"Calamlikum, om iqi," suara anak kecil berhasil membuat Fiqri menoleh ke arah pintu.
Senyum Fiqri terbit saat dua orang anak kecil itu berlari ke arahnya dan langsung mencium punggung tangannya.
"Wa'alaikumussalam, masyaallah jagoan om datang akhirnya,"ucap Fiqri lalu mengelus rambut kedua anak laki-laki itu.
Kedua anak kecil ini adalah anak dari masnya Fiqri. Satunya bernama Umar ia adalah anak dari mas Husein dan satunya bernama Thariq anak dari mas Zayyan.
"Om iqi kenapa mukanya melah-melah? Di gigit nyamuk ya?,"tanya Umar.
"Bukan habis di gigit nyamuk umal. Itu habis di kelok iya kan om iqi?," kini giliran Thariq yang bertanya.
"Kelok gak bisa di muka thayiq," Umar berucap.
"Itu om iqi di muka," ucap Thariq sambil menunjuk pada muka Rifqi.
"Itu kena nyamuk thoyiq bukan di kelok."
"Di kelok."
"Kena nyamuk."
"Kelok."
"Kena nyamuk."
"Hei, kok malah berantem," Fiqri mengeluarkan suara menengahi perdebatan yang di buat oleh dua keponakannya itu.
"Thoyiq duluan,om."
"Umal duluan tuh, wuh."
Selalu saja jika di pertemukan seperti ini. Sekalinya akur sangat akur tapi sekalinya ribut satu rumah berisiknya dengan suara mereka.
"Umar, Thoriq," mendengar panggilan itu mereka langsung terdiam tapi mata mereka saling melirik dengan tatapan tajam.
Fiqri hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah keduanya.
"Ada apa,qi, kok ribut-ribut sampai kedengeran ke bawah," mas Zayyan masuk ke dalam kamar Rifqi yang pintunya terbuka.
"Buya," Thariq langsung menghabur pada ayahnya. Zayyan langsung menggendong Thariq.
"Mas," Fiqri bangkit lalu mencium punggung tangan abang pertamanya itu.
"Ndak ada apa-apa mas,"ucap Fiqri selepas ia mencium punggung tangan masnya.
"Kok raimu ngono, Fiq?," tanya mas Zayyan saat melihat wajah Fiqri yang terdapat lebam.
"Gelut,mas," ucap Fiqri.
"Assalamu'alaikum," salam dari arah pintu membuat obrolan itu berhenti.
"Wa'alaikumussalam."
Mas Husein dan Mas Yusuf datang menghampiri keduanya. Umar yang tadi di dekat Fiqri kini berlari ke arah mas Husein.
Husein langsung menggendong putranya itu. "Masyaallah akhirnya ngumpulnya bisa komplit lagi,"ucap mas Husein.
Fiqri menyalimi keduanya. "Fiq, kok raimu koyo ngono?," kini pertanyaan yang sama terlontar dari mulut mas Husein.
"Habis gelut dia," jawaban dari pertanyaan itu terucap dari lisan mas Zayyan.
"Gelut? Sampean gelut karo sopo, fiq?," kini suara mas Yusuf ikut terdengar.
"Gelut karo preman, mas," ucap Fiqri.
"Kok bisa gelut karo preman?," tanya Mas Husein.
"Kamu gak ikut geng-geng motor di luar kan?," tanya mas Yusuf.
"Ndaklah, mas. Fiqri berantem sama preman karena Fiqri bantu orang,"ucap Fiqri.
Ketiga saudara kandungnya itu mengangguk paham. "Ikut acara haul nanti?,"tanya mas Zayyan.
KAMU SEDANG MEMBACA
EMBUN
Teen FictionMentari masih malu-malu memunculkan dirinya. Burung pagi menyambut kedatangan sang mentari dengan siulannya. Embun pagi meninggalkan jejak diantara dedaunan yang ada di muka bumi. Aromanya menguar ciri khas sekali. Udara masih bersih belum terpapar...