Sampai detik ini Fiqri belum menemukan berita apapun tentang seseorang yang tengah Fiqri cari sedangkan esok Fiqri harus bersiap-siap untuk pergi dengan keluarganya ke tempat seseorang yang Fiqri tengah cari ini.
Selepas pulang dari kampus tadi Fiqri langsung duduk manis di sofa kamarnya. Mengutak-atik handphonenya mencari sesuatu.
Di pertengah jalan menuju rumah tadi Fiqri sempat terfikir untuk mencari orang yang tengah dia cari ini di media sosial.
Ia menemukan satu akun yang memiliki nama pengguna yang hampir sama dengan apa yang Fiqri baca di sebuah buku waktu lalu.
Yakin tak yakin akhirnya Fiqri mengirim sebuah pesan pada akun tersebut berharap-harap semoga pemilik akun ini adalah orang yang tengah Fiqri cari.
"Semoga saja ini feeling saya tepat sasaran kalau pemilik akun ini itu kamu."
🦩
Belum ada jawaban pesan apapun yang masuk dari pemilik akun itu sampai Fiqri selesai kajian pun ia belum mendapat jawaban apapun itu.
Saat Fiqri mulai hopeless karena sampai siang hari tak ada balasan pesan yang masuk tapi semesta punya cara kerja sendiri.
Saat Fiqri mulai ragu karena pesannya tak di jawab tiba-tiba sebuah notifikasi masuk dari pemilik akun yang Fiqri chat kemarin.
Fiqri langsung segera membuka pesan tersebut saat room chat itu terbuka di layar ia tersenyum tipis saat pemilik akun tersebut adalah orang yang ia cari.
Setelah mendapatkan apa yang ia mau Fiqri mengucapkan terimakasih pada pemilik akun tersebut. Selebihnya Fiqri akan mengchat seseorang yang lebih berhak atas pemilik akun tersebut setelah ia berhasil mendapatkan nomor ponsel orang yang lebih berhak atas diri pemilik akun tersebut.
"Fiqri," mendengar suara itu Fiqri menoleh ke arah pintu.
Ia tersenyum tipis saat melihat orang yang berada di ambang pintu sana, "Mas Yusuf,"ucap Fiqri. "Masuk,mas," Fiqri mempersilakan Yusuf masuk ke dalam kamarnya.
Yusuf yang tengah menggendong putri kecilnya itu melangkahkan kaki masuk ke kamar adiknya.
"Duduk,mas," Fiqri mempersilakan Yusuf untuk duduk di sofa kamarnya. "Suwun,fiq,"ucap Yusuf sembari duduk di sofa tersebut.
"Nggih mas,"ucap Fiqri. "Fiqri mau gendong humey boleh,mas?,"tanya Fiqri.
"Boleh. Nih, mumpung lagi anteng humeynya,"ucap Yusuf. Fiqri langsung mengambil alih humey dari Yusuf.
Fiqri lalu duduk di seberang Yusuf dengan bangku belajarnya. Ponakannya ini terlalu menggemaskan sehingga Fiqri selalu memainkan pipi Humey.
"Tumben mas kesini?,"tanya Fiqri sambil melihat saudara terakhirnya itu.
"Gantiin abah ngaji nanti malem. Abah sama umi mau nganter kamu kan nanti malem?," Fiqri mengangguk, "Doain ya mas semoga nanti malam lancar,"ucap Fiqri.
"Mas doain."
"Tapi mas tuh dulu gitu gak si waktu di jodohin dan akhirnya mas milih sama mba Najwa sikap abah gini juga?,"tanya Fiqri penasaran.
"Mas tuh dulu keras kepala sama kaya kamu. Ndak mau lah pokoknya jodoh-jodohan tapi mas gak sampe kabur dua hari kaya kamu. Ya hampir sama sikap abah kaya gini tapi kerasanya pas udah nikah, Fiq. Disitu kaya ngerasa beda aja sikap dan perilaku abah sama umi bukan sama mas tapi sama istri mas,"
KAMU SEDANG MEMBACA
EMBUN
Teen FictionMentari masih malu-malu memunculkan dirinya. Burung pagi menyambut kedatangan sang mentari dengan siulannya. Embun pagi meninggalkan jejak diantara dedaunan yang ada di muka bumi. Aromanya menguar ciri khas sekali. Udara masih bersih belum terpapar...