Karena bingung akan jalan-jalan kemana, akhirnya kedua sejoli ini berhenti di sebuah cafe hits yang biasa digunakan para anak-anak muda untuk sekedar nongkrong dengan teman atau kekasih hatinya.
Dengan hanya bermodal memesan dua minuman dan satu cemilan, tidak terasa keduanya telah duduk disana selama lebih dari satu jam lamanya. Selama itu pula entah apa yang keduanya bahas, Manda sama sekali sudah tidak ingat. Mungkin hanya pembicaraan basa-basi saja, tidak ada hal penting sama sekali yang dibicarakan keduanya.
"Mau pesan cemilan lagi?" Arhan bertanya saat melihat cemilan yang dipesan mereka sudah habis, hanya menyisakan piring kecil sebagai wadahnya.
"Gak usah, emangnya Mas lapar?"
"Nggak juga, siapa tau kamu pengen nyemil."
"Aku udah kenyang. Udah jangan pesen lagi." Arhan mengangguk paham.
Manda mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Banyak sekali pengunjung di akhir pekan seperti ini. Ada yang hanya berdua seperti mereka, ada juga yang beramai-ramai seperti orang yang berada beberapa meja didepan Manda.
Melihat tempat yang mereka datangi ini bagus dan memberikan kesan yang vintage, tentunya sangat tidak afdol jika mengabaikannya begitu saja. Akhirnya Manda mengambil handphone dan menyerahkannya pada Arhan. Jika kalian ingat, handphone ini diberikan oleh Arhan sendiri saat awal-awal mereka mengenal.
Iya, handphone yang pernah Manda tolak itu. Tapi syukurlah karena Arhan memaksa Manda untuk mengambilnya.
"Fotoin." Ucap Manda memberitahukan maksudnya.
Arhan meraih handphone Manda dan mulai mengarahkan pada posisi Manda berada.
Sebelum Arhan mulai memotretnya, Manda merapikan sejenak penampilannya agar terlihat rapi di kamera. Setelah hitungan ke-tiga dilakukan Arhan, Manda terlihat gembira.
"Gimana? Bagus?" Tanya Manda antusias.
"Bagus."
"Lagi,lagi Mas." Arhan kembali mengarahkan kamera pada Manda dan Manda telah siap dengan pose terbaik yang dimilikinya.
Setalah dirasakan mendapatkan beberapa foto yang bagus, Manda meminta kembali handphonenya untuk melihat hasil-hasil yang tadi.
Dan harapan, hanya tinggal harapan semata. Melihat hasil foto yang sama sekali tidak sesuai ekspetasinya membuat Manda ingin menangis saja. Padahal dia tadi sudah yakin bahwa hasilnya akan bagus dan layak untuk dipajang di akun sosial medianya.
Tapi sayang seribu sayang, ekspektasi Manda terlalu tinggi. Jadi memang benar, kita tidak boleh berharap pada sesama manusia sebenarnya.
"Kenapa?" Arhan bertanya saat melihat raut wajah Manda yang tadinya antusias sekarang berubah menjadi datar.
Masih tanya lagi, memang dasar lelaki ini tidak ada peka-pekanya sama sekali. Gatal rasanya tangan Manda ingin mematuk kepala Arhan.
"Gak. Coba Mas pose." Tanpa aba-aba, Manda langsung saja mengarahkan kamera pada Arhan. Dan Arhan yang bisa dibilang sangat jarang bersinggungan dengan kamera, menjadi salah tingkah dan langsung mengalihkan pandangannya.
Entah kapan Manda memotretnya, tapi kali ini Manda menunjukkan hasilnya pada Arhan.
"Gini loh Mas, kalau foto tuh. Liat, lightingnya bagus, kamunya juga on point." Manda menjelaskan bagaimana cara mengambil foto yang bagus menurutnya, tapi Arhan sama sekali tidak mengerti dengan hal-hal yang seperti ini. Menurutnya itu terlihat sama saja hanya berbeda dibagian pose saja.
"Coba lagi, fotoin aku yang bagus pokoknya." Manda menyerahkan kembali handphonenya pada Arhan. Dengan kikuk Arhan menerimanya. Dia pun memotret Manda kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet a Mate
RomanceMenjadi anak mandiri diusia yang bisa dibilang cukup muda, rupanya belum cukup membuat Mamanya puas. Diusianya yang masih menginjak 21 tahun ini, Mama Manda malah ngebet menyuruh anaknya untuk segera mencari calon suami dari pada menyelesaikan kulia...