"Ish Manda tega kamu ya, kasihan Arhan itu masa disuruh bolak-balik Jakarta-Bogor."

"Nggak Mama, Mas Arhan belum pulang ke Jakarta. Dia tidur di hotel malam ini."

"Iya itu pasti gara-gara kamu yang minta ditemenin sama dia."

Meet a MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang