25. SAHABAT MASA KECIL?

1.7K 69 0
                                    

♡  HAPPY READING ♡

***

Hari sudah gelap, senja yang indah sudah tergantikan oleh langit malam. Mungkin bintang dan bulan sedang berencana untuk tidak muncul dilangit malam, sebab malam ini sepertinya gantian hujan yang akan melaksanakan tugasnya.

Langit malam yang sudah gelap kini semakin gelap karena sebentar lagi hujan akan turun dan mengguyur kota Jakarta.

Bahkan sampai malam hari, Raffael masih berada di rumah Zearra. Duduk di depan teras dan berharap Zearra membuka pintunya. Tapi kenyataannya sampai sekarang pun tak ada tanda-tanda gadis itu untuk membukakan pintu untuknya.

"Gue minta maaf, Zea. Gue bener-bener minta maaf." Entah sudah ke berapa kali Raffael mengucapkan kalimat itu.

Yang ada dibenaknya saat ini hanya ada kata maaf, maaf, dan maaf. Rasa bersalahnya semakin besar kepada Zearra. Perasaannya tak tenang sebelum mendengar langsung dari Zearra jika gadis itu sudah memaafkannya.

Bunyi petir membuat Raffael mendongakkan kepala melihat langit. Tak lama setetes demi setetes air pun turun membasahi bumi. Hujan tak menghalanginya untuk beranjak pergi dari sana.

Sedangkan didalam kamar, Zearra sedang mencoba untuk tidur. Sebenarnya ia ingin mengecek apakah Raffael sudah pulang atau belum. Akan tetapi, ia mengurungkan niatnya. Mana mungkin cowok itu belum pulang, bahkan saat ini sedang hujan deras.

Duarr!

"Bundaaa!" jerit Zearra takut karena bunyi petir yang tiba-tiba dan sangat kencang. Tubuhnya ia sembunyikan dibalik selimut tebal.

Dirasa bunyi petir sudah tidak ada, ia menyibak selimutnya lalu merubah posisinya menjadi duduk. Pikirannya tiba-tiba tertuju kepada Raffael. Sedari tadi ia terus memikirkan, apakah Raffael sudah pulang ke rumah?

Karena terlalu penasaran, ia pun akhirnya memutuskan untuk turun ke bawah. Sampai di depan pintu utama, ia mengintip dari balik jendela. Matanya melotot melihat Raffael yang masih berada di depan teras rumahnya.

Bahkan hujan deras pun cowok itu tak beranjak sama sekali untuk pergi dari sana. Raffael masih senantiasa duduk di teras dengan tubuh yang sudah basah akibat terkena air hujan.

"Se-effort ini lo demi bisa dapat maaf dari gue, Raf." gumam Zearra tak tega terhadap Raffael.

***

Sedangkan di depan teras, Raffael masih senantiasa duduk sambil menunggu Zearra membukakan pintu. Akan tetapi, sepertinya gadis itu tidak akan membukakan pintu untuknya.

Helaan nafas terdengar dari mulut Raffael. Ia menatap sejenak pintu utama yang tak kunjung terbuka. Sedetik kemudian ia berdiri lalu melangkah menuju motornya. Ia akan pulang, tetapi ia akan kembali lagi besok pagi.

Walau kakinya melangkah menuju motor, tetapi hatinya masih ingin menunggu Zearra membukakan pintu.

"Raffael!"

Tangan Raffael yang hendak mengambil helm menjadi terhenti akibat teriakan seseorang. Ia menoleh ke arah sumber suara. Pandangannya terkunci, tubuhnya merasa kaku, sudut bibirnya sedikit mengembangkan senyuman.

"Z-zea." ucap Raffael melihat Zearra yang berdiri diambang pintu utama.

Melihat Raffael yang masih berdiri disamping motor, Zearra langsung berlari menghampiri cowok itu. Menerobos derasnya hujan.

Grep!

Raffael yang hendak berbicara pun terhenti ketika tiba-tiba Zearra berlari ke arahnya dan memeluk tubuhnya.

RAFFAEL? HE IS MY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang