36. TEROR, LAGI?

800 33 3
                                    

♡ HAPPY READING♡

***

Zearra menghela napas melihat Raffael terus menempel padanya. Lihatlah sekarang, cowok itu sedang mengikutinya yang hendak turun untuk mengambil minum.

"Raf, dari kamar ke dapur nggak kayak Indonesia ke Korea. Jadi, kamu cukup tunggu di kamar aja." ucap Zearra yang sudah lelah dengan sikap posesifnya Raffael.

Raffael menggeleng tegas, "Nggak bisa, Zea. Kalau misal kamu kepleset atau nggak sengaja airnya tumpah terus kamu jatuh, gimana? Kasian dedek bayinya."

Zearra memejamkan mata lelah. Sedikit geram dengan cowok yang menyandang status sebagai suaminya itu.

"Terserah kamu, lah." Zearra merasa tak ada gunanya melawan karena Raffael selalu melawannya. Ia pun memilih duduk di sofa ruang tamu yang tentu Raffael ikut duduk di sampingnya.

"Oh iya, bukannya kamu mau ke rumah Varen?" tanya Zearra memutar tubuhnya menghadap Raffael.

Raffael menggeleng, kepala cowok itu ia letakkan dipaha Zearra. "Nggak jadi. Aku nggak tega ninggalin kamu di rumah sendiri."

Zearra memutar bola matanya, "Raf, nggak usah lebay, deh. Mending sekarang kamu ke rumah Varen, kali aja ada yang mau di omongin sama dia."

Raffael menggeleng dengan tangan yang memeluk pinggang Zearra dan wajah yang berhadapan dengan perut gadis itu.

"Nggak mau, Zea. Kasian kamu sama dedek bayi di rumah sendiri." Raffael mendusel-dusel perut Zearra membuat gadis itu merasa geli.

Zearra menghela napasnya. Sekuat tenaga ia membangunkan Raffael hingga cowok itu kini duduk menghadap dirinya.

"Kasian Varen, Raf. Dia udah nungguin kamu, lho." Zearra kali ini berkata dengan lembut.

"Kalau aku pergi, kamu sama siapa?"

"Bunda nanti mau ke sini sama Ayah. Nggak usah khawatir."

"Serius?"

"Iya, serius."

Raffael menghela napasnya, "Ya udah, deh. Aku ke rumah Varen."

Zearra mengulas senyum, "Sip, gitu dong."

Raffael pun beranjak dari sofa dan menuju ke kamar. Tak lama, Raffael menuruni tangga dengan jaket kulitnya.

"Aku pergi dulu, ya. Kamu baik-baik di rumah." Raffael berjongkok di depan perut Zearra. Ia mengelusnya pelan.

"Hei, Papa Raffa pergi dulu, ya? Kamu baik-baik diperut Mama, oke?" Zearra mati-matian menahan senyumnya melihat kegemasan Raffael yang berbicara dengan calon anaknya.

Raffael berdiri lalu mencium kening Zearra, "Aku nggak lama." katanya lalu beranjak pergi dari rumah.

***

Di rumah Varen, tepatnya di kamar cowok itu, kini sudah seperti kapal pecah. Lihatlah bungkus makanan yang berserakan dimana-mana. Entahlah, kelima remaja yang asik bermain itu sepertinya memang malas untuk membersihkannya.

Varen dan Angkasa yang asik bermain game online, Gevano dan Xavier yang sedang bermain catur, dan ada Raffael yang sedang duduk termenung sambil mendengarkan musik.

"Diem-diem wae lo, Raf." ucap Varen melirik sekilas Raffael yang hanya diam sambil memejamkan mata.

"Mikirin Zea itu." sahut Angkasa yang fokus terhadap ponselnya.

"Kalau lo mikirin siapa, Sa? Grazella?" goda Varen membuat Angkasa sontak menatap cowok itu.

"Gila! Enggak, lah!" bantah Angkasa.

RAFFAEL? HE IS MY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang