"Silakan Zira maju ke depan untuk tampilkan hasil kerja kamu," Pak dosen mempersilakan. Zira bangkit dari bangku lalu duduk ke depan sembari membawa buku catatan.
In focus di nyalakan setelah laptop tersambung. Materi yang Zira sampaikan kini sudah muncul di layar.
Zira membuka presentasinya. Lalu mulai menjabarkan secara jelas tentang materi yang ia ambil kepada teman-temannya.
Sekitar lima belas menit presentasi tersebut selesai sekaligus dengan tanya jawab yang sudah di lontarkan oleh teman-teman sekelasnya dan dosen.
Allah memudahkan urusannya pagi ini. Presentasi nya berjalan dengan lancar walau tadi saat tanya jawab ia sempat keteteran karena buku catatan yang berisi materi lengkap untuk presentasi hari ini lenyap entah kemana.
Setelah menutup presentasinya Zira di persilakan untuk duduk kembali ke tempatnya.
"Ini perasaan warnanya sama. Covernya sama. Persis sama buku catatan aku tapi kenapa isinya beda. Kenapa berubah isinya jadi catatan tentang hukum internasional. Masa iya catatannya berubah gitu aja. Buku ajaib kah? Atau jangan-jangan ketuker sama orang yang ketabrak di masjid tadi?," Zira bergumam sendiri.
Penasaran ia kembali buka buku tersebut. Siapa tau ada nama pemiliknya atau tidak fakultas apa yang sang pemilik singgahi.
Bukan apa-apa, siapa tau sang pemilik juga sama mencari buku catatannya seperti Zira yang juga butuh akan buku catatan miliknya tersebut.
Pas sekali. Saat Zira membuka lembar pertama ia langsung di suguhkan dengan biodata si pemilik. Tapi itu bukan biodata lengkap hanya ada dua baris yang terisi di lembar pertama itu.
Zira berdecak membacanya, "Kenapa harus nulis pake tulisan arab gini si. Kalau gini gimana aku tau pemiliknya. Ada-ada aja pemiliknya juga. Tinggal di Indonesia, kuliah di Indonesia, tapi nulis biodata pake tulisan arab. Mumet sirahku¹, Ya Allah," Zira menjatuhkan kepalanya ke atas meja.
🦩
"ana apa karo sampeyan? kok raine kusut banget?²," Nuha berbicara selepas ia menyesap minumannya.
"Piye ora kusut, Ha. Buku catatanku hilang,"ucap Zira sembari mengaduk-aduk minumannya dengan sedotan.
"Hilang gimana? Kamu udah cari benar-benar?,"tanya Nuha.
"Sudah. Tapi feelingku gak hilang,"ucap Zira.
"Kamu bilang tadi hilang. Kalau gak hilang kemana?,"tanya Nuha.
"Ketuker sama orang kayanya. Tadi pagi tuh aku sempet nabrak orang gitu di masjid kampus karena aku buru-buru, terus bukuku jatuh. Pas mau pergi aku ambil buku yang ada di lantai tapi aku salah ambil. Itu bukan punya aku. Tapi benar-benar mirip bukunya sama punyaku,Ha,"ucap Zira.
"Coba aku lihat bukunya,"pinta Nuha. Zira mengeluarkan buku catatan itu lalu meletakkanya di atas meja.
"Persis buku kamu,"ucap Nuha. "Ya makanya dari itu. Aku kira juga ini buku punya aku tapi tadi saat aku presentasi dan aku buka buku catatan ini ternyata isinya beda. Semua catatan disini tentang hukum internasional,"jelas Zira.
"Gak ada biodata atau petunjuk siapa yang punya buku ini?,"tanya Nuha.
"Ada. Tapi tulisannya arab. Aku gak paham,"ucap Zira. "Coba sini aku lihat," Zira menyodorkan tulisan arab yang ada di huku catatan itu pada Nuha.
Nuha membaca tulisan itu. Zira memperhatikan.
الاسم: محمد فكري الخاطري
الكلية: العلوم الاجتماعية والسياسية"Baris pertama itu nama dia. Namanya Muhammad Fiqri Al khatiry terus baris kedua itu fakultasnya. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik," ucap Nuha.
"Kamu paham? Kalau tau kamu paham aku langsung tanya kamu. Gak usah pusing-pusing dari tadi,"ucap Zira.
Nuha terkekeh, "Kamu lupa aku pernah mondok?,"tanya Nuha.
Zira melupakan fakta itu bahwa temannya yang satu ini adalah lulusan pondok pesantren.
"Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Isi bukunya tentang hukum internasional berarti dia anak Hubungan Interansional ya?,"tanya Zira. Nuha mengangguk.
"Anterin aku ke sana yuk," pinta Zira. Nuha mengecek jam tangan yang ada di pergelangan tangannya, "Sorry, gak bisa. Lima menit lagi aku ada kelas,"ucap Nuha.
"Gapapa. Nanti aku sendiri aja kesana,"ucap Zira.
"Maaf banget ya, Zir. Beneran ini mah kalau gak ada kelas pasti aku anterin,"ucap Nuha yang merasa tidak enak pada Zira.
"Santai aja,"ucap Zira lalu ia menyesap minumannya yang sedari tadi dianggurkan.
🦩
Zira akhirnya tiba di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Percaya atau tidak ini pertama kalinya Zira menginjakkan kaki di Fakultas ISOPI.
Dirinya mulai mencari sasaran untuk menanyakan orang yang dia cari.
"Permisi, boleh nanya sebentar,"ucap Zira pada seorang laki laki yang melintas di hadapannya.
Laki-laki itu memberhentikan langkahnya. "Iya, ada apa?,"tanyanya.
"Kenal dengan Muhammad Fiqri Al khatiry? Anak Hubungan Internasional?,"tanya Zira.
"Fiqri?,"tanya laki-laki tersebut. Zira diam. Bingung karena gak tau si pemilik buku di panggil apa.
"Anak HI kan?,"tanyanya lagi saat melihat Zira kebingungan. Zira mengangguk.
"Fiqri ada di ruang BEM. Ada apa emang?,"tanya laki-laki itu.
"Mau balikin bukunya. Bukunya gak sengaja ketuker,"ucap Zira. Laki-laki itu mengangguk paham.
"Kalau boleh gue saranin jangan sekarang deh balikinnya. Fiqri lagi ngurus berkas buat acara kampus soalnya,"ucapnya.
"Gitu ya," ucap Zira. Ia menghembuskan nafas kecewa. Jika tidak bisa dikembalikkan hari ini maka buku catatan miliknya pun tidak juga kembali padanya hari ini.
"Nanti gue bilangin aja ke Fiqri kalau dia di cariin," ucap laki-laki itu.
"Terimakasih kak,"ucap Zira. Laki-laki itu mengangguk. "Gue duluan,"ucapnya. Zira mengangguk. Selepas itu ia beranjak dari tempatnya.
Zira harus terima kalau buku catatannya tidak kembali hari ini. Karena tidak membawa hasil apa-apa, Zira akhirnya memilih untuk melangkah kaki pergi dari sana dan bersiap untuk pulang ke rumah karena tidak ada kelas lagi sehabis ini.
🦩
NB:
¹pusing kepalaku.
²kamu kenapa? Kok mukanya kusut banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
EMBUN
Teen FictionMentari masih malu-malu memunculkan dirinya. Burung pagi menyambut kedatangan sang mentari dengan siulannya. Embun pagi meninggalkan jejak diantara dedaunan yang ada di muka bumi. Aromanya menguar ciri khas sekali. Udara masih bersih belum terpapar...