part 47

1.7K 175 12
                                    

Malam hari, tepatnya saat waktu telah menunjukkan jam sepuluh malam, bazar telah berakhir. Arhan membantu sebisanya untuk membereskan lapak Manda.

Rencananya, Manda dan para teman-temannya ini akan menginap di salah satu hotel yang tidak jauh dari mall tersebut dan akan kembali ke Bogor besok paginya.

Dari sanalah, Arhan meminta kesempatan untuk mengajak Manda jalan. Berbekal alasan untuk membeli makan malam, akhirnya Arhan berhasil membawa Manda berdua menaiki motor milik salah satu teman Manda. Sedangkan mobil Arhan, digunakan teman Manda agar lebih mudah untuk membawa barang-barang dengan cepat.

"Dingin?" Tanya Arhan yang sedang menyetir. Tadi dia sempat melirik ke arah Manda dibelakangnya, yang tengah menggosokkan kedua tangannya.

Manda menggeleng pelan, meskipun aslinya dia memang sedang kedinginan. Arhan terkekeh pelan melihat kebohongan yang Manda lakukan.

Arhan pun melepas salah satu tangannya dari setir motor dan menjalar ke belakang. Menarik tangan Manda dan membawanya untuk melingkar di pinggangnya.

"Pegangan biar gak dingin." Ucap Arhan yang langsung membuat pipi Manda merona. Beginilah laki-laki kaku, selalu bisa membuat perempuan tersipu dengan caranya sendiri.

Manda berusaha untuk menahan senyumnya agar tidak mengembang selebar mungkin. Apalagi melihat Arhan yang sesekali meliriknya lewat kaca spion. Tolong Manda, jika terus-terusan seperti ini dia bisa salting brutal. Siapapun tolong bawa Manda pergi saat ini. Dia tidak tahan dengan godaan om-om didepannya ini.

Dengan tangan yang malah berjalan sendiri melingkar dengan nyaman di pinggang Arhan, Manda semakin mengeratkannya dan meletakkan dagunya di bahu Arhan. Rasa hangat langsung menjalari dirinya. Kehangatan yang sekaligus membawa ketenangan.

Didepannya, Arhan juga merasakan hal yang sama. Senyum dengan sendirinya muncul di sudut bibirnya.

"Mau makan apa?" Pertanyaan yang sebenarnya telah telat untuk ditanyakan, tapi tetap di keluarkan oleh Arhan. Jadi sedari tadi mereka hanya berjalan tanpa adanya tujuan.

"Nasi goreng aja." Jawab Manda yang tidak disadarinya bahwa posisinya begitu dekat dengan Arhan. Hingga Arhan merinding saat telinganya merasakan hembusan pelan dari nafas Manda. Arhan melirik ke samping, dimana Manda dengan nyamannya menyandar pada bahunya.

"Nasi goreng abang-abang aja mau?"

"Mau dong, justru nasi goreng abang-abang itu paling enak." Manda menoleh ke arah Arhan, jarak keduanya yang sangat dekat otomatis membuat hidung Manda yang tidak mancung-mancung amat itu tidak sengaja bersentuhan dengan pipi Arhan.

Keduanya tertegun, suasana yang tadinya santai seketika berubah menjadi canggung. Dengan segera Manda memundurkan wajahnya, tidak lagi bersandar di bahu Arhan.

Manda tidak tau jika posisi tersebut bisa menjadi bumerang baginya. Jangan tanyakan kondisi Manda saat ini, karena pastinya dia merasa sangat amat malu. Manda berniat untuk melepaskan tangannya dari pinggang Arhan, tapi sebelum hal itu terjadi Arhan segera menahannya.

"Jangan, dingin." Ucap Arhan pelan yang masih bisa didengar Manda. Akhirnya Manda tetap membiarkan tangannya berada disana, meskipun keduanya sama-sama terdiam tanpa kata.

Arhan membelokkan motor di sebuah warung nasi goreng pinggir jalan.

"Kita makan disini aja, nanti punya teman kamu dibungkus." Manda hanya mengangguk setuju. Jujur karena kejadian tidak disengaja tadi, dia malah gugup untuk menghadapi Arhan.

Arhan malah dengan santai meraih tangan Manda, dan digandeng untuk menuju bangku yang masih kosong.

"Jangan gugup, santai aja."

Meet a MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang