23. MERASA BERSALAH

1.7K 58 3
                                    

♡  HAPPY READING ♡

***

Suasana dimeja makan pagi hari ini terasa canggung. Hanya suara dentingan sendok dan garpu yang terdengar. Lebih tepat ke Zearra yang sedari tadi hanya diam, bahkan ia tak sekalipun melirik Raffael yang berada di depannya.

Raffael melirik Zearra yang sibuk dengan makanannya tanpa mau meliriknya sama sekali. Menghembuskan nafasnya sesaat, selera makannya tiba-tiba hilang. Semua terjadi begitu saja. Kejadian tadi malam, tak seharusnya ia melakukan itu pada Zearra. Ia tahu ini kesalahannya.

Melihat Zearra yang beranjak dari kursi membuat Raffael juga ikut beranjak dari kursi lalu mencekal pergelangan tangan Zearra saat melihat gadis itu hendak keluar rumah.

"Berangkat bareng gue, ya?" tawar Raffael dengan suara lembut.

"Nggak usah." tolak Zearra mentah-mentah, ia berkata tanpa melirik Raffael.

"Zea... berangkat bareng gue, ya?" Raffael tak menyerah, ia tetap berusaja mengajak Zearra.

"Gue bisa berangkat sendiri." lagi-lagi Zearra menolaknya.

"Gue anter... ya?" tawar Raffael lagi.

Zearra menghembuskan nafasnya, "Ya udah, iya."

Mendengar itu membuat Raffael sedikit tersenyum. Ia segera mengambil jaket dan memakainya lalu mengambil kunci motor. Kakinya berjalan menuju garasi dan mulai menstater motor sport-nya. Mengeluarkan motornya dari garasi dan berhenti di depan gerbang yang ternyata sudah ada Zearra yang menunggu.

Tanpa berkata apapun Zearra segera mengambil helm yang diberikan oleh Raffael lalu memakainya. Setelahnya ia mulai menaiki motor Raffael.

"Udah?" tanya Raffael melihat Zearra dari kaca spion. Tampak gadis itu menganggukkan kepalanya.

Raffael mulai menjalankan motornya pergi dari pekarangan rumah mereka. Selama di perjalanan tak ada pembicaraan sama sekali. Entah itu tak ada topik atau memang Zearra yang tak mau berbicara dengan Raffael.

Sedangkan Zearra sedari tadi hanya diam. Tak membuka mulutnya sama sekali untuk berbicara kepada Raffael. Air matanya tiba-tiba menetes ketika mengingat kejadian tadi malam. Dengan cepat ia mengusap kasar air matanya.

Tanpa disadari Raffael ternyata melihatnya dari kaca spion. Cowok itu benar-benar merasa bersalah kepada Zearra atas perbuatannya tadi malam.

Gue minta maaf, Ze Batin Raffael.

Lima belas menit perjalanan, kini Raffael tiba di SMA Galaksi. Kedatangannya tak lupa disambut oleh teriakan para siswi yang berlalu lalang. Ia memarkirkan motornya diparkiran lalu turun dan disusul oleh Zearra.

Zearra melepas helm-nya lalu menyerahkan kepada Raffael, "Makasih." ucapnya kemudian langsung pergi begitu saja dari sana.

Raffael menghembuskan nafasnya panjang. Ia menatap helm yang dipegangnya lalu mulai menaruhnya diatas jok motor, begitupun dengan helm-nya.

Saat ingin melangkah, tiba-tiba ketiga sahabatnya baru saja datang dan langsung parkir tepat disamping motornya. Setelahnya ketiga sahabatnya itu menghampirinya.

"Weiss! Napa lo? Pagi-pagi udah nggak semangat aja." cetus Varen yang menenteng tas-nya dipundak kanannya.

"Gue memperburuk keadaan." jawaban Raffael membuat semuanya mengernyit bingung.

"Memperburuk keadaan gimana?" tanya Gevano memperjelas.

"Semalam waktu gue mabuk, gue nggak bisa kontrol diri gue." Raffael berkata setengah membuat yang lain semakin bingung.

RAFFAEL? HE IS MY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang