Si Alan
Assalamu'alaikum fiq, lagi free gak? Healing yuk. Suntuk nih di rumah.Fiqri yang baru keluar dari kamar mandi langsung mengecek handphonenya yang berada di atas meja belajar saat terdengar ada notifikasi.
Fiqri menurunkan handuk yang ia pakai untuk mengeringkan kepalanya ke leher sembari ia duduk di kursi belajarnya.
Ia meraih handphone tersebut untuk mengetikkan balasan pada Alan.
Fiqri
Wa'alaikumussalam. Healing kemana?Tak butuh waktu lama alan langsung membalasnya.
Si Alan
Kemana ya? Malioboro yuk.Fiqri
Gak bisa sekarang kayanya, Lan. Gue gak free malem ini. Gue ada gantiin abah ngaji dari selepas isya sampe jam sepuluh.Si Alan
Yah elah. Ok deh gak papa lain kali aja.Fiqri
Sorry ya. Next time insyallah. Gue traktir.Si Alan
Siap gus.Selepasnya Fiqri langsung mematikkan handphone dan kembali meletakkannya ke atas meja.
Matanya tak sengaja menatap pada buku berwarna biru gelap yang berada di atas tasnya.
Melihat itu ia kenapa jadi teringat perempuan itu saat mengelus-elus dan memberi makan kucing tadi.
Dua sudut bibirnya terangkat kembali saat mengingat itu. "Hayo, lagi mikirin apa sampai senyum-senyum gitu," ucapan itu berhasil membuat Fiqri langsung mengubah raut wajahnya dan merapal istighfar berkali-kali dalam hatinya.
"Umi,"ucap Fiqri saat melihat umi yang muncul dari sebalik pintu. Umi masuk ke dalam kamar putranya itu.
"Mikirin apa sampai senyum-senyum gitu?,"tanya umi sembari berjalan mendekat ke arah putranya.
"Enggak umi. Fiqri gak mikirin apa-apa,"ucap Fiqri.
"Benar?,"tanya umi sembari memicingkan matanya.
"Benar umi,"ucap Fiqri. Syukur umi percaya dengan ucapan Fiqri jadi tak perlu ada interogasi panjang dari umi.
"Duduk umi,"Fiqri berdiri lalu mempersilakan umi duduk. Umi tersenyum lalu mengucap terimakasih pada putra bungsunya itu.
Fiqri menarik satu bangku sofa berbentuk bulat yang ada dalam kamarnya untuk ia duduki.
"Ada apa umi?,"tanya Fiqri. Umi menggeleng, "Gak ada apa-apa. Umi mau lihat putra umi yang satu ini aja. Sepi tau, Fiq. Semenjak abang-abangmu punya keluarga masing-masing,rumah ini jadi sepi,"ucap Umi.
"Nanti kalau kamu nikah rumah gak usah jauh-jauh ya. Di sekitar sini aja,kalau emang mau ya tinggal di sini gapapa,"ucap Umi.
"Abang-abangmu juga udah jarang pada main kesini. Lupa kali sama umi sama abah,"ucap Umi.
Percaya atau tidak ini pertama kalinya umi mencurahkan hati tentang kesepiannya pada Fiqri. Kalau biasanya umi suka cerita tentang apapun kejadian yang dijalani hari ini atau hanya sekedar memberi petuah-petuah pada Fiqri tapi lain cerita untuk hari ini. Umi betul-betul mencurahkan apa yang tengah umi rasakan pada putra bungsunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
EMBUN
Teen FictionMentari masih malu-malu memunculkan dirinya. Burung pagi menyambut kedatangan sang mentari dengan siulannya. Embun pagi meninggalkan jejak diantara dedaunan yang ada di muka bumi. Aromanya menguar ciri khas sekali. Udara masih bersih belum terpapar...