39. BLACK WOLF COMEBACK?!

581 27 2
                                    

💗 HAPPY READING 💗

***

Lima hari setelah kepergian orang tua Zearra. Gadis itu masih saja terbalut rasa sedih. Tidak ada senyuman manis lagi di wajah Zearra, hanya ada tatapan kosong dan hampa. Dunianya hancur dalam sekejap mata.

Raffael duduk di tepi ranjang. Ia menghela napas melihat Zearra tidur membelakanginya. Tadi ia sudah menelepon orang tuanya, ia meminta untuk menemani Zearra dan menghibur gadis itu.

"Zea..." ucap Raffael lembut sambil memegang bahu Zearra.

"Hei, kamu belum makan dari tadi pagi. Ayo makan dulu."

Zearra hanya diam tak menjawab membuat Raffael menghela napas. Ia tidak suka dan kasian melihat Zearra seperti ini.

Ceklek!

Suara pintu kamar terbuka membuat Raffael menoleh. Ternyata Naura, Elang dan Jingga yang datang. Raffael berdiri dan menyalimi punggung tangan Naura dan Elang.

"Gimana keadaan Zea?" tanya Naura yang dibalas gelengan kepala oleh Raffael. Naura menghela napas.

Naura mendekat ke ranjang dan duduk di tepi ranjang. Dengan lembut ia mengusap bahu Zearra. "Sayang... ini Mama."

Zearra menoleh dan merubah posisinya menjadi duduk. "Ma..." Matanya berkaca-kaca menatap Naura.

Naura langsung memeluk Zearra erat. Mengelus lembut rambut gadis itu. "Sssttt... Mama di sini, sayang."

Jingga ikut duduk di atas ranjang, di samping Zearra. Ia ikut memeluk Zearra. Ikut merasakan kehilangan dan kesedihan yang dialami oleh Zearra.

"Boy, Papa perlu bicara sama kamu." ucap Elang kepada Raffael di sampingnya.

Raffael menoleh dan mengangguk. Elang pun keluar dari kamar dan disusul oleh Raffael. Keduanya berada di ruang tamu sekarang.

"Papa mau bicara apa? Kayaknya penting banget." Raffael menatap Elang yang duduk di depannya dan menatapnya serius.

"Kenapa nggak cerita?" tanya Elang membuat Raffael bingung.

"Soal teror yang kalian terima. Jangan kamu pikir Papa nggak tahu, Raffa." jelas Elang menatap Raffael tajam membuat cowok itu menunduk.

"Sorry, Dad."

Elang menghela napas dan bersandar pada sofa. "Ini nggak bisa dibiarin. Papa harus ikut campur. Dan ini nggak akan selesai kalau cuma Papa yang ikut andil."

Raffael mendongak menatap Elang. "Maksud Papa?"

***

Raffael menatap bingung sebuah bangunan tua yang sedikit terbengkalai di depannya. Banyak rumput liar dan ranting pohon yang menyelimuti bangunan tersebut.

"Ini bangunan apa, Pa?" tanya Raffael menatap Elang yang berjalan masuk ke pintu utama.

Elang tak menjawab dan menyingkirkan ranting pohon yang menutupi akses jalan masuk ke pintu utama. Ia menyingkirkan tanaman liar yang menggantung di atap pintu utama dan terlihat sebuah logo serigala hitam dan bendera bergambar serigala di sebelahnya.

"Black Wolf?" ucap Raffael membaca tulisan di bawah logo serigala yang terpajang di atas pintu utama. Ia berjalan menyusul Elang dan berdiri di depan pintu utama.

"Black Wolf. Geng motor yang Papa pimpin waktu SMA. Banyak kenangan yang ada di sini." jelas Elang menatap logo serigala yang terpajang di atas pintu utama.

Raffael menatap Elang. "Jadi ini markasnya?" Elang mengangguk.

Elang membuka pintu utama dan terlihat ruangan luas dengan fasilitas yang masih utuh, tetapi berdebu. Ia melangkah masuk diikuti oleh Raffael. Raffael melihat sekeliling ruangan. Banyak foto-foto yang terpajang didinding.

RAFFAEL? HE IS MY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang